Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Senja di Ujung Renjana

13 Februari 2022   20:33 Diperbarui: 13 Februari 2022   20:37 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hati yang berdegup kencang, ketakutan yang menghantui perasaanku, Tuhan beri aku kekuatan, sambil aku mainkan ujung kakiku. Sungguh sore yang membuatku gelisah.

Seselesainya sholat maghrib, Aku beranikan langkahkan kakiku ke rumah induk, dimana tinggalnya Bapak dan Ibu kost, ku lewati lorong dan deretan kamar yang sepi, aku langkahkan kaki, walau aku resah tapi tekad yang kuat untuk menanyakan dia yang selalu menggangu mimpi malamku selama ini.

Perlahan ku ketuk pintu rumah Ibu kost, tidak berapa lama pintu terbuka, dan kulihat Bapak kost yang menyambutku dengan ramah.

"assalamulaikum Pak" sapaku seramah mungkin hemmm

"waalaikumsalam Mas" sahut Bapak tak kalah ramah (aku akui Bapak memang ramah, sering aku sapa atau balik menyapaku kalau ada kesempatan bertemu atau berpapasan).

Tidak berapa lama setelah ngobrol singkat, Ibu kost ikut duduk bersama kami. Aku sampaikan maksud dan tujuanku pada beliau berdua. Sekilas dari wajah beliau berdua, aku lihat Bapak sepertinya menyetujui (harapku), tapi dari raut muka ibu kost ini yang masih membuatku ketar-ketir. Dan memang benar...

"Mas, bukan ibu tidak menyetujui apa yang menjadi harapanmu" sahutnya datar.

"tetapi ibu kan belum tahu latar belakang keluarga mas, dimana tinggalnya, siapa orang tuamu, bagaimana keadaan keluargamu, dan itu bukan sesuatu yang mudah, ibu tidak setuju" sahutnya tegas.

Tuhan, bagaikan petir di siang hari, jiwa ini terluka, dan ini tantangan buatku, bagaimana caranya agar aku bisa di terima di keluarga ini.

            Aku pamit dengan perasaan sedih dan kecewa, aku kembali ke kamar dan aku adukan semua ini pada-Nya yang sudah menaburkan benih cinta yang indah, dan aku memohon DIA yang membuat benih cinta ini tumbuh dan diberikan jalan keluar yang terindah.

                                                                                                                    *****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun