Mayo merupakan pria tampan yang sudah ber kali-kali berganti pacar tapi ketika pacar Mayo mengajak nya untuk menikah Mayo memutuskan pacar nya tersebut. Mayo memang menyukai wanita-wanita yang menjadi pacar nya tersebut tapi tidak seorangpun dari wanita tersebut yang menggetarkan hatinya untuk dia bisa memilih mereka sebagai isterinya.
Sudah seminggu Mayo mengamat-amati Edelweis, dia tidak menyangka ada wanita negerinya yang bisa menulis dan tulisan nya pun sangat bagus. Â
"Aku merasa sepi, terkadang aku mulai memikirkan apakah aku terlampau sombong menolak semua pria dan menjadi seperti ini? Hidup dalam sepi."
"Tapi ketika ku tanya batin ku sekali lagi jika seandainya waktu di ulang kembali, aku pasti tetap memilih jalan yang sama, karena aku tetap tidak bisa jatuh cinta dan nemberikan hatiku pada pria-pria itu."
Itu tulisan Edelweis yang ada di tanah dan keeesokan harinya tulisan itu akan di hapus oleh Edelweis dan di ganti tulisan baru.
"Apakah mashi ada kesempatan ku untuk bertemu dengan pria yang akan membuat ku jatuh cinta?"
"Dan jika memang aku bertemu dengan pria tersebut dan jatuh cinta pada nya, apakah mungkin pria tersebut bisa jatuh cinta kepada ku yang sudah ber umur ini?"
Selama dua minggu,  Mayo tidak sekalipun melewatkan membaca tulisan Edelweis sebelum di hapus.  Bukan hanya tulisan tapi lukisan Edelwis  juga indah serta menarik perhatian Mayo.  Lukisan pemandangan yang indah, hewan, ataupun keluarga. Dari lukisan dan tulisan tersebut Mayo sedikit banyak tahu bahwa Edelweis merindukan keluarganya.Â
Tulisan, lukisan dan nyanyian Edelweis selalu membuatnya ingin datang ke lembah dan jika suatu hari Edelweis tidak datang ke lembah Mayo mulai merindukannya dan menunggunya.Â
Sudah beberapa hari Edelweis tidak datang ke lembah dan Mayo mulai khawatir dan cemas tapi Mayo tidak bisa ber buat apa-apa kecuali menunggu. Ketika Edelweis  datang ke lembah, Mayo memutuskan dia akan mengikuti Edelweis pulang untuk mengetahui rumah Edelweis.
Suatu hari Mayo memutuskan untuk memperkenalkan dirinya dan Mayo pun sengaja menunggu Edelweis di lembah.Â