Baik kutipan maupun peribahasa, keduanya mengandung makna yang mencerahkan pemikiran. Berisi nasihat dan kebijaksanaan, yang jika dilakukan, membuat kehidupan menjadi lebih baik.
Keduanya pun suatu kali bermakna hampir sama. Saya ambil contoh kutipan Akio Morita, pendiri Sony:
Jangan takut membuat kesalahan. Tetapi, pastikan Anda tidak membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
Jika dilihat dari peribahasa, bagian kedua kutipan itu mirip maknanya dengan:
Keledai saja tak jatuh di lubang yang sama sampai dua kali.
Keduanya berarti sebisa mungkin orang belajar dari kesalahan. Mengubah dan memperbaiki cara-caranya mencapai sesuatu. Jangan sampai kesalahan terulang dua kali. Cukup sekali!
Masih banyak contoh keduanya yang hampir sama. Namun, pada kehidupan sehari-hari, tidak bisa dimungkiri, kutipan lebih banyak digunakan daripada peribahasa.Â
Generasi milenial ke sini pun lebih sering mengulang kutipan seseorang daripada menuliskan peribahasa di semua akun media sosialnya. Lantas, mengapa bisa demikian?
Sosok pencetusnya jelas
Kutipan disukai oleh sebab sosok yang mencetuskannya jelas. Siapa, berasal dari mana, dan apa inspirasi nyata yang boleh didapat darinya. Contohnya Akio Morita. Siapa dia?
Orang yang kerap menjalani dunia bisnis, para usahawan, dan wiraswasta sebagian besar tahu. Beliau lahir di Nagoya, Prefektur Aichi, Jepang, pada tanggal 26 Januari 1921 dan meninggal di Tokyo, Jepang, pada tanggal 3 Oktober 1999. Beliau adalah pelopor berdirinya Sony Corporation.