Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mudik adalah Belajar Cara "Pulang"

27 Maret 2025   15:57 Diperbarui: 27 Maret 2025   16:10 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mirip anak kecil yang ribut beremainan pasir, padahal ombak akan datang menghapus semua istana buatannya. Sufi menyebut ini "keterlenaan".

Kita sibuk mengumpulkan followers, tapi lupa bahwa yang penting adalah following kebaikan. Kita pamer harta di Instagram, tapi lupa bahwa di akhirat nanti, yang ditagih bukan jumlah likes, tapi jumlah kali kita menahan ghibah. 

Ramadan dan mudik seharusnya jadi momentum reset. Seperti smartphone yang lemot, kita perlu clear cache: menghapus dosa, memperbarui niat, dan menginstal aplikasi "ikhlas" versi terbaru.

Sayangnya, usai Lebaran, banyak yang malah update status di medsos: "Mohon maaf lahir batin... kecuali tukang parkir liar!" atau "Maafkan saya yang tidak sengaja like foto mantan." 

Mudik kultural dan spiritual sejatinya adalah dua sisi koin yang sama. Saat kita berdesakan di jalan, seharusnya itu juga mengingatkan: hidup adalah perjalanan singkat.

Jangan sampai kita saking asyik mengejar materi, sampai lupa "alamat asli" kita. Seperti kisah orang Sunda yang pergi merantau tapi selalu diingatkan: "Bali geusan ngajadi"---pulanglah sebelum engkau menjadi orang lain. 

Di akhir hayat nanti, tak ada yang bisa kita bawa: tidak motor yang di modif, tidak gelar mentereng, tidak juga sertifikat rumah.

Hanya tiga hal: kain kafan, amal, dan doa anak shaleh. Maka, mudik Lebaran---dengan segala chaos-nya---adalah latihan kecil untuk pulang yang sesungguhnya.

Jika hari ini kita rela antre 3 jam demi bertemu orang tua, semoga kelak kita juga rela antre dengan bekal cukup untuk bertemu Sang Pencipta. 

Jadi, selamat mudik. Jangan cuma tahu jalan ke kampung halaman, tapi juga jalan kembali ke-Nya. Karena seperti lagu Ebiet G. Ade: "hidup ini hanya sebentar, sayang...".

Lebih baik pulang dengan selamat, baik di dunia maupun akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun