Pendidikan di Indonesia sudah ada sejak zaman Hindia-Belanda. Pada saat itu, pendidikan di Indonesia menggunakan sistem pembelajaran sesuai dengan kebijakan pemerintah Hindia-Belanda. Setelah merdeka, Indonesia berusaha memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di sekolah.
Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sudah banyak mengalami perubahan dalam sistem pembelajarannya. Hal itu bertujuan agar pendidikan di Indonesia memiliki mutu dan kualitas yang baik. Pemerintah mulai banyak melakukan pembenahan dari sistem kurikulum, pendanaan fasilitas sekolah, penataan tata kelola sekolah, dan lain sebagainya.
Hingga pada awal tahun 2020, dunia dilanda Pandemi Covid-19. Pandemi ini mengubah seluruh tatanan kehidupan terutama di bidang pendidikan. Pemerintah terus melakukan upaya agar pendidikan di Indonesia tetap berjalan semestinya.
Kemendikbud menerapkan pembelajaran daring dengan sistem pembelajaran campuran. Menurut Piskurich (2006), Blended Learning Combination adalah penggabungan dari pembelajaran sinkronus dan asinkronus dengan tujuan tercapainya efektivitas belajar yang optimal.
Pembelajaran sinkronus sendiri adalah sistem belajar dalam jaringan (daring) secara tatap muka atau mandiri menggunakan gadget atau laptop melalui beberapa portal aplikasi pembelajaran daring. Sedangkan, pembelajaran asinkronus adalah sistem belajar luar jaringan (luring) secara mandiri menggunakan media belajar dari benda atau alat peraga di lingkungan sekitar.
Namun keadaan dilapangan tidak berjalan seluruhnya sesuai rencana yang ada. Ternyata pembelajaran secara campuran (Blended learning) tidak cocok diterapkan pada pembelajaran di sekolah era baru.Â
Sesungguhnya pembelajaran secara sinkronus lebih cocok diterapkan dalam pembelajaran era baru di sekolah. Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan yang cukup besar jika menggunakan sistem pembelajaran secara campuran atau sistem pembelajaran secara asinkronus.
Berdasarkan Jurnal PRIMATIKA, Volume 9, Nomor 2 oleh Kezia dan Margareta. Dari segi cara siswa menyampaikan pendapat dan juga dari segi komunikasi yang terjalin antara siswa dan peneliti lebih terlaksana dengan baik pada kelas sinkronus dibandingkan dengan kelas asinkronus.
Hal tersebut dapat terjadi karena dalam kelas sinkronus terjadi interaksi dan hubungan timbal balik yang baik antara guru dengan peserta didik. Peserta didik lebih semangat dan aktif dalam pembelajaran. Sedangkan, dalam kelas asinkronus peserta didik hanya bisa menyimak dan tumbuh rasa malas untuk mengikuti pembelajaran yang ada karena tidak ada interaksi yang efektif.
Selain itu, dari data survei website Universitas Indonesia. Pembelajaran secara asinkronus memiliki kekurangan adanya kemungkinan terjadi perbedaan pemahaman materi karena kurang adanya interaksi antara dosen dengan mahasiswa.Â
Pada dasarnya, peserta didik adalah individu yang beraneka ragam di dalam sebuah kelas. Mereka memiliki kemampuan yang berbeda-beda baik dari pemahaman materi, kecepatan daya tangkap, dan sebagainya. Efektifnya sistem pembelajaran sinkronus tidak hanya dapat dirasakan dari segi pemahaman, tapi dari segi komunikasi dan segi sifat & sikap.Â