"Fitnah? Apa yang kita lakukan sehingga orang lain akan mengeluarkan fitnah terhadap kita, Ammar?"
"Ini sekolah Ross, bukan tempat untuk membahas masalah pribadi. Mengertilah."
"Baik. Aku tunggu jam pulang sekolah nanti di rumahmu."
"Tidak Ross. Aku tidak pulang ke rumahku hari ini. Tapi..."
"Tapi apa Ammar? Alasan apalagi yang kau buat untuk menjauhiku? Apa kau takut padaku?"
"Apa yang harus aku takutkan darimu?"
"Kau takut hatimu akan berpaling dari Alea, iya 'kan, Ammar?"
Mendengar nama Alea, Ammar tersentak bukan main. Ia tak menyangka bahwa Rossi mengetahui hal besar yang ia sembunyikan selama ini.
"Darimana kau tahu tentang Alea?"
"Aku tahu semuanya Ammar. Aku tahu bahwa kau sudah menikahi Alea cukup lama. Satu hal yang membuat aku tak bisa berhenti mengharapkanmu karena kesetiaan yang begitu hidup dari hatimu untuknya. Aku cemburu padanya, Ammar. Apa kau belum melihatnya sendiri dari mataku?"
"Ross, aku mohon jangan bahas masalah ini di sini. Aku tidak mau kita menjadi pusat perhatian satu sekolah karenanya. Dan satu lagi, jangan pernah menungguku karena aku tidak akan pernah membuka hatiku untuk siapa pun. Sekarang kau tahu betapa aku sangat mencintai istriku melebihi apa pun di dunia ini, bahkan nyawaku sekali pun. Kau yang seharusnya membuka hatimu untuk laki-laki lain yang mencintaimu. Jangan kau buang waktumu untuk mengharapkan lelaki yang tidak mencintaimu, Rossi. Jika mencintaimu saja tidak, bagaimana ia bisa membahagiakanmu? Maafkan aku Rossi, aku harus pergi sekarang."