Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen : Pelacur Tak bersalah

3 Februari 2020   10:27 Diperbarui: 30 Oktober 2021   18:57 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Seorang Wanita duduk sambil menghisap sebatang rokok di persimpangan jalan.  Di pinggir sungai kota besarnya Indonesia. Sembari melirik kanan dan kiri memperhatikan sekitar, siapa tau ada tamu yang datang untuk sekedar memakai jasanya. Wanita Tersebut bernama Lia. Seorang janda berumur 26 Tahun yang ditinggal kabur oleh suaminya yang menikah dengan wanita lain dan mencampakkan dia dan anaknya yang masih kecil.

 "Sayang, lagi ngapain? sendiri aja?" goda sekumpulan bapak - bapak hidung belang yang lewat.

 Ia hanya tersenyum, dan tak menjawab sepata kata pun. 

 "Waduh senyumnya, menggoda. pleass senyum lagi dong?" Balas seorang bapak - bapak.

  "Nah pak! Biar puas. Hehe" sambil tertawa manja.

 "hmm... mau kemana ni pak, Gak mau mampir dulu?" Balik tanya dari Lia.

  "Mungkin belum bisa ni, sayang. Hm ... lain kali yah" ucap lagi salah seorang bapak - bapak. seraya kembali berjalan menjauhi Lia. 

 "Iya sayang." Timbal Lia sambil berkedip manja.

 Para bapak-bapak itupun berlalu menjauhi  meninggalkan Lia yang duduk di pinggiran sungai tersebut. Dan dari dalam sebuah Ruko, keluarlah seorang wanita memakai pakaian serba ketat dan mini bewarna merah menyala. Dengan sedikit manik - manik menambah kemewahan baju yang di kenakan. Wanita itu bernama Cindy anak remaja putus sekolah karena tiada biaya dan akibat perceraian orang tuanya, membuatnya lari dan bergabung dengan wanita penghibur di karaoke yang kini menjadi tempatnya mencari makan. 

 "Mbak Lia ... Tadi ada tamu yah?" Tanya Cindy sambil duduk di sebelah Lia.

 "Bukan dek. Tadi itu bapak-bapak warga kampung sini.  Biasalah, cuman iseng." Mengeluarkan sebatang rokok dan mulai menghidupkannya.

 "Ohh... dikirain ada pelanggan mbak. Hmmm! Gimana kabarnya Arif kecil mbak, apa masih panas?" Tanya Cindy.

 "Iya dek. Tapi, udah agak mendingan sii sekarang. Ya ... mungkin rindu bapaknya" membuang abu di rokok yang sedang ia hisap.

 "Ya mbak. Syukurlah kalo begitu." 

 "Sebentar dek, mbak mau sholat isya dulu. Mumpung belum ada pengunjung. Hmmm... Ditinggal gak apa-apa ya dek?" Ucap Lia sembari berdiri dan berjalan menuju ke Ruko. 

  Malam ini sudah menunjukan pukul 22.50 Wib. Suasana makin dingin, ditemani hiruk pikuk ramainya ibu kota. Dari suara knalpot kendaraan bermotor hingga ramainya pejalan kaki yang tidak jauh dari posisi keberadaan Cindy . Cindy masih duduk seorang diri, tidak jauh dari ruko Cindy ada juga beberapa ruko yang sama. Ruko - ruko tersebut merupakan tempat hiburan malam seperti Karaokean. Dan Cindy merupakan salah satu dari banyaknya wanita yang menjadi teman para tamu karaokean. 

  Setelah sholat, Lia keluar lagi dan mendapati Cindy sedang mengobrol dengan 2 pemuda berumuran 20 Tahunan, yang juga dapat diperkirakan seumuran dengan Cindy sendiri.

 "Pengunjung ya dek?" Tanya Lia kepada Cindy.

 "Ohh... bukan mbak. kenalin pacarnya Cindy, Dani namanya mbak. Dan yang ini temannya  si Saipul. Mereka mahasiswa dari Fakultas Ekonomi UI mbak." 

 "Salam kenal, perkenalkan Dani mbak." Ucap Dani sembari menyodorkan tangannya

"Lia" balas Lia kepada Dani.

 "Kalo saya saipul bin sobri. Bisa di panggil ipul mbak" sembari menyodorkan tangannya.

"Lia"

 "Wah. ternyata ada anak-anak berpendidikan ni maen. Hmm... apa gak malu kalo entar dilihat sama teman satu kampus mampir kesini.?" Ucap Lia kepada Dani dan Saipul. 

 "Gak mbak. Buat apa juga malu. Selow aja." Jawab Dani sambil tersenyum.

 "Kalo ketemu dosennya, Gimana ? nanti berpengaruh sama nilai - nilai kalianya?" Ucap Lia lagi.

 "Tenang mbak. Kan kita gak lagi kuliah. Kita mahasiswa pagi, pulang ya ... sore. Hm, kalo jam segini mah sudah bebas mbak. Gak lagi terikat oleh peraturan - peraturan kampus. Hahha" ucap Dani lagi.

 "Ahh masak!? Nanti kalo nilainya E baru tau rasa loh." Jawab Lia sembari menghidupkan rokok yang baru saja diambilnya dari kotak rokok milik Dani. 

 "Tenang aja mbak. Jangan kuatir, inshaallah aman kok."ucap Saipul menambahkan.

 "Oh ya udah. Hmmm, dani? Kamu udah lama kenal sama Cindy? Apa gak malu pacaran? Kan kamu tau sendiri, pekerjaan dia bagaimana? Terus, bila kamu beneran serius, apa orang tua kamu bakal ngerestuin kamu sama Cindy?" Tanya Lia yang sedikit tegas, dan mulai duduk di sebelah Cindy.

 "Yaa... kalo saya sih jujur mbak. Ada sedikit naluri kesal atay apa yaa mbak. Tapi kan, Cindy juga perlu uang Dan Mbak tau sendiri, saya pribadi belum mampu memberikan yang layak buat Cindy. Apalagi kuliah aja belum selesai. Jadi, kayak masih bebanin orang tua ceritanya mbak." Ucap Dani sambil memperhatikan Cindy.

 "Memang kamu pacaran udah berapa lama, dek?"tanya Lia ke Cindy.

 "Baru 1 bulan mbak. Hm, sebenernya Cindy juga malu ngakuin profesi Cindy sama Dani sebelumnya mbak. Tapi disaat kata Dani jujur lebih baik. Ya akhirnya Cindy terus terang. Suka ayo! Gak suka, boleh pergi." Sambil menghidupkan rokok.

  "Oh begitu. Dani, memang bayangan kamu, kamu akan beneran serius sama Cindy?" Tanya Lia lagi kepada Dani sembari memperhatikan wajah Cindy dan kemudian kembali lagi memperhatikan Dani.

 "Seriuslah mbak. Namanya juga cinta. Hm ... kalo di dekat Cindy itu, bawakannya bahagia mbak. Gak ada bosen - bosennya."

 "Hmm.. terus kalo kamu bosen? Apakah Cindy bakal kamu buang seperti sampah?" Tanya lagi dari Lia sembari membuang abu rokoknya.

 "Maaf, gak mbak. Saya bener-bener serius. Tapi, tunggu saya sukses dulu. Ya kan Cin?" Dani yang memperhatikan Cindy dan mengambil satu batang rokok dari kotaknya.

 "Kalo kamu memang serius? Keluarkan Cindy dari dunia ini. Tarik dia, bawah ke dunia kamu" Lia yang mulai kelihatan serius dari kata - katanya.

  "Hmmm,  bila kamu sayang. Bila kamu cinta, kamu harus menjaga orang yang kamu cintai" tambah Lia

 "....?! ... Ya mbak. Secepatnya. Tapi itu juga harus ada niatan dari Cindy sendiri. Bila saya nyuruh dia keluar, tapi Cindy nya gak mau, kan? dan merasa terpaksa. Kan saya gak enak mbak."

 "Betul Cin, bagaimana menurut kamu?" Tanya Lia ke cindy.

 "Hmmm ... bagaimana yah mbak. yaa... kalo sudah sanggup ngasih kebutuhan cindy? Cindy mah mau - mau aja mbak. Hehe" membuang abu rokoknya. 

 "Nah gimana Dani?" Kembali menoleh kearah dani. Dani pun terdiam sejenak, seketika saipul yang dari tadi hanya memperhatikan. Merasa sedikit canggung dengan kediamannya sendiri, dan obrolan yang sedang ia dengarkan. Akhirnya Saipul mempunyai inisiatif mencoba mencairkan suasana di dirinya sendiri. Kebetulan juga ada tukang bakso keliling lewat.

 "Mang bakso!" Melambaikan tangan dan langsung bergegas berdiri menghampiri pedagang bakso. Tukang bakso itupun berhenti, berhenti dan menunggu Saipul.

 "Berapa, mangkok bang?" Tanya tukang bakso.

"Sebentar. Bos, berapa?" Ucap Saipul kepada Dani. Dani pun melihat serta melirik Lia dan Cindy.

 "Mbak mau bakso?" Tanya Dani kepada Lia.

 "Yaudah pesan aja. Punya mbak, gak pake mie tapi pedas ya. Hmm ... kalo kamu Cin?" Tanya Lia kepada Cindy.

 "Ia mbak. Kalo punya saya pake semua dan pedas yah bang."

 "Yaudah, pul. pesan bakso 4 mangkok. 1 gak pake mie, yang lain pake. Dan pedas semua ya pul." Ucap Dani kepada Saipul.

 "Bang, baksonya 4. 1 gak pake mie dan pedes semua bang yah."

 "Oke siap bang. 1 gak pake mie yg lain pake. Dan pedes yah bang." Balik ulang tukang bakso atas perkataan Saipul.

 "Ya sip bang. Hm, Saya tinggal bang."

 "Ya bang, selesai akan langsung diantar." 

 Sembari menunggu bakso yang masih di buat oleh tukang bakso. Saipul pun meninggalkan gerobak dan kembali duduk bersama Dani, Lia dan Cindy.

 "Oh ya mbak, biasanya memang sering sepi kayak gini?" Tanya Saipul kepada Lia.

 "Iya. Sudah satu minggu ini. Hm, paling banter - banter dapat pelanggan 1 atau 2 orang. Hmm... mungkin karena tanggal tua yah? Jadi belum pada gajian? Hehe" ucap Lia.

 "Oh begitu mbak. Hmm...! Maaf mbak kalo boleh tau, kenapa mbak mau melakukan profesi ini?" Tanya Dani.

 "Hmm... bukan kehendak hati Dan. Tapi yaa... tuntutan ekonomi. Taulah sendiri, zaman sekarang harga-harga serba naik. Rakyat kecil kayak kita - kita ni pada kecekik. Akibat kurangnya lapangan kerja? Walaupun ada, ijasa lebih diutamakan. Ya ... banter - banter pake orang dalem. Ujung - ujungnya, uang habis kerja kagak. Dan Yaa... tentunya demi anak juga si Dan." Pungkas Lia yang mematikan rokoknya dan menoleh kearah tukang bakso yang sedang berjalan menuju mereka.

 "Baksonya bang. mbak." Meletakkan piring diatas meja dan 1 buah botol kecap dan botol saus. Sambal sendiri sudah berada di atas sendok masing - masing mangkuk.

 "Terima kasih bang. ayo ... silakan makan."pungkas Dani.

 " oh iya mbak, kenapa gak coba pekerjaan lain?" Tanya Saipul sambil menyuapkan kuah bakso ke mulutnya.

 "Hmm... bukan gak mau pul. Tapi ... faktor pertama, umur. Dan memang banyak pekerjaan - pekerjaan halal. Kayak tukang Loundry pakaian, atau Asisten rumah tangga. Tapi yaaa ... saya lebih memilih profesi yang begini Pul. Kalo masalah dosa sendiri, ya ditanggung pribadi kan. Yang penting saya tidak mencuri / merugikan  orang lain dengan mengambil haknya. Kayak orang - orang hebat yang berada di sana, berdasi tapi sayang pencuri." 

 "Ohhh... tapi berdasarkan ajaran agama? Maaf mbak. Bukanya pekerjaan ini termasuk yang paling dilarang ya?" Tanya Dani lagi.

 "Betul si. bukan hanya di dalam Agama. Tapi di mata masyarakat setempat pun demikian. Pekerjaan yang kami lakukan di nilai kotor dan hina. Sebab yang kami sugukan bukan keterampilan tapi fisik kami. tapi ... ya begitulah. Kami menikmati. Yang terpenting Dapur bisa ngebul. Hahah Ya gak Cin?" Tanya Lia yang melirik Cindy.

 "Ohh... iya mbak. Betul itu Dan." Jawab singkat Cindy.

 "Terus? Apakah ada yang mbak salahkan tentang hidup yang mbak jalani sekarang misalnya?" Tanya Saipul kembali.

 "Gak ada ya. Saya iklas si ngejalaninya. Walau harus dipandang hina oleh orang - orang, masak bodoh lah. Toh, saya gak minta makan sama mereka. Dan masalah dosa? Yaaa ... biar saya yang bertanggung jawab pada tuhan saya. Hm ... Saya sendiri gak butuh pandangan orang, menilai saya apalah? Yang penting anak saya bisa makan."

 "Ohh  ... Ya si mbak. Terkadang memang manusia mudah menilai orang lain. Tapi sulit, menilai dirinya sendiri." jawab Dani.

  Dani pun memanggil tukang bakso yang dari tadi sedang menunggu mangkok. Duduk di dekat gerobaknya. 

 " bang... sini?" Panggil Dani.

 "Iya bang." Berjalan menghampiri mereka.

 "Berapa semua bang?"

 "4 porsi 40.000 aja bang." Ucap tukang bakso.

 "Ini bang." Sembari menyodorkan uang 50.000.

 "kembaliannya 10.000 bang yah. Terima kasih bang, Mbak." Ucap tukang bakso sembari kembali ke gerobaknya dengan membawa mangkok - mangkok yang kotor.

"Oh iya mbak, Seandainya ada kesempatan pindah profesi? Apakah mbak berminat pindah? Atau, tetap di profesi  ini?" Tanya Saipul kepada Dani.

 "Ya ... bila ada pekerjaan lain. Saya lebih memilih pekerjaan lain. Tapi sebenarnya mau apapun pekerjaannya. Bila kita iklas ngelakukannya, kalo kata ustad kan masih berkah hahahaha" ucap Lia sambil tertawa dan kembali menghidupkan rokoknya.

 " iya sih mbak. Hm ... yaudah. Mungkin itu dulu mbak, Cin. Nanti saya telpon ya. Lagikan sudah jam 11. Kita berdua juga ada tugas harus di selesaiin malam ini." Ucap Dani sambil berdiri dan menyodorkan tangan untuk berjabat tangan dengan Lia dan Cindy.

 "Ohh ... ya sudah. Hati - hati ya Dan, Pul. Jangan lupa mampir lagi." Ucap Lia kepada mereka berdua.

 "Iya mbak tenang. Kan ada Cindy, ya pasti mampir lah. Yaaa gak cinta. Hehehe " ucap dani.

 "Iya - iya cinta hahah" balas Cindy.

  "Yaudah mbak kita pamit. Mohon maaf ni, sudah ganggu. Semoga nanti ada pengunjung hehe" ucap Saipul

  Cindy, Dani dan Spul pun berdiri. Berjalan menuju motor Dani yang tak jauh dari Lia berada. 

 "Cin, terima kasih bantuannya." Ucap Dani.

 "Gak apa-apa Dan, santai lah. Hmm.. semoga materi tentang sisi lain pekerja PSK kamu cepat rampung ya. Hmm kalo boleh tau dan, kenapa kamu mau capek-capek buat materi kayak gini?" Tanya Cindy sembari melirik Lia dari kejauhan.

 "Hmmm.. saya cuman mau jelasin ke masyarakat yang suka membaca. Bahwa jangan menilai orang atas apa yang mereka kerjakan Cin. Terkadang kita manusia mampu menilai orang lain, seolah-olah diri kita lebih bersih dan suci dibandingkan orang yang kita nilai. Maka dari itu Cin, saya sama Ipul bermaksud untuk memberikan perubahan. Agar wanita hiburan malam seperti kamu, mbak Lia dan wanita - wanita lain. bisa diterima, walau kita tau sendiri bahwa itu juga merupakan hal yang tidak mungkin.  Mereka melakukan pekerjaan karena tuntutan ekonomi dan itu juga tuntutan hidup mereka. Bila kita mampu berkomentar paling benar, tapi tidak bisa membantu mereka meringankan beban mereka? Ya sama saja bohong. Setidaknya mau berkomentar harus siap membantu. Dan bila tak bisa membantu ya lebih baik diam. Biarkan Tuhan yang menilai. Sama seperti perkataan mbak lia tadi. Kalo masalah dosa itu biarkan masalah pribadi orang yang melakukannya. Suatu saat pasti juga akan ada perubahan. Karena hidayah itu kan jelas ada, tinggal menunggu waktu kapan akan munculnya." Pungkas Dani

 "Oh iya Dan. Semoga ada yang akan mengerti sisi lain dari kami ini ya Dan."

 "Semoga Cin. Sekali lagi terima kasih atas bantuannya."

 Akhirnya Dani dan Saipul pun meninggalkan Cindy dan Lia dengan membawa materi tentang sisi lain seorang wanita malam / pelacur.

 "Pul. Tadi sudah kamu rekam semua pembicaraan mbak Lia?" Tanya Dani sembari melajukan motornya di jalan.

 "Sudah bos. Pokoknya Aman"

....

__SpK

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun