Mohon tunggu...
humairah tus shyfa tanjung
humairah tus shyfa tanjung Mohon Tunggu... Pelajar

Musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Gema reformasi di jalan sudirman"

16 September 2025   13:35 Diperbarui: 16 September 2025   13:35 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gema Reformasi di Jalan Sudirman"

I. Awal Krisis

Jakarta, Mei 1998. Kota ini dipenuhi asap kendaraan dan tensi politik yang memuncak. Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi berat, inflasi melonjak, dan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru semakin besar. Mahasiswa dan aktivis mulai bergerak menuntut reformasi.

Rio, seorang mahasiswa ekonomi di Universitas Indonesia, duduk di kamar kostnya di kawasan Salemba, membaca berita tentang demonstrasi yang terus berlanjut. Ia teringat ceramah dosennya tentang pentingnya perubahan sistem politik untuk kesejahteraan rakyat.

II. Pergerakan Mahasiswa

Suatu sore, rio bergabung dengan teman-temannya di kampus UI yang menjadi pusat pergerakan mahasiswa. Mereka membahas strategi untuk demonstrasi besar-besaran menuntut reformasi dan penurunan Presiden Soeharto. Semangat mereka tinggi, didorong keinginan menciptakan Indonesia yang lebih demokratis dan adil.

Pada 12 Mei 1998, terjadi peristiwa tragis di Trisakti: empat mahasiswa tertembak dalam demonstrasi. Rio dan kawan-kawannya sangat terpukul. "Ini harus jadi titik balik," kata salah satu aktivis dengan mata berkaca-kaca.

III. Reformasi Bergulir

Massa mahasiswa dan rakyat semakin berani turun ke jalan. Mereka berorasi di depan Gedung MPR/DPR, menuntut perubahan total. Tekanan publik besar, dan pada 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundurkan diri. Indonesia memasuki era Reformasi.

Rio merasa lega tapi juga sadar bahwa perjuangan belum selesai. "Reformasi baru dimulai, kita harus menjaga demokrasi ini," katanya kepada teman-temannya.

IV. Dampak dan Refleksi

Tahun-tahun pasca-Reformasi membawa perubahan besar: kebebasan pers meningkat, pemilu lebih terbuka, desentralisasi mulai diterapkan. Tapi rio juga melihat tantangan: korupsi masih merajalela, kesenjangan sosial tetap ada.

Di sebuah kafe di Jalan Sudirman, rio bertemu dengan seorang aktivis senior yang dulu berjuang di era itu. "Reformasi buka pintu, tapi kita harus terus mengawal," kata aktivis itu.

V. Gema untuk Masa Depan

Rio kini bekerja sebagai analis kebijakan di sebuah LSM. Ia terlibat dalam program edukasi politik untuk generasi muda. "Sejarah Reformasi mengajarkan kita pentingnya keberanian dan partisipasi," katanya kepada anak-anak muda yang antusias.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun