Mohon tunggu...
Ika Kartika
Ika Kartika Mohon Tunggu... Communicating Life

PNS yang percaya bahwa literasi bukan cuma soal bisa baca, tapi soal mau paham. Kadang menulis serius, kadang agak nyeleneh. Yang penting: ada insight, disampaikan dengan cara yang asik, dan selalu dari kacamata ilmu komunikasi—karena di situlah saya belajar dan bekerja. Seperti kata pepatah (yang mungkin baru saja ditemukan): kalau hidup sudah terlalu birokratis, tulisan harus tetap punya nyawa.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kegalauan Itu Bernama Job Hugging, Ketika PNS pun Enggan Menjadi Agile

17 September 2025   08:48 Diperbarui: 18 September 2025   05:25 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustras-- ASN. (Shutterstock via Kompas.com)

Kalau di dunia swasta istilah job hugging merujuk pada karyawan yang ogah melepaskan pekerjaannya, maka di birokrasi istilah ini punya versi lokal. Bedanya, kalau di swasta orang takut kehilangan gaji, di PNS orang takut kehilangan kenyamanan.

Ya, profesi ini memang sering dianggap kebal krisis: PHK harus menempuh jalan terjal, gaji cair tiap bulan tanpa drama, plus bonus pamungkas berupa pensiun. Lengkap sudah, surga dunia versi pekerja kantoran.

Tapi jangan salah, kegalauan itu tetap ada. Bedanya, kalau karyawan swasta merasa bagai "memeluk bara api", maka PNS lebih mirip "memeluk kaktus mini di meja kerja". Kecil, lucu, tapi tetap bikin perih kalau dipegang. 

Monotonnya rutinitas, birokrasi yang belibet, atau bos yang visinya entah nyasar ke mana. Semua itu adalah duri. Pertanyaannya: siapa yang rela melepaskan kaktus itu kalau di tangan kanan sudah menggenggam tiket pensiun?

Perangkap Emas: Antara Pengabdian dan Pensiun

Bagi PNS, hak pensiun adalah jaring pengaman yang membuat mereka ogah berpindah. Secara aturan, pensiun dini bisa diajukan kalau usia sudah 50 dan masa kerja minimal 20 tahun. Kedengarannya sederhana. Tapi faktanya? Sedikit sekali yang berani ambil jalan itu.

Kenapa? Karena buat mereka, pensiun dini sama saja dengan menyia-nyiakan "deposito masa depan" yang sudah dikumpulkan puluhan tahun. "Lagian tinggal tunggu belasan tahun lagi kok," begitu kira-kira bisik hati kecilnya. Akhirnya, mereka terjebak dalam perangkap emas: nyaman tapi membelenggu.

Maka, pilihan yang paling realistis adalah tetap memeluk kaktus. Strateginya macam-macam:

  1. Membiasakan Diri dengan Duri
    Ini adalah strategi paling umum. Daripada mengeluh, mereka memilih untuk cuek. Dikasih kerjaan yang membosankan? Kerjakan saja. Ada rekan kerja yang hobi gosip? Dengarkan saja, atau lebih baik lagi, hindari. Kaktus itu tetap sakit, tapi mereka jadi lebih "kebal".
  2. Mencari Pot Baru di Luar Kantor
    Banyak PNS yang mencari "pelarian" di luar jam kerja. Mereka hobi berkebun, berbisnis, atau jadi penulis lepas. Ini adalah cara mereka beradaptasi dan tetap hidup tanpa harus melepaskan jaring pengaman PNS.
  3. Menurunkan Standar dan Ekspektasi
    Dari yang tadinya ingin mengubah dunia, mereka sadar bahwa hal itu sulit dilakukan. Maka, mereka menurunkan ekspektasi. Yang penting kerjaan beres, gaji lancar, dan bisa pulang tepat waktu.

Mengapa PNS "Keenakan" Kerja?

Di dunia swasta, performa yang jeblok bisa berujung PHK cepat. Dasarnya kontrak dan undang-undang ketenagakerjaan yang fleksibel.

Tapi di dunia birokrasi? Lain cerita. PNS diikat oleh Undang-Undang ASN yang berlapis seperti kulit bawang. PHK? Hanya berlaku kalau pelanggaran berat. Tidak masuk 10 hari berturut-turut, kena pidana, atau kasus besar. Kalau sekadar kerja asal-asalan? Santai, gaji tetap nyangkut.

Logikanya jelas, PNS bukan dibentuk untuk mengejar profit, tapi untuk melayani negara. Filosofi mulia ini awalnya bertujuan melindungi birokrat dari intervensi politik. Tapi dalam praktiknya, perlindungan itu sering kebablasan jadi "zona nyaman permanen."

Ironi Sangkar Emas

Pada akhirnya, posisi yang katanya paling aman justru bikin kita tidak gesit. Kita jadi kurang agile bukan karena tidak bisa, tapi karena terlalu keenakan berada di dalam sangkar emas.

Pertanyaannya sekarang mau terus memeluk kaktus sampai pensiun, atau berani sesekali melepasnya demi mencari ruang tumbuh yang lebih luas?

Jawabannya? Tidak ada di aturan ASN, tidak juga di kantor. Jawabannya hanya ada di satu tempat: dalam keberanian kita sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun