Ada gravitasi besar yang membuatku ingin sekali menginjakkan kaki ke Mandalika, Lombok Tengah sebuah Destinasi Super Prioritas (DSP). Sebuah perjalanan yang menyisakan pengalaman manis mulai dari keragaman budaya, menikmati kuliner unggulan hingga wisata olahraga yang menantang adrenalin.
Bumi "Putri Mandalika" ini bukan hanya sebuah tempat yang menjual cerita rakyat legenda putri raja cantik jelita saja.
Lebih dari itu. Lombok adalah pulau dengan sejuta keanggunan. Bentangan daerah yang beragam, dari dataran tinggi dan pegunungan, sampai pantai-pantai nan indah.
Kantong Wisata Lombok Tengah
"Jangan sampai kawasan yang sangat indah dan bagus pemberian Allah ini menjadi tidak baik karena salah manajemen dari awal. Ini yang harus dihindari." - Presiden Joko Widodo
Ternyata di dalam "rumah kita" di Indonesia, ada satu kamar kaya akan keindahan yang masih alami yaitu Mandalika. Berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menghadap Samudra Hindia.
Selain terkenal dengan wisata bahari, Mandalika juga memiliki kekayaan budaya, kesenian dan situs-situs wisata bertaraf internasional.
Turun dari Bandara Internasional Lombok (BIL) ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika sejauh 17,3 kilometer kini tak jauh lagi. Hanya menempuh sekitar 15 menit saja lewat jalan bypass dengan kendaraan mobil. Akses yang mudah membuat langkah kaki ini bisa menjelajah salah satu dari 5 kawasan DSP Mandalika.
Desa Sade, Harmoni Lokal Berbalut Budaya
Kisah tentang seorang putri bernama Mandalika. Ia bersemedi karena banyak pria yang ingin mempersuntingnya terlibat perkelahian. Putri Mandalika memutuskan menjatuhkan dirinya ke laut dan hilang ditelan ombak. Hal ini dilakukan untuk menghindari perpecahan dan konflik. Sayangnya jasadnya tidak ditemukan di dalam laut.
Berangkat dari cerita legenda, tak lengkap kalau kaki ini tidak berkunjung ke Desa Sade mengenal kental budaya suku Sasak asli.
Kita akan terpana lewat arsitektur rumah masyarakat Sade masih sangat sederhana. Tiang penyangga berupa bambu, dinding berupa anyaman serta atap terbuat dari jerami.
Warga masih mempertahankan kelestarian adat dan budaya yang kental, walaupun telah masuk pengaruh budaya luar. Mulai dari bangunan tempat tinggal yang etnik dan tradisional.
Bahkan yang unik, lantai di rumah terlihat seperti terbuat dari semen, padahal tidak. Lapisan lantai murni terbuat dari tanah liat. Masyarakat Suku Sasak punya kebiasaan mengepel lantai rumah mereka dengan kotoran sapi.
Menjunjung Tradisi Leluhur
Cuaca pada siang hari terasa cukup panas di Desa Sade yang tidak terlalu luas. Untuk masuk ke desa kita harus ditemani oleh seorang pemandu lokal yang merupakan penduduk Desa Sade.
Kampung ini masih dihuni oleh warga asli suku Sasak di Lombok. Ada "Bale" yang menjadi tempat tinggal suku Sasak yang memiliki fungsi berbeda.
Selain itu, masih ada sistem kepercayaan yang dianut oleh suku sasak di Desa Sade adalah Wetu Telu.
Penganut Wetu Telu masih mempercayai kekuatan gaib yang ada pada beberapa benda, roh suci dan nenek moyang.
Keunikan lainnya yang bisa dijumpai adalah bagaimana cara mereka mempertahankan garis keturunan untuk melestarikan tradisi.
Warga lokal tidak mengenal istilah tunangan atau semacamnya. Jika seorang pria hendak mengajak menikah gadis pujaannya, maka pria cukup menculik wanita yang bersangkutan. Lah?
Tradisi "menculik" ini dilakukan selama dua hari sebagai penanda untuk orangtua gadis kalau anaknya akan dipersunting. Namun, si pria harus merahasiakan tempat persembunyiaan si gadis.
Setelah calon istri tersebut diculik beberapa hari oleh calon suami, maka wanita tersebut akan di pulangkan kembali ke rumah orangtuanya untuk kemudian dilamar. Menarik ya.
Tradisi Kesenian yang Mendunia
Hal yang saya pelajari lainnya warga lokal masih mempertahankan budaya asli guna kepentingan pariwisata dan sekaligus merupakan bentuk dari tindakan pelestarian kebudayaan Lombok.
Inilah yang saya amati ketika masyarakat setempat sadar betul sehingga mereka ikut andil dalam pengembangan dan pelestarian budaya lokal sampai saat ini.
Ada dua kesenian dan tradisi budaya Sasak yang masih bisa disaksikan yaitu tarian Gendang Beleq dan Peresean.
Sebuah filosofi yang dipercayai membawa keindahan, ketekunan, kesabaran, kebijakan, ketelitian dan kepahlawanan.
Apalagi pada pertunjukan Tarian Gendang Beleq ada alat-alat musik lain yang mengiringinya seperti gendang mame, gendang nine, terumpang, gong, kenceng, suling, oncer, pencek, dan alat pemukul dan penabuh dimana alat alat tersebut membantu dalam kegiatan Penari.
Saling Memecut Lewat Peresean
Melihat potensi yang terbentuk dari budaya saat ini, Mandalika menjadi sebuah potensi pariwisata yang sangat menjanjikan di Indonesia Aja.
Setali tiga uang dengan Tarian Gendang Beleq, kesenian budaya yang masih terjaga di Mandalika adalah Peresean. Atraksi budaya yang menjadi milik masyarakat lokal memberi nilai plus tersendiri.
Peresean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat rotan dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan keras.
Permainan ini dimainkan oleh dua orang yang dibekali dengan sebuah tameng serta batang rotan. Batang rotan digunakan untuk saling memukul antara kedua penampil. Bagian tubuh mana saja boleh dijadikan sasaran, kecuali bagian kemaluan.Sedangkan tameng digunakan untuk melindungi diri dari serangan lawan. Jika ada salah satu dari kedua orang ini yang lari atau terjatuh, maka ia akan dinyatakan sebagai pihak yang kalah. Pukulan mereka tak main-main. Kalau saya melihatnya sendiri bisa ngeri sendiri.
Mengukuh Janji di Atas Bukit Merese
Ada banyak keunikan lain yang tersimpan di Mandalika, sehingga disebut surga tersembunyi di Pulau Lombok.Kealamian inilah yang membuat topografi Mandalika dihadiahi oleh Tuhan dengan deretan bukit. Bahkan bisa dikatakan salah satu tempat terbaik untuk menikmati pemandangan Mandalika dari ketinggian adalah Bukit Merese.
Trekking Bukit Merese adalah tempat yang pas untuk menikmati matahari terbenam dari atas bukit akan memberikan nuansa magis yang tidak akan terlupakan. Walau perjalanan naik menuju ke atas bukit tentu penuh tantangan dan cukup membakar kalori. Namun, percayalah kalau titik paling menakjubkan di Bukit Merese ini adalah puncaknya.
Jalanan setapak berkelok menjadi teman perjalanan untuk menikmati matahari terbit dan terbenam. Kita pun juga bisa menyaksikan panorama Pantai Tanjung Aan dan Batu Payung dengan ombak menantang dan sering dijadikan untuk olahraga berselancar.
Saya membayangkan menikmati sensasi duduk di rerumputan yang tumbuh dengan subuh, bahkan bisa sampai berguling-guling di puncak Bukit Merese.
Menaikan Adrenaline di Pantai Seger
Terkait dengan legenda setempat saat Putri Mandalika terjun ke laut dan dipercaya menjadi "Nyale" sejenis cacing warna-warni yang akhirnya diadakan upacara Bau Nyale.
Bau Nyale sendiri merupakan suatu acara adat yang muncul berkat sebuah legenda tentang Putri Mandalika. Ritual adat ini biasanya diadakan di Pantai Seger dan sukses mendongkrak minat wisatawan lokal hingga internasional untuk berkunjung.
Pantai Seger adalah surga para peselancar dan tempat yang cocok untuk siapa saja yang ingin mencari ketenangan dan damai.
Meski di laut tenang, beberapa bagian pantai memiliki gelombang yang lebih kuat yang cocok untuk aktivitas berselancar.
Ketika sampai di laut, saya membayangkan sedang bersepeda santai sambil menikmati lanskap alam di Pantai Segar. Atau di pagi hari jogging untuk merasakan kaki beralaskan pasir putih. Wonderful Indonesia!
Kecup Nikmat Pedasnya Ayam Taliwang
Pesona Mandalika bukan hanya memanjakan mata dari budaya dan tradisi saja. Melainkan juga memanjakan lidah dan perut dengan kuliner khas Suku Sasak yaitu Ayam Taliwang.
Aroma bumbu cabai merah, terasi goreng, kencur, dan bumbu lainnya diolah sangat nikmat oleh warga lokal. Disajikan bersama nasi putih hangat, plecing kangkung, taburan bawang goreng. Pedas namun bikin nagih.
Siapa yang mengira kalau makanan khas ini berasal dari peperangan. Ketika para juru masak dari Kerajaan Taliwang mengolah dan memasak berbagai bahan makanan yang ada menjadi santapan nikmat.
Pola makan dan pengolahan bahan makan ini tentunya mengadopsi budaya masyarakat lokal yang menyukai masakan pedas. Tak heran kalau saat menyantap Ayam Taliwang, daging ayam diolah dengan citarasa pedas.
Berburu Kain Tenun
Pekerjaan utama warga Lombok Tengah adalah bertani dan sebagian besar membuat kerajinan tangan.
Untuk menjaga dan melestarikan budaya dan tenun tradisional yang diwariskan, maka semua perempuan di desa harus bisa menenun mulai dari umur 9-10 tahun sebelum kemudian berkeluarga atau menikah.
Kain-kain tenun terbuat dari bahan dasar kapas pilihan yang kemudian dipintal menjadi benang menggunakan alat tradisional terbuat dari bambu, setelah itu diberi pewarna dari pewarna alami dari tumbuhan, barulah diolah menjadi sebuah kain tenun yang berkualitas.
Dan, salah satu bentuk dukungan kita terhadap ekonomi lokal adalah dengan membeli dan bangga menggunakan produk lokal.
Indonesia Punya Mandalika
Mandalika saat ini sorotan pariwisata yang menarik bagi para investor saat ini. Layaknya primadona, dengan ditetapkan sebagai KEK Mandalika menyebabkan arah pengembangan pariwisata Pulau Lombok semakin jelas yaitu konsep wisata bahari, budaya, dan halal tourism dengan masterplan yang telah dirancang. Saya pun sudah menyiapkan pakaian untuk snorkeling di Pink Beach!
Nama Mandalika kini sudah sampai ke internasional lewat sirkuit internasional kedua yang diakui dunia, Sirkuit Mandalika yang menjadi sirkuit jalanan balap motor kelas dunia, MotoGP 2021. Sirkuit ini pun nantinya bisa diakses oleh masyarakat untuk jogging, bersepeda atau kegiatan olahraga lainnya.
Ditambah kesadaran masyarakat lokal akan mengelola wisata sebagai aset tentu berorientasi kepada pelestarian nilai dan kualitas lingkungan hidup yang ada di masyarakat.
Akhir kata, saya percaya perjalanan ke Mandalika pastinya akan membuat kita lebih menghargai keindahan dan pesonanya. Mari kita traveling di Indonesia Aja dengan menjadikan aset kita bersama menuju Mandalika yang maju dan berbudaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI