Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kau dan Bubur Ayam

1 Mei 2021   22:43 Diperbarui: 1 Mei 2021   23:11 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bubur Ayam, sumber: shutterstock/aris setya

Pagi ini aku kembali datang ke warung itu. Menyeret kaki demi nafsu perut. Membungkam lambung yang terus saja menguapkan gasnya, naik ke atas hingga menyesakkan dada.

Kalau aku tidak makan, aku tahu, lama-kelamaan akan mati. Banyak yang menangis, mungkin kau tidak. Sampai di sana, dari kejauhan abang bersarung menyapa. Senyumnya hangat, sehangat mentari yang mulai menyengat.

Aku kunyah sajiannya. Ada bubur nasi, suwiran daging ayam, potongan daun bawang, remahan kerupuk, ditambah beberapa tetes kecap dan lada bubuk. Seharusnya begitu lezat, seperti sebulan lalu.

Namun, sekarang terlalu hambar. Lidahku tidak menikmati apa-apa. Mati rasa. Sejenak aku ingat, sebetulnya aku sudah mati sejak lama. Entah, ke mana kau bawa pergi jiwaku itu.

...

Jakarta

1 Mei 2021

Sang Babu Rakyat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun