Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Penggerak Pengungkit Mutu Pendidikan

17 November 2021   01:16 Diperbarui: 17 November 2021   12:58 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SDN Kenari 08 Jakarta Pusat mulai menjalani pembelajaran tatap muka pada Rabu (7/4/2021) pagi ini. (KOMPAS.COM/Ihsanuddin)

GURU PENGGERAK PENGUNGKIT MUTU PENDIDIKAN

Oleh: IDRIS APANDI

(Pemerhati Pendidikan)

Salah satu masalah serius yang dihadapi oleh Indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan. Program for International Student Assessment (PISA) yang dijadikan rujukan oleh Indonesia untuk mengukur mutu pendidikan menunjukkan rangking Indonesia pada aspek membaca, matematika, dan sains masih rendah. 

Hasil PISA tahun 2018 menunjukkan bahwa dari 79 negara, posisi Indonesia berada pada rangking 70-an. Dengan kata lain, Indonesia adalah salah satu negara yang berada pada urutan paling bawah.

Rendahnya kemampuan membaca, matematika, dan sains pesera didik tidak dapat dipungkiri pada akhirnya menyentuh kepada mutu guru. 

Program sertifikasi digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2006 bertujuan untuk menghasilkan guru-guru yang profesional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 

Walau demikian, hasil riset Bank Dunia tahun 2010 menunjukkan bahwa sertifikasi guru yang berimbas terhadap diberikannya Tunjangan Profesi Guru (TPG) bagi guru yang lulus sertifikasi baru mampu meningkatkan kesejahteraan guru, tetapi belum berdampak terhadap peningkatan mutu lulusan.

Pertanyaannya adalah mengapa sertifikasi guru belum berdampak terhadap peningkatan mutu guru? Padahal anggaran untuk membayar Tunjangan Profesi Guru (TPG) terus melonjak hingga puluhan triliun. 

Hal tersebut perlu dicari jawabannya dengan tidak harus menjadikan guru sebagai kambing hitam walau mungkin saja ada di antara penyebab masih rendahnya mutu guru adalah dari faktor guru itu sendiri. 

Misalnya, pola pikir (mindset) guru yang sulit untuk berubah, terbatasnya jumlah guru pada suatu sekolah/daerah, belum meratanya proporsi sebaran guru, belum semua guru mendapatkan kesempatan pelatihan, dan guru mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya (miss match).

Guru adalah ujung tombak peningkatan mutu pendidikan. Apapun kurikulum yang dilaksanakan pada sistem pendidikan sebuah negara, guru menjadi kuncinya. 

Berkaitan dengan hal tersebut, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu guru. Antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pelatihan atau bimbingan teknis (bimtek) bagi guru.

Walau demikian, hal yang bisa dikatakan sebagai sebuah kelemahan dalam manajemen pelatihan guru adalah belum adanya monitoring dan evaluasi (monev) dan tindak lanjut yang benar-benar bisa memastikan bahwa pasca pelatihan, guru menerapkan hasil pelatihan yang telah diikutinya dan berdampak terhadap peningkatan mutu pembelajaran. 

Dengan kata lain, pelatihan yang diikuti oleh seorang guru kurang berbekas dan hanya berlalu begitu saja sehingga ada lirik lagu yang suka dinyanyikan sebagai bentuk sindiran terhadap kurang berdampaknya pelatihan guru, yaitu lirik "Aku masih seperti yang dulu" yang pada intinya berbagai pelatihan yang telah diikuti oleh guru belum mampu mengubah pola pikir guru.

Diakui atau tidak, pelatihan atau bimtek peningkatan mutu guru pun kadang dilaksanakan dengan prinsip asal dilaksanakan atau anggarannya terserap, sedangkan tindaklanjut pasca kegiatan kurang dikawal dengan serius sehingga kurang berdampak terhadap peningkatan mutu atau kinerja guru.

Pelatihan atau bimtek guru yang dilakukan pun kadang terjebak pada hal yang bersifat administratif di mana para peserta didorong untuk menyeragamkan format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), penyeragaman materi ajar, atau penyeragaman soal-soal test sehingga kurang menggali kreativitas dan inovasi guru.

Lahirnya program Guru Penggerak (GP) sebagai salah satu paket merdeka belajar pada masa Mendikbudristek Nadiem Makarim adalah sebuah upaya untuk meningkatkan mutu guru secara terencana, sistematis, dan menyeluruh. 

Kalau sebelumnya peserta pelatihan identik dengan 4L yaitu "Lu Lagi, Lu Lagi", maka program Guru Penggerak (GP) membuka kesempatan secara terbuka kepada setiap guru untuk ikut serta dalam pelatihan yang dilaksanakan selama 9 bulan.

Guru-guru yang ikut pelatihan sebelumnya harus lolos seleksi essai, simulasi mengajar, dan wawancara. Dengan kata lain, Guru Penggerak (GP) adalah guru-guru terpilih berdasarkan hasil seleksi yang ketat. 

Mereka setidaknya sudah memiliki pengalaman melaksanakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif, memiliki jiwa kepeloporan, tipe pekerja keras, mampu bekerja sama dengan sesama guru dan pihak lain, memiliki kematangan emosional, mampu bekerja di bawah tekanan, memiliki semangat belajar yang tinggi, dan memiliki karakter sebagai pemimpin pembelajaran.

Selama 9 bulan mereka digembleng untuk menjadi guru yang unggul. Mereka diwajibkan untuk mempelajari modul-modul pembelajaran dan mengerjakan berbagai macam tugas. Fisik dan mental mereka diuji, ketahanan fisik dan psikis juga diasah agar menjadi sosok guru yang bermutu.

Guru Penggerak (GP) diharapkan menjadi agen perubahan, lokomotif perubahan, sekaligus transformator pendidikan yang bermuara kepada peningkatan mutu pembelajaran dan berdampak terhadap peningkatan mutu lulusan. 

Guru Penggerak (GP) minimal memiliki pola pikir untuk berubah, mau keluar dari zona nyaman, mau belajar hal-hal baru, tipe pekerja keras, pantang menyerah, mau berbagi ilmu dan pengalaman dengan rekan-rekan sejawatnya agar sama-sama berkembang.

Guru Penggerak (GP) diharapkan menjadi katalis perubahan. Pembelajaran yang dilakukannya bisa berpihak kepada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna (meaningful) kepada mereka. 

Guru Penggerak (GP)  diharapkan menjadi pelukis masa depan bagi peserta didik, mampu mengantarkan anak-anak didiknya menggapai kesuksesan. 

Oleh karena itu, pembelajaran yang disesuaikan dengan minat dan kemampuan mereka atau yang disebut sebagai pembelajaran terdiferensiasi karena pada prinsipnya adalah tidak ada yang bodoh, tetapi yang ada adalah guru yang belum mampu menemukan cara terbaik untuk mengajar anak tersebut.

Penguatan literasi dan numerasi perlu dilakukan oleh seorang Guru Penggerak (GP) dalam pembelajaran karena dua hal inilah yang menjadi kelemahan yang fokus ingin ditingkatkan oleh pemerintah. 

Penerapan strategi pembelajaran aktif dan kolaboratif perlu dilakukan oleh Guru Penggerak (GP) untuk merangsang kemampuan berpikir kritis dan daya analitis peserta didik.

Muara dari perubahan paradigma dan peningkatan mutu strategi pembelajaran melalui pelatihan guru penggerak adalah terwujudnya karakter Pelajar Pancasila(is). 

Karakter dari Pelajar Pancasila(is) antara lain; (1) Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, (2) Berkebhinekaan Global, (3) Bergotong Royong, (4) Mandiri, (5) Bernalar Kritis, dan (6) Kreatif.

Berdasarkan kepada hal di atas, maka Guru Penggerak (GP) adalah pendongkrak mutu pendidikan. Bahkan ada rencana Kemdikbudristek bahwa pengangkatan kepala sekolah salah satu syaratnya harus berasal dari guru yang telah lulus diklat Guru Penggerak (GP).

Hal ini mungkin untuk menarik minat guru-guru mengikuti program Guru Penggerak (GP), sebagai bentuk apresiasi bagi guru yang telah "berdarah-darah" mengikuti program Guru Penggerak (GP), dan sebagai upaya menghasilkan pemimpin sekolah yang sudah matang, siap pakai, dan memiliki jiwa kepemimpinan pembelajaran serta mampu menjadi seorang pemimpin transformatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun