Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Senja di Ujung Renjana

13 Februari 2022   20:33 Diperbarui: 13 Februari 2022   20:37 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                                                                      CINTA SENJA di UJUNG RENJANA

"Hatimu akan selalu tenang saat engkau tahu bahwa pemberian Allah adalah sebenar-benar pemberian dan penahanannya atas sebuah pemberian juga termasuk pemberian" Karena Allah lebih tahu mana yang terbaik buat hamba-Nya.

 Perjalanan hidup dan taqdir Allah yang membawaku sampai di belahan bumi bagian timur, aku jalanin dan terima apa yang sudah Allah gariskan dengan lapang dada. Ini pasti yang terbaik.

                                                               *****

Suara klakson motor Pak Pos membuyarkan lamunanku, yang sejak dua hari yang lalu menunggu kabar jejak surat lamaran kerjaku.

Aku widodo seorang anak muda yang baru lulus sekolah SMU, aku lahir dan tumbuh dari keluarga petani dan sangat sederhana, dalam pandangan keluarga kami, cukuplah aku sekolah sampai SMU, selanjutnya aku harus bekerja untuk membantu Bapak, Ibu, dan membantu membiayai sekolah kedua adikku.


Seringkali aku merenung, duduk di pematang sawah memandang hamparan sawah yang hijau sempurna, dan sebagian yang lain sudah mulai menguning, pertanda Bapak dan Ibu akan segera memanen hasil jerih payah mereka 4 bulan belakangan ini.

Kadang kala aku merasa sedih dan sedikit iri, bila aku duduk di depan rumah, melihat teman-temanku yang berangkat kuliah, sedangkan aku hanya bisa membantu Bapak dan Ibu ke sawah. Ingin rasanya aku berteriak, berontak, lalu menyalahkan nasib baik yang tak berpihak padaku.

Suara klakson yang tadi kudengar ternyata mengantarkan surat buat tetanggaku yang berada di Timur Tengah sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita), aku termenung kupandangi ujung sandalku yang semakin memperlihatkan keusangannya. Aku gerak-gerakkan sambil kumainkan di atas tanah yang kering.....hemmmmm.

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, dan haripun berganti minggu, aku masih terus berharap dengan balasan surat itu, dan Tuhanpun melihat aku selalu sedih dan menangis di sepanjang doaku, dan Tuhan akan memberikan pada waktu yang tepat.

                                             *****

Suara klakson itupun akhirnya membuyarkan lamunan, kesedihan, dan gelisahku selama ini. Kubaca surat itu denga tidak sabar, dan dengan penuh harap. Alhamdulillah Aku di terima di sebuah perusahaan di kota P, sambil kupegang surat itu, aku berlari ke kebun belakang rumah tempat Ibuku yang sedang memetik daun singkong, sayur buat makan siang kami nanti. Tanpa banyak bicara aku peluk ibu dengan erat, dan langsung aku bercerita dan meminta pendapat ibu untuk langkahku selanjutnya. Ibu mendukung sekali dengan keputusanku dan menyarankan kalau kos dekat perusahaan tempatku nanti bekerja.

                                                                        *********

Dengan membawa doa restu dari Bapak Ibu, serta tekadku yang bulat berangkatlah aku dengan niat "Aku harus berhasil di negeri orang, demi Bapak, Ibu, juga adik-adikku".

Tibalah aku di kota P, menunggu waktu interview/wawancara, aku berkenalan dengan seseorang, dan dengan kemurahan Allah, dia membantu menunjukkan tempat kost ynag dekat dengan tempatku bekerja, dan dengan kemurahan Allah pula aku di terima bekerja di sebuah perusahaan di kota P.

                                                                                                                          ******

Perjalanan hidupku mulai dari sini, aku telusuri setiap episode, yang panjang dan akankah berujung manis. Aku semakin semangat dalam bekerja dan beribadah.

Dan pada suatu hari sepulang aku bekerja, aku melihatnya hem hem hem....

Aku tinggal di kota P dan tinggal di tempat kost yang tidak jauh dari tempat kerjaku, Aku melihatnya sekilas sih, walau sekilas sungguh sangat menghipnotisku. tapi bintang belum jatuh kepadaku, aku hanya bisa memandang dari kejauhan, dalam senyap dan keremangan malam.

Pada suatu waktu di senja yang tidak jingga, aku menunggu dia kembali singgah di ujung bola mataku, yang tak pernah sedikitpun lengah, aku menunggu dan menunggu sampai senja berubah kelam, suara burung hantu yang mengagetkanku dan suara adzan isya yang bersahutan dari masjid-masjid yang berkubah besar dan mushola dekat rumah kostku.

Aku coba melupakan bayangan semu itu, aku coba menghibur kalau itu hanya fatamorgana, yang menghiburku sesaat, dan bahkan membuatku jadi manusia yang tak berdaya.

Kembali aku telusuri setiap jalan, detik berganti menit dan terus melangkah menjadi jam dan terus menjadi hari, bahkan bulanpun terlewatkan.

Aku resah dan gelisah, ketika hati sudah gak berpaling, bayangan itu menghantui di sepanjang perjalanan hari-hariku. Dia yang selalu ada dalam mimpi malamku, aku sendiri bingung dengan perasaan ku, yang sejatinya mencintai seseorang yang belum pernah aku lihat seutuhnya, aku hanya melihat dalam bayangan di balik temaramnya lampu teras.

Tuhan, seandainya perasaan ini benar adanya dan anugerah terbaik dari-Mu maka kuatkan aku menghadapinya, akan aku rawat rasa ini sampai tiba saatnya aku menemuinya dan berjanji di depan ayahnya.

                                                                                                                      *****

Semua akan tiba pada waktu yang tepat.

Suatu senja, aku kembali melihat bayangan itu, kali ini bayangan itu jauh lebih nampak, di belakang siluet renjana senja. Tuhan, degup jantung ini semakin kencang dan menakjubkan sekali, rasanya aku ingin berlari melihatnya lebih dekat, tapi dia hanya melintas dan melemparkan senyumnya........dughhhhh senyum itu memanah tepat di jantungku.

Semalam suntuk aku hanya bisa membayangkan senyum itu, padahal besok aku harus bekerja lagi, sudah aku coba menutup mataku dengan bantal, aku tutup dengan selimut, semakin aku tak bisa memejamkan mata sekejappun, aku ambil wudhu aku serahkan jiwa yang gelisah ini pada-Nya. Kalau dia jodohku, maka Allah akan mempertemukan Aku dengan dia dengan cara yang kita tidak tahu.

Kini, hatiku sudah mulai lega, ada ketenangan yang Allah berikan pada hatiku, walaupun ada sedikit pemaksaan kalau aku ingin berjodoh dengannya.

Aku coba mencari tahu siapa dia sebenarnya, aku tanya sama agus teman sekamar di tempat kostku....

"Gus, kalau boleh tahu....." mengawali pertanyaanku sambil bergeser lebih dekat lagi.

"apa mas...." jawab dia dengan nada yang penasaran

"gak terlalu penting sih, tapi aku pingin tahu" lanjutku

"apa mas......" jawabnya tambah penasaran

"Gus, sore itu aku lihat ada gadis yang lewat di depan rumah Ibu kost" sahutku lanjutku

"aku penasaran dan rasanya aku tertarik deh...." lanjutku penuh semangat

"wah gawat tuh...." sahut agus sambil tertawa

"lho kok gawat, rasa itu datang dengan tiba-tiba bro..." ujarku membalas sambil ku pegang bahunya

"ok deh, Dia itu anak ibu kost yang lagi mondok di kota B....." dia mulai bercerita

"kamu serius ...." lanjut nya dengan semangat

"Aku serius banget, gak ada niatan jelek...." jawabku memastikan

"Begini saja, nanti kalau kamu sudah siap, temui saja orang tuanya, dan setahuku dia belum punya pacar...." dia mendukungku.

kini aku semakin yakin dengan perasaanku dan aku siap menghadap ke Bapak dan Ibu kost......Semangat.

                                                                                                                     ******

Hati yang berdegup kencang, ketakutan yang menghantui perasaanku, Tuhan beri aku kekuatan, sambil aku mainkan ujung kakiku. Sungguh sore yang membuatku gelisah.

Seselesainya sholat maghrib, Aku beranikan langkahkan kakiku ke rumah induk, dimana tinggalnya Bapak dan Ibu kost, ku lewati lorong dan deretan kamar yang sepi, aku langkahkan kaki, walau aku resah tapi tekad yang kuat untuk menanyakan dia yang selalu menggangu mimpi malamku selama ini.

Perlahan ku ketuk pintu rumah Ibu kost, tidak berapa lama pintu terbuka, dan kulihat Bapak kost yang menyambutku dengan ramah.

"assalamulaikum Pak" sapaku seramah mungkin hemmm

"waalaikumsalam Mas" sahut Bapak tak kalah ramah (aku akui Bapak memang ramah, sering aku sapa atau balik menyapaku kalau ada kesempatan bertemu atau berpapasan).

Tidak berapa lama setelah ngobrol singkat, Ibu kost ikut duduk bersama kami. Aku sampaikan maksud dan tujuanku pada beliau berdua. Sekilas dari wajah beliau berdua, aku lihat Bapak sepertinya menyetujui (harapku), tapi dari raut muka ibu kost ini yang masih membuatku ketar-ketir. Dan memang benar...

"Mas, bukan ibu tidak menyetujui apa yang menjadi harapanmu" sahutnya datar.

"tetapi ibu kan belum tahu latar belakang keluarga mas, dimana tinggalnya, siapa orang tuamu, bagaimana keadaan keluargamu, dan itu bukan sesuatu yang mudah, ibu tidak setuju" sahutnya tegas.

Tuhan, bagaikan petir di siang hari, jiwa ini terluka, dan ini tantangan buatku, bagaimana caranya agar aku bisa di terima di keluarga ini.

            Aku pamit dengan perasaan sedih dan kecewa, aku kembali ke kamar dan aku adukan semua ini pada-Nya yang sudah menaburkan benih cinta yang indah, dan aku memohon DIA yang membuat benih cinta ini tumbuh dan diberikan jalan keluar yang terindah.

                                                                                                                    *****

Sejak saat itu, sapaan ramah dari ibu kostpun sirnalah sudah, yang aku terima senyum sinis seakan menghinaku, dengan keadaan ini kadang aku pesimis, apakah Ibu kost bisa berubah, bisakah menerimaku denga kedua tangan yang terbuka.

Aku lewati lorong gang menuju tempat kerja, aku lihat dia tersenyum di balik tirai kamarnya, dan tatapan itu seolah memintaku untuk memperjuangkan cintaku ini, aku balas senyuman itu, dan aku anggukkan wajahku meyakinkan dia kalau aku siap apapun yang akan terjadi.

Sejak saat itu aku semakin giat bekerja, aku kumpulkan sedikit demi sedikit dari gaji bulananku (sisa mengirim ibu dan bapak di kampung), setelah aku rasa cukup, aku menemui Bapak dan Ibu di kampung, dan aku utarakan apa yang menjadi tujuanku, Alhamdulillah Bapak dan Ibu setuju setelah aku ungkapkan keinginanku untuk malamar putri Ibu kost yang sudah membuatku menjadi pria dewasa dan pemberani.

Senja itu, Bapak dan Ibuku tiba di kota tempatku bekerja, beliau berdua menginap di tempat kost ku untuk 2 hari kedepan, aku kenalkan pada Bapak dan Ibu kost, aku ingin beliau berdua sedikit banyak mengenal kedua orang tuaku yang sederhana, dan serius ingin melamar putrinya buatku.

Harapanku ada pada Bapak dan Ibu bagaimana beliau berdua meyakinkan bapak dan ibu kost, akan keseriusanku. Dan memang benar adanya, Tuhan akan memebrikan pada waktu yang tepat. Tuhan memberikan kabar berita, kalau lamaranku di terima, tapi dengan syarat, aku tidak boleh menyakiti perasaannya, tidak boleh membuatnya sedih, dan pastinya semua permintaan beliau adalah harapan semua orang tua,

Everything will be fine, semua akan indah pada waktunya, aku bisa melamarnya gadis yang sudah membuat hatiku gundah gulana, membuat jiwaku yang terbelenggu rindu, menjadi sinar yang penuh kasih dan sayang, terima kasih buat Bapak, Ibu, Bapak, dan Ibu mertuaku, dan Istriku yang sudah memberikan kepercyaan kepadaku untuk menjadi imam dan suami yang baik buat Dia. Semoga Allah senantiasa mencurahkan kasih dan sayang nya pada keluarga kami, sampai maut memisahkan kami. amiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun