Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Author

Mahéng menulis di berbagai platform. Di Kompasiana, ia belajar menguleni isu-isu berat dengan adonan humor, kadang matang, sesekali gosong, adakalanya garing, dan nggak jarang absurd, persis seperti hidupnya sendiri. Intip X/IG @iamaheng.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pelajaran dari Balik Jamban: Koeksistensi Manusia dan Orangutan di Kalimantan

9 September 2025   21:15 Diperbarui: 9 September 2025   21:15 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang biasanya dapat pencerahan di tempat keren. Ada yang meditasi di bawah pohon, ada yang rebahan di hammock sambil bikin takarir filosofis, ada juga yang duduk di pinggir sungai mendengarkan kicau burung.

Bahkan ada yang rela bayar mahal buat retreat mindfulness tiga hari dua malam, padahal isinya cuma disuruh diam. 

Saya nggak seberuntung itu. Pencerahan saya datangnya malah dari balik jamban. Tempat  manusia biasanya lebih sibuk mikirin botol sampo sudah harus diisi air apa belum ketimbang mikirin makna hidup.  

Akhir Juli 2025, di Camp Serumput, sebuah pos kecil di tepi kali di Desa Pangkalan Teluk, Dusun Cali, Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, saya keluar dari kakus setelah menyelesaikan urusan paling manusiawi. 

Begitu pintu saya buka, yang nongol bukan udara segar melainkan sosok orangutan

Namanya Susi. Beratnya mungkin 40 kilo lebih. Dia berdiri tepat di depan pintu, tatapannya tenang. Nggak menakutkan, lebih kayak seorang guru yang habis memeriksa PR murid.

Rasanya seperti doi mau bilang, “Santai saja, Mahéng. Toh di hutan ini kita sama-sama numpang.”

Saya bengong, lalu ketawa kecil, lantas mikir. Ternyata koeksistensi itu nggak selalu teori rumit yang ditulis di jurnal setebal skripsi molor lima tahun. 

Koeksistensi bisa lahir dari momen absurd, bikin kita salah tingkah dulu, kemudian sadar belakangan.

Susi, Sang Nenek Hutan 

Susi punya riwayat hidup yang bikin dada sesak. Pernah hidup di rantai besi, lehernya luka parah, bahkan ada potongan karet yang menempel di kulit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun