Mohon tunggu...
Hotman Nainggolan
Hotman Nainggolan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pegiat Marketing Persahabatan,Fasilitator dan Konsultan

Penulis,Pegiat Marketing Persahabatan, Penulis, fasilitator/pengajar dan Konsultan. Penulis buku "Anak Kampoeng dari RoeraBagas" dan "Beyond Marketing Persahabatan". Jangan lupa kunjungi facebook saya"Marketing Persahabatan Society" untuk mendapatkan tips-tips dalam Marketing Persahabatan dengan DNA C2N. Saat ini tinggal di rumah inspirasi "Sopo RoeraBagas"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

New Normal Era, Kita Berada di Kapal yang Sama di Tengah Badai Covid-19

28 Mei 2020   14:04 Diperbarui: 28 Mei 2020   14:22 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chowan1 on Pinterest

Oleh : Hotman Nainggolan.

Dalam beberapa hari terakhir ini kita disajikan berbagai diskusi mengenai apa dan bagaimana itu New Normal Era sebagai keberlanjutan sebuah periode masa pasca Covid19 atau setelah diperlonggarnya aturan PSBB. Secara umum dapat dikemukakan bahwa New Normal adalah kebijakan yang diambil pemerintah dengan membuka kembali aktivitas ekonomi, sosial dan kegiatan publik secara terbatas dengan menggunakan standar kesehatan yg sebelumnya tidak ada sebelum pandemi.

Tujuan dari kebijakan New Normal adalah upaya menyelamatkan kehidupan masyarakat dimana warga yg memerlukan aktivitas luar rumah dapat bekerja dengan menggunakan standar kesehatan yg ditetapkan. dan menjaga agar negara tetap bisa berdaya dalam menjalankan fungsinya.

New Normal Era ini dapat dilihat dari dua perspektif, yakni perspektif Ekonomi untuk menghidupkan kembali sendi-sendi ekonomi masyarakat yang sudah hampir lumpuh atau menuju lumpuh dan perspektif kemanusiaan/kesehatan yang juga telah menghantarkan masyarakat kepada sebuah krisis kesehatan, dengan banyaknya warga yang terpapar Virus Corona ini.

Bahkan kalau kita mau jujur bahwa tingkat kematian berbagai penyakit lain pada masa pandemic ini juga cenderung meningkat seakan sejalan dengan meningkatnya korban meninggal akibat Covid19 ini. Hal ini tidak terlepas dari pengerahan secara besar-besaran/mobilisasi sebagian besar SDM bidang kesehatan (Dokter,Perawat dan paramedis) dan peralatan Rumah Sakit untuk penanganan penderita Covid19 serta upaya maksimal untuk mencegah penyebarannya.

Dampaknya adalah bahwa upaya penanganan berbagai pasien sakit dari berbagai penyakit lainnya menjadi berkurang dan pasien yang sudah lama dirawat akibat penyakit kronis menjadi tidak tertangani dengan baik. Memang tidak ada angka kematian resmi yang dipublikasikan pemerintah yang dapat dicatat sebagai akibat berbagai penyakit selain data kematian akibat Covid19.

Covid19 dan ancaman Kelumpuhan Ekonomi 

Ekonomi Indonesia menurut ADB Asian Development Bank tahun 2020 ini hanya bisa tumbuh 2,5% menurun jauh dibanding tahun 2019 yang tumbuh mencapai 5%. Perekonomian Dunia diperkirakan akan berangsur pulih akhir tahun 2021, sedangkan Perekonomian Indonesia diperkirakan baru bisa normal kembali akhir tahun 2022. Hal ini akibat pengaruh langsung dari penurunan ekspor yg sangat signifikan, karena negara negara tujuan ekspor utama komodity Indonesia juga mengalami perlambatan ekonomi akibat Covid19, penurunan hampir sebagian besar harga barang komoditas, perusahaan banyak yang terpaksa mengurangi produksinya sampai kepada berhenti operasi sehingga karyawan banyak PHK, sektor ritel dan sektor informal sangat terpukul.

Kesemuanya hal ini telah membuat daya beli masyarakat menurun drastis, ditambah lagi keuangan pemerintah yang banyak dialokasikan untuk membiayai jaring pengaman sosial melalui bantuan langsung tunai maupun paket bantuan sosial berupa sembako kepada keluarga miskin yang terdampak. Artinya dari sisi kemampuan pemerintah untuk menggerakkan roda pembangunan ekonomi semakin terbatas, ditambah daya beli masyarakat yang menurun drastis membuat sisi konsumsi/permintaan agregat menurun sangat signifikan. Untungnya pemerintah melalui berbagai kebijakan relaksasi maupun kebijakan investasi telah memberikan berbagai kemudahan.

Sebut saja Perpu No.1/2020 tentang Kebijakan Keuangan dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid19 yang telah disahkan menjadi UU tgl 12 Mei 2020 yang berisi 5 Kebijakan Pemerintah, yakni Kebijakan mengenai Keringanan Biaya Listrik, Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), Larangan Mudik, Relaksasi/Keringanan  Kredit, Alokasi Anggaran sebesar Rp 405,1 T. Selain itu juga Pemerintah dengan sangat ketat  menjaga jalur distribusi barang agar tetap berjalan lancar, sehingga pengaruh Covid terhadap Inflasi tdk terlalu besar. Diperkirakan untuk tahun 2020 ini laju inflasi hanya sekitar 3%, meningkat tipis dibanding tahun 2019 sebesar 2,8%.

Dengan adanya kebijakan stimulus dan relaksasi disektor keuangan dan ekonomi tersebut diperkirakan pemulihan ekonomi Indonesia bisa berlangsung sampai akhir tahun 2021 dengan asumsi Covid19 sdh bisa tertangani akhir Juni 2020 yang ditandai dengan menurunnya secara signifikan penyebaran Covid19 ini. Sehingga perekonomian Indonesia baru akan benar-benar Normal, meninggalkan kebiasaaan/aturan New Normal akhir tahun 2022.

Hal ini tentu hanya bisa dicapai jika fase demi fase dalam kajian pemulihan ekonomi yang dibuat kementrian Perekonomian dalam rangka New Normal serta persyaratan aturan Protokol Kesehatan yang ditetapkan dalam New Normal ini bisa dijalankan dengan tertib dan disiplin. Dalam hal ini pemerintah sebagai regulator harus mengawasi dengan ketat pelaksanaannya dilapangan. Jika tidak maka pandemic Covid19 ini akan menjadi ancaman yang serius terhadap krisis kesehatan dan krisis ekonomi yang berkelanjutan yang bisa mengarah kepada krisis social dan kekacauan.

Menurut peneliti Kajian Visi Teliti Seksama (VTS) M.Widyar Rahman, Covid19 di Indonesia diperkirakan baru akan mereda Juni 2020. Namun dengan melihat realitas dilapangan pasca dilonggarkannya ketentuan PSBB dan masih banyaknya masyarakat yang melanggar ketentuan PSBB ini akan memperpanjang durasi redanya Covid19 ini. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa dengan melihat masih tingginya pelanggaran PSBB, rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengikuti himbauan physical dan social distancing maka  diperkirakan sehabis Hari Raya Idul Fitri akan bertambah secara signifikan jumlah yang terpapar Covid19 (positif Covid19).

Kalau demikian halnya, proses pemulihan ekonomi Indonesia diperkirakan akan semakin lama, disaat banyak negara sudah keluar dari masa penyebaran Covid19 ini dan melangkah kepada pemulihan ekonomi, kita di Indonesia masih disibukkan dengan upaya mencegah penyebarannya. Ini bukanlah sebuah cerminan ketakutan, tapi lebih kepada kewaspadaan bersama dalam menyikapi New Normal program ini.

Krisis Kesehatan dimasa Covid19

Berdasarkan berita diberbagai media dapat  kita ketahui dan melihat bahwa banyak fasilitas fasilitas umum saat ini direnovasi untuk menjadi Rumah Sakit Darurat penanganan Covid19 (sebut saja misalnya wisma atlet Kemayoran dan beberapa gedung sekolah/hotel yang digunakan sebagai tempat penanganan pasien Covid19), berita mengenai kekurangan Masker, kurangnya pasokan  sanitazer, APD bagi tenaga medis dan perawat, Ventilator sampai hilangnya dipasar (mungkin karena habis) suplemen Vitamin C yang bisa dikonsumsi masyarakat untuk menambah daya tahan tubuh merupakan fakta yang tak terbantahkan lagi selama masa Pandemi Covid19 ini.

Dampaknya adalah ketersediaan Rumah sakit untuk penanganan penyakit lain semakin terbatas, focus dokter/paramedis dan rumah sakit lebih banyak kepada penanganan pasien Covid19 dibanding pasien penyakit yang lain. Kondisi kejiwaan masyarakat begitu mencekam yang menimbulkan ketakutan yang berlebihan (paranoid), saling curiga yang meningkat dan hubungan sosial yang semakin jauh, seperti misalnya orang takut bersilaturahim, takut menjenguk/besuk orang yang sedang dirawat di Rumah Sakit atau di rumah sendiri, takut dalam melayat orang meninggal, penolakan pasien meninggal diberbagai tempat dan krisis sosial lainnya. Hal ini semua membuat masyarakat kita menjadi sedikit pesimis dan panik dalam menghadapi kehidupan di era Covid19 ini.

Selamat Datang New Normal Era.

Presiden Joko Widodo dalam  pernyataan resminya di Istana Negara tgl 15 Mei 2020  mengatakan bahwa; "Memang Kehidupan sudah pasti berubah dalam mengatasi resiko wbah ini, itu sebuah keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai New Normal atau Tatanan Kehidupan Baru".

Dilihat dari perpektif Ekonomi, tujuan dari kebijakan New Normal ini adalah untuk membuka kembali aktivitas ekonomi, menyelamatkan kehidupan ekonomi masyarakat dengan memberikan kelonggaran kepada masyarakat untuk melakukan aktifitas ekonomi diluar rumah guna  menggerakkan kembali roda ekonomi yang selama ini hampir lumpuh.

Berdasarkan Kajian Kemenko Perekonomian, ada 5 fase masa pemulihan ekonomi dalam masa New Normal dimaksud, yang dimulai dengan fase pertama tgl 1 Juni 2020 dengan memberikan ijin beroperasi industry dan jasa Bisnis to Bisnis dengan tetap mematuhi social distancing dan protokol kesehatan sampai fase kelima yang diperkirakan akhir July /awal Agustus 2020 dengan target seluruh aktivitas kegiatan ekonomi telah dibuka/diijinkan beroperasi dengan tetap mematuhi aturan protokol kesehatan/kebersihan yang ketat.

Setiap fase ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya dan keberhasilnya tetap dengan prasyarat semua pihak mengikuti dengan disiplin aturan protokol kesehatan yang telah ditetapkan.  

Pada dasarnya Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Krisis Kesehatan haruslah dilaksanakan secara simultan, kalau tidak maka kemungkinan kita bisa terjebak dalam situasi terjadinya krisis kemanusiaan. Dari sisi ekonomi masyarakat akan semakin miskin apabila kegiatan ekonomi ditutup/tidak diijinkan, daya beli menurun sehingga masyarakat tidak mampu untuk sekedar melakukan isolasi mandiri. Dan ketika para pekerja sebagai tulang punggung ekonomi keluarga terpaksa harus bekerja dengan mengesampingkan aturan New Normal yang ada, maka mereka bisa saja terpapar Covid 19 ini.

Disi lain jika mereka yang berperan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga sampai terpapar Covid19  maka dampak lebih lanjut dan lebih serius adalah bertambahnya jumlah masyarakat miskin dengan tingkat kemiskinan yang semakin meningkat , penyebaran Virus Corona semakin massif yang membuat bertambahnya masyarakat yang terpapar yang membutuhkan penanganan dan pengobatan/perawatan Rumah Sakit. Sementara jumlah tenaga medis dan peralatan pendukung serta jumlah Rumah Sakit sangat terbatas.

Dengan kondisi seperti ini maka dapat dipastikan tingkat kematian akibat Covid19 ini akan semakin meningkat. Inilah yang saya maksudkan sebagai sebuah krisis kesehatan yang mengarah kepada krisis kemanusiaan yang harus diantisipasi, bukan saja oleh Pemerintah tapi oleh seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu dibutuhkan kerjasama dan kepedulian seluruh komponen masyarakat dan perusahaan untuk bisa lebih memahami dan mengambil peran dalam tindakan agar Protokol New Normal ini benar-benar dipedomani dengan tertib dan disiplin.

Kita harus bersama berjuang bahu membahu untuk bisa mengurangi penyebaran Covid19 ini dan meminta kesadaran seluruh masyarakat untuk bisa mengikuti protocol kesehatan yang telah disampaikan pemerintah. Yang tidak kerja, tidak perlu ikut-ikutan keluar rumah. Apalagi ikut bergerombol/berkelompok untuk hanya sekedar duduk-duduk santai/keluyuran diberbagai tempat dipusat-pusat keramaian.

Barangkali ada benarnya apa yang disampaikan oleh Presiden Uganda, Yoweri Museveni ditengah kegusarannya melihat masyarakat Uganda dalam menghadapi Pandemi Covid19. Dalam Pidatonya kepada seluruh Rakyat Uganda, Yoweri berkata bahwa dikala Kondisi Perang terjadi tanpa disuruh,di himbau atau dipaksa semua masyarakat, kecuali pejuang akan bersembunyi dirumah/tidak keluar rumah karena takut mati. Demikian juga sejatinya dalam suasana Covid19 ini masyarakat harus rela dengan kesadaran sendiri menahan diri tidak keluar rumah. Hal yang mungkin sangat bisa dilakukan masyarakat dan tidak terlalu berat utuk melakukannya.

Kita Berada dalam Kapal Besar di Tengah Badai Covid19.

Kita tidak perlu lagi berdebat soal Protokol New Normal Era yang telah dikeluarkan Pemerintah. Atau berdebat, mengapa pemerintah tidak fokus saja kepada upaya Penanganan Covid19 ini dari pada penanganan Ekonomi. Atau sebaliknya agar pemerintah lebih fokus kepada pemulihan ekonomi dengan alasan melalui pemulihan ekonomi masyarakat akan mampu bangkit memperkuat diri sendiri melalui isolasi mandiri, pemenuhan asupan makanan yang bergizi dll.  Menurut saya tidak perlu dikotomi seperti itu, apalagi sampai menyalahkan berbagai pihak khususnya Pemerintah.

Marilah kita sama-sama menghadapi badai Covid19 ini,  Kita mengajak seluruh anak bangsa untuk memiliki spirit bahwa saat ini kita berada dalam sebuah kapal besar yang sedang diterjang badai. Dalam sebuah kapal besar yang sedang diterjang badai yang dibutuhkan adalah spirit kebersamaan yang kuat agar bisa selamat.

Tidak lah baik dalam kondisi sekarang ini masing-masing berupaya berjuang untuk kepentingannya sendiri dengan mengorbankan dan mengesampingkan kepentingan yang lebih besar. Kita harus bersama-sama menghadapi badai ini, menyelamatkan kapal kita dengan mengambil peran positif sesuai dengan fungsi kita masing-masing. Jangan ada lagi yang mencoba membocorkan kapal besar ini ditengah badai besar, jikalau kita ingin selamat.

Saya kurang setuju jika ada pendapat yang mengatakan bahwa kita tidak berada dalam perahu yang sama. Tapi yang pasti kita sedang menghadapi badai yang sama, Covid19. Saya melihat bahwa kita bukan berada di perahu yang berbeda dalam kapal-kapal kecil yang mudah dihempaskan badai. Tapi kita sedang berada dikapal besar yang sama, kapal yang berbendera Merah Putih yang saat ini menghadapi badai besar Covid 19. Oleh karena itu berhentilah untuk saling menyalahkan, saling mencari kambing hitam. Apalagi menyalahkan pemerintah, bukan itu solusi. Bukan juga dengan saling menyalahkan badai menjadi reda, malah akan membuat perjalanan kapal besar kita akan semakin lambat dan semakin beresiko dalam menembus badai Covid19 ini.

Pandemi Covid19 ini adalah sebuah keniscayaan dan Badai ini pasti berlalu, mari gerakkan kapal besar kita ini menuju pelabuhan yang tenang dan kita segera bisa menyambut New Economi Normal ditahun 2022. Semoga kita dapat segera melewati badai Covid19 ini dan tiba dipelabuhan yang tenang dengan kehidupan yang normal kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun