Mohon tunggu...
Henri S. Sasmita
Henri S. Sasmita Mohon Tunggu... Pengajar

Enthusiasm in education | Pandu Digital | Enthusiastic about law, art, culture, society, and technology | henry@office.seamolec.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menciptakan Lingkungan Belajar yang Berdampak Positif untuk Bergerak Menuju Ekuitas Pendidikan

18 April 2023   14:58 Diperbarui: 18 April 2023   23:31 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyambut PTM 100 persen guru perlu merancang pembelajaran yang membuat siswa belajar aman, nyaman, dan bermakna meskipun jumlah siswa sudah kembali seperti semula.(DOK. TANOTO FOUNDATION via kompas.com)

Kita semua harus membuat keputusan, apakah guru, dosen, mahasiwa, pelajar, orangtua bahkan seorang presiden harus membuat keputusan untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan negara yang dipimpinnya. Setiap masalahnya pun bermacam-macam, tidak peduli apakah masalah sangat besar ataupun kecil, kita semua menetapkan tujuan, menghadapi tantangan dan berupaya mengatasinya. 

Ada sebuah pendekatan mendasar dalam memecahkan masalah-masalah seperti ini, sebuah pendekatan yang mengarahkan setiap orang pada solusi efektif. Memecahkan masalah bukan sekedar kemampuan, melainkan kerangka berpikir utuh, yang mendorong orang untuk memberikan yang terbaik, agar menghasilkan sesuatu yang bernilai positif.

Hidup memang penuh tantangan, ketika berusaha menggapai tujuan dan mimpi, kita dihadapkan pada berbagai rintangan. Permasalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari pun bisa bisa sangat melelahkan. 

Kita semua bahkan anak-anak tidak hanya mengejar mimpi-mimpi besar, mereka mengejar tujuan-tujuan yang lebih besar dengan menyederhanakannya menjadi beberapa target yang lebih kecil. Target - target yang mereka miliki memandu menuju mimpi dan membantu mereka termotivasi. 

Setelah merancang sebuah rencana untuk meraih sebuah mimpi, selanjutnya mereka mencari tahu cara yang paling efektif untuk mencapai setiap tujuan yang lebih kecil dan melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan. Kita dapat melihat bagaimana mereka berusaha meraih tujuannya. 

Seperti seorang pelajar SMK jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) Sistem Informasi memimpikan menjadi seorang programmer. 

Untuk saat ini tujuan pertamanya adalah membeli sebuah komputer yang akan membantunya mempelajari bahasa pemograman. Hal ini mungkin dapat terealisasi bagi mereka yang mampu tetapi tidak untuk yang orang tuanya nya lemah ekonomi, karena harapan mereka hanya dari sekolah.

Praktik adalah aspek penting dari sistem pendidikan saat ini . Hal ini mengacu pada pengajaran keterampilan praktis dan pembelajaran langsung (hands-on) yang dapat diterapkan pada situasi dunia nyata. Dapatkah kita membayangkan seseorang mengajari mengemudikan mobil, di dalam ruang kelas? Tidak mungkin! Yang harus dilakukan adalah kita harus  harus keluar dan di jalan untuk belajar mengemudi. Ini adalah contoh kegiatan berbasis keterampilan yang berorientasi pada praktik. 

Pengetahuan teoretis tentang kegiatan semacam itu perlu didukung oleh praktik. Karena sekolah hanya memberikan siswa banyak pengetahuan teoritis daripada pengetahuan praktis karena keterbatasan perangkat. 

Idealnya setiap sekolah yang membuka sebuah jurusan tertentu  harus mengupayakan dan menyiapkan perangkat pendukung untuk jurusannya tersebut.  

Jika perangkat pendukung tersedia dengan baik siswa dapat melakukan sesuatu dengan tangannya sendiri, dan dapat mengingat lebih baik berdasarkan pengalaman. Pekerjaan praktis mendorong mereka belajar mandiri. 

Membiasakan siswa dengan alat dan perangkat yang harus mereka gunakan. Dengan latihan dan praktik akan mengarah pada kesempurnaan. Seseorang tidak akan bisa dan mampu menjadi ahli dalam sekejap, semakin besar prakteknya, semakin besar pula keahlian yang akan mereka peroleh.

Mengapa kebermanfaatan dan praktik baik merdeka belajar dan merdeka berbudaya popular saat ini?  

Beberapa siswa cukup baik dalam mengingat hal-hal yang telah mereka baca atau mungkin dengar di kelas atau disuatu tempat. Sementara siswa yang lainnya harus bekerja sangat keras untuk mempertahankan sesuatu yang telah mereka baca. 

Hal-hal ini yang memberikan banyak tekanan pada otak mereka. Jadi, ketika kita melihat sesuatu secara praktis dan mengalaminya, kita tidak perlu melihat tulisan dibuku.  

Seperti yang pernah atau sering kita alami saat kita menjejalkan pelajaran untuk ujian seperti sistem kebut semalam, otak kita cenderung mengingatnya untuk waktu yang singkat bukan untuk tujuan sebenarnya dari mempelajari sesuatu itu. 

Kita berusaha keras untuk mempelajari sebuah rumus, teori atau penjelasan kata demi kata dengan mengingatnya tetapi selalu melupakan satu bagian atau bagian lainnya. 

Tetapi saat melakukannya secara praktik, bisa dalam bentuk eksperimen, proyek, seluruh pengalaman belajar tersebut tetap ada dalam pikiran kita untuk waktu yang lama.

Jika siswa mengetahui tentang fakta dan teori dalam penerapannya dikehidupan nyata mereka  tidak akan terus bertanya-tanya sepanjang kehidupan sekolah untuk apa mempelajari teori - teori tersebut. Siswa akan terus bertanya-tanya apa gunanya rumus present tense, active passive voice dan procedure text dan lain-lain dalam dunia nyata. Namun ketika diperkenalkan pada penerapannya, dan kebermanfaatan nya mereka menyadari pentingnya rumus tersebut dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. 

Jika siswa tidak mengetahui penggunaan konsep teoritis dalam situasi kehidupan nyata, mereka akan terus bertanya-tanya sepanjang kehidupan sekolah. Hanya dengan membaca sebuah teori, hal itu tidak dapat langsung masuk ke dalam pikiran  para siswa meskipun dapat dijelaskan dengan cara yang paling sederhana. 

Misalnya, dapatkah siswa  memahami rumus present tense seandainya seorang guru tidak mempraktikan penggunaan dari rumus tersebut seperti bagaimana mengaplikasikan dalam bentuk percakapan (conversation) guru dengan dengan siswa atau peer group. 

Dengan mengembangkan pemahaman yang lebih baik ketika siswa menemukan sesuatu yang menarik, sepertinya mudah untuk mereka aplikasikan. Proses pembelajaran relatif menjadi lebih mudah bila dilakukan secara praktis. Ketika siswa melakukan sesuatu secara praktis akan lebih efektif yang membuatnya lebih mudah untuk dipahami, diterapkan, dan diingat.

Pembelajaran mandiri adalah pembelajaran yang dilakukan dioleh siswa sendiri untuk memperluas pengetahuan tentang mata pelajaran dan topik tertentu yang mungkin telah mereka pelajari dan bahas dalam kelas, atau tutorial. 

Saat ini teknologi sangat membantu biasanya jika siswa ingin belajar secara mandiri,meraka menggunakan perambah browser untuk mendapatkan sumber, atau melihat buku pegangan atau modul untuk melihat apa lagi yang perlu mereka baca. 

Belajar secara mandiri yang dilakukan seorang siswa adalah pengalaman yang sangat berbeda dengan belajar mandiri di sebuah perguruan tinggi. 

Untuk seorang mahasiswa harus benar-benar berpikir tentang apa yang akan mereka pelajari, apa yang tidak akan mereka pelajari, buku apa yang akan mereka temukan, buku apa yang tidak akan mereka temukan. 

Mereja tidak diberikan bab untuk dibaca, meraka diharapkan dapat menemukannya. Bagaimana dengan seorang siswa mereka harus diberikan panduan yang jelas serta terarah dengan materi pokok daripada hanya beberapa teori yang banyak tanpa diaplikasikan. Selain itu, siswa tidak dipaksa untuk membaca atau diberikan pekerjaan rumah bagaimana mereka dapat menggunakan waktu  secara efisien.

Tanpa aspek pembelajaran mandiri, siswa tidak akan dapat mendiskusikan hal-hal secara mendalam dan mereka tidak akan dapat benar-benar mendapatkan banyak wawasan dan pengetahuan tentang topik khusus tersebut dan meraka dapat benar-benar terlibat. didalamnya dengan baik dan lengkap.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari mendorong belajar mandiri pada siswa sejak usia muda. Diantaranya adalah:

  • Meningkatkan manajemen waktu dan keterampilan organisasi.
  • Kemampuan untuk bekerja dengan fleksibilitas.
  • Meningkatkan inisiatif dan berpikir kreatif.
  • Mengasah keterampilan membaca dan mengembangkan keterampilan menulis.
  • Meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri anak-anak pada kemampuan mereka sendiri.

Meskipun pembelajaran mandiri, pada dasarnya, merupakan tugas yang dipimpin oleh guru dan siswa. Namun, ada langkah-langkah tertentu yang dapat diambil oleh guru untuk membantu proses tersebut. Beberapa strategi pembelajaran mandiri yang cocok untuk digunakan di ruang kelas meliputi:

Dorong anak-anak untuk mencari informasi dari berbagai sumber dan media - bukan hanya buku teks, tetapi juga materi visual dan audio.

  • Tetapkan target yang jelas: memiliki parameter untuk dikerjakan akan mendorong anak-anak untuk mencari informasi berharga secara lebih efisien.
  • Tekankan manajemen waktu: ini akan memastikan bahwa pembelajaran tidak dilarang oleh gangguan dan waktu yang terbuang percuma.
  • Promosikan membaca, tidak hanya dalam waktu belajar, tetapi secara konsisten sepanjang hari.
  • Diskusi sebelum dan sesudah pembelajaran: hal ini akan memberi kesempatan bagi guru untuk membahas semua kesenjangan dan kesulitan mereka  para siwa, serta metode yang menurut mereka berguna.

Membekali siswa dengan berbagai strategi pembelajaran mandiri, agar mendorong mereka untuk mengembangkan mindset berkembang, dan akan membantu mereka merasa lebih percaya diri dalam pengembangan sendiri. 

Refleksi dan diskusi pasca-pembelajaran adalah strategi pembelajaran mandiri yang membantu anak mengembangkan kesadaran yang lebih besar akan kekuatan dan kelemahan mereka. Pembelajaran reflektif juga mendukung anak-anak untuk mengidentifikasi bagaimana mereka belajar dengan baik.

Menjadikan merdeka berbudaya sebagai tujuan dari program proyek kemanusiaan yang ditujukan kepada siswa meliputi:

  • Mempersiapkan peserta didik yang unggul yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam melaksanakannya kewajiban berdasarkan agama, moral, dan etika.
  • Melatih siswa untuk memiliki jiwa sosial kepekaan untuk menggali dan mengeksplorasi masalah yang ada dan berpartisipasi dalam memberikan solusi sesuai minat dan keahliannya.

Bagi siswa,merdeka berbudaya bisa menjadi langkah berharga dalam memperoleh kemandirian dan mempersiapkan masa dewasa. 

Lingkungan tempat tinggal siswa adalah lingkungan yang akrab, adalah cara yang baik untuk tetap nyaman, tetapi tidak selalu banyak membantu untuk mempromosikan pengalaman baru. 

Sekolah adalah bagian utama dari pertumbuhan pribadi dan mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dapat membantu Siswa belajar banyak tentang diri sendiri. Siswa yang bersekolah di sekolah berasrama maupun sekolah biasa diberi kesempatan untuk menjelajahi lingkungan baru. 

Mereka mendapatkan kesempatan untuk mempelajari keterampilan hidup yang berharga dan hidup di antara kerumunan orang yang beragam. Ini akan membutuhkan banyak perencanaan dan upaya karena siswa belajar bagaimana kehidupan sehari-hari bekerja dalam budaya baru. Ini adalah keterampilan yang tidak hanya penting sepanjang tahun ajaran tetapi juga seumur hidup. 

Mengenal diri sendiri adalah salah satu aspek terpenting untuk menjadi orang yang kuat dan mandiri. 

Saat siswa berinteraksi diantara orang-orang yang berasal dari latar belakang berbeda, mereka mulai melihat area di mana tradisi mereka mungkin berbeda dan mereka dihadapkan pada perspektif baru. Ini memberi mereka kesempatan untuk memeriksa kepribadian mereka dan bagaimana mereka tidak hanya mewakili budaya mereka tetapi juga diri mereka sendiri. Ini adalah cara yang baik untuk terhubung dengan orang lain dengan cara yang bermakna dan memberi siswa kesempatan untuk menjadi pribadi yang positif.

Menumbuhkan merdeka berbudaya. Setiap sekolah memiliki budaya organisasi yang unik. Budaya sekolah yang paling efektif mendukung pengajaran dan pembelajaran yang hebat. Sekolah  memberdayakan guru untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berefleksi, bertanya dan berinovasi. Budaya sekolah adalah fondasi kesuksesan sekolah.

Menurut Ebony Bridwell-Mitchell, pakar kepemimpinan dan manajemen pendidikan. Sebagaimana didefinisikan pada sesi National Institute for Urban School Leaders di Harvard Graduate School pada tahun 2018. "A culture will be strong or weak depending on the interactions between people in the organization. In a strong culture, there are many, overlapping, and cohesive interactions, so that knowledge about the organization's distinctive character -and what it takes to thrive in it - is widely spread."

Suatu budaya akan kuat atau lemah tergantung pada interaksi antar orang dalam organisasi. Dalam budaya yang kuat, terdapat banyak interaksi yang tumpang tindih dan kohesif, sehingga pengetahuan tentang karakter khas organisasi - dan apa yang diperlukan untuk berkembang di dalamnya - tersebar luas.

Budaya sekolah terdiri dari koneksi, keyakinan, dan perilaku siswa, keluarga, dan pendidik. Sangat penting bagi kita untuk mendorong guru saat ini dan masa depan untuk menjadi pengurus, dan pendukung sejati untuk budaya sekolah yang efektif. dengan keterampilan untuk memimpin perubahan positif dalam pendidikan. 

Budaya berdampak langsung pada keberhasilan siswa dan staf. Itu mewujudkan hubungan yang kita buat satu sama lain. Budaya yang hebat mendorong partisipasi aktif, harus membentuknya dan kita semua memiliki peran untuk mewujudkannya.

Budaya sekolah terdiri dari tradisi, rutinitas, harapan dan interaksi yang terjadi. Menghadiri faktor-faktor tersebut dengan cara yang mencerminkan misi dan nilai-nilai komunitas, di dalam dan di luar kelas, merupakan kunci budaya yang sehat. Visi bersama dan harapan yang tinggi berjalan jauh menuju pencapaian akan misi sekolah. 

Ketika pengajar, staf, dan siswa terlibat secara mendalam dan merangkul budaya sekolah mereka, hal itu akan tersebar di seluruh komunitas sekolah. Pemahaman bahwa budaya sangat memengaruhi hasil, dan bahwa menjaga budaya adalah tanggung jawab bersama dari semua anggota komunitas adalah kunci untuk memiliki dampak yang positif dan bertahan lama.

Budaya tidak ditentukan oleh satu orang, tetapi dibuat oleh komunitas. Mendukung dan menantang individu dalam lingkungan sekolah tidak hanya mendorong pertumbuhan, tetapi juga memastikan bahwa semua anggota komunitas terlibat. Dukungan individual penting untuk membangun lingkungan pengajaran dimana mereka berada dan menetapkan tujuan yang jelas dan relevan. 

Mengadopsi pola pikir yang mengutamakan siswa dan memahami dampak budaya memungkinkan guru untuk bergerak menuju ekuitas akademik (kesetaraan dalam mendapatkan pendidikan tanpa membedakan suku, agama, ras, antar golongan, gender serta status sosial dan politik).

Dalam pendidikan, setiap warga sekolah harus merasa terpanggil untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Guru yang mencontohkan inkuiri ("mencari" atau "pencarian". Sehingga pada pembelajaran inkuiri, pendidik menyiapkan peserta didik untuk menjadi ahli dalam melakukan "pencarian" solusi atas suatu masalah yang sedang mereka hadapi) rasa ingin tahu, bahkan ketidakpastian menciptakan pemahaman bahwa apa yang belum dipelajari siswa, dapat dipelajari. Dan keinginan untuk belajar adalah langkah pertama dan terpenting dalam proses ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun