Mohon tunggu...
Mercy
Mercy Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu dua anak remaja, penggiat homeschooling, berlatarbelakang Sarjana Komunikasi, Sarjana Hukum dan wartawan

Pengalaman manis tapi pahit, ikutan Fit and Proper Test di DPR.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Saatnya Turis (Millenial Batak) Mengulik Toba

26 September 2021   09:30 Diperbarui: 26 September 2021   09:32 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata Volunteer  yang mulai diminati yakni Menjadi Pengasuh Orangutan. Dok: sains.kompas.com

Artikel pertama saya yang berfokus pada promosi pengembangan pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan, dan ramah lingkungan dengan target mensejahterakan masyarakat yang ada di Kawasan Danau Toba. Artikel sekitar 1500 kata itu menawarkan ide berupa paket pariwisata --yang setahu saya belum pernah ditawarkan travel biro dalam negeri dan luar negeri-- tentang Heritage of Toba. 

Artikel berjudul  "Liburan ke Kampung Ompung di Toba" juga sempat saya share ke WA Group antara lain: 

  • Komunitas Startup Batak dan komunitas penggiat Information Techonology di seluruh dunia
  • Komunitas Peserta Jambore Campervan Indonesia CVI
  • Komunitas sekolahan, alumni SD Strada, SMPN 30 Jakarta, SMA Labscool Rawamangun Jakarta 
  • Komunitas Alumni Universitas Sumatera Utara USU dan FISIP USU  
  • Komunitas Mercy Smart Homeschooling
  • Komunitas Sekolah SMP SMA Megana, sekolah online yang menyenangkan
  • Komunitas Guru Megana, yakni guru honorer seluruh Indonesia yang mengajar online part-timer para siswa level TK PAUD dan SD secara private untuk Matematika, Membaca, dan Bahasa Inggris dengan metode Megana Fun Academy
  • Komunitas anggota PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia yang berada di 34 provinsi dan ratusan kabupaten kota. 

Sebagai Ketua Asosiasi Pendidik Nonformal Informal PNFI-PGRI tingkat nasional, saya juga berusaha mengajak para guru untuk melihat peluang bisnis pariwisata sehingga mereka bisa mengadaptasi peluang tersebut di tempat masing-masing.  

Ternyata artikel saya berjudul "Liburan ke Kampung Ompung di Toba' dibagikan teman-teman juga ke WA Group ke komunitasnya masing-masing. Beberapa teman lama saya yang memang doyan liburan sampai mengirim pesan pribadi,  bahwa mereka tertarik dengan paket wisata yang saya tuliskan di artikel yang dimuat di Kompasiana.com. 

Menurut mereka, paket wisata yang saya tuliskan untuk 5 hari dan 4 malam itu berbeda dari yang mereka bayangkan tentang travel Danau Toba yang selama ini ditawarkan travel biro.  Liburan ke Kampung Ompung di Toba, versi mereka adalah Paket komplit karena: 

  1. Mereka mau punya foto dan video dari spot terindah di Danau Toba. 
  2. Mereka ingin mencicipi destinasi kuliner yang tak ada di dunia manapun seperti kue ombus-ombus atau rendang daging kuda. 
  3. Mereka yang rencana datang sekeluarga antusias mengajak anak-anaknya ke destinasi rohani ke Bukit Doa segala agama sehingga bisa menumbuhkan sikap saling menghargai dan toleransi. 
  4. Mereka juga tertarik mampir ke destinasi budaya yang bikin "kepo" karena ada unsur mistis seperti Istana SiSingamangaraja.
  5. Selain hal hal itu, ternyata para Bapak antusias dengan paket yang mengunjungi agrowisata. Mungkin mereka berpikir, siapa tahu bisa mengembangkan budidaya tanaman tersebut atau berminat menjadi investor bisnis agrowisata.  

Antusiasme teman-teman dalam negeri saja sudah mengagetkan. Dan percaya atau tidak,  belasan calon wisatawan dari Australia, Malaysia, dan Singapura, kebetulan berdarah Batak juga,  men-Direct Message saya dan berminat memesan paket wisata yang sejujurnya masih berupa gagasan yang baru saya uji coba secepatnya (apalagi jika terpilih menjadi pemenang dalam kompetisi Kompasiana.com ini, semoga ya) 

Bahkan jika PPKM dan pandemi corona bisa berhasil ditekan oleh Pemerintah Indonesia --sehingga tidak perlu karantina 14 hari-- para turis luar negeri itu berminat ikut paket wisata Liburan ke Kampung Ompung di Toba selama  5 hari 4 malam,  pada Liburan Akhir Tahun 2021 atau liburan Tahun 2022.

Penutup

Selain hal hal penting, menarik,  dan urgent menjadi Pekerjaan Rumah para pemangku wisata, saya berharap Kemenparekraf juga bisa mewujudkan aplikasi khusus parwisata khususnya untuk DSP Toba.  Saya sepakat dengan artikel Kompasiana karya Andre Christoga yang berjudul "Aplikasi Racun Toba Menggoda Millenial ke Danau Toba".

Sangat penting Kemenparekraf serius menyiapkan aplikasi berbasis IOS atau Android yang berkualitas dengan teknologi Virtual Reality dan bila perlu dilengkapi dengan Augmented Reality dan Artificial Intelligent.  Saat ini aplikasi gadget menjadi sarana yang sangat penting untuk "menggoda dan menggaet" calon wisatawan  terutama para millenial.  Dengan mendownload aplikasi "Racun Toba" mereka leluasa mengulik dan menikmati secara online  ambience DSP Toba, yang nantinya menjadi destinasi pilihan yang dikunjungi (personalize).

Demikian juga Artikel dari Kiti Kirana, mahasiswa S-2 dari Beijing RRC berjudul "Para Super VIP Ini Berlibur ke Kampung Kita di Toba, Kamu Kapan, Ito dan Eda?" menurut saya sangat menarik.  Bagi kaum millenial, keren jika mereka punya spot foto sebagaimana para VIP dunia. Punya spot foto ala instagram Presiden Jokowi dan Bu Ana tahun 2020, atau foto Raja dan Ratu Belanda yang memilih wisata ke Danau Toba di tahun 2019.  

Kiti Kirana sebagai salah satu diaspora Indonesia ternyata keturunan Batak mengingatkan bahwa unsur primordialisme dalam arti positif menjadi pertimbangan emosional yang ampuh bagi calon wisatawan untuk menggerakkan, mengulik, dan  memilih "Kampung Halaman" dibanding tempat lain dan negara  lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun