Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Duka Kelam Sang Legenda

28 April 2020   13:03 Diperbarui: 28 April 2020   12:56 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sayangku, pecahan berkeping ini sudah Aku susun kembali. Pecahan demi pecahan, Aku rekatkan demi hidupnya jalinan kasih yang t'lah lama padam.

Lihatlah, walau retakan masih nampak jelas, tapi Aku percaya pada kekuatan Yang Tak Terduga. Menyatukan dua dimensi yang sudah lama ingin bersama. Menyatukan dua logika yang dipisah oleh dogma Agama.

Andai saja mereka tahu, betapa tak ternilai ikatan yang kita jalin selama ini. Andai saja mereka tahu, betapa damainya dunia yang tersugesti oleh kita. Semua tentang kita. Semua tentang energi yang kita bawa. Semua tentang yang kita beri.

Manisku, sungguh Aku begitu merindukanmu, hidup kembali bersemayam dalam luka yang paling kejam. Menyongsong pedang untuk mereka yang seperti setan. Melukaiku, meludahiku, dan mengobrak-abrik air mataku. Berdiri tegak di sampingku, jadi dermaga bagi sirahku yang teramat kosong.

Sajak-sajak liar kini sudah mulai tumbuh, mengakar dan semakin lebat sejak kepergianmu. Membuat matahari tak ada nyali. Membuat bulan bertekuk lutut kepadaku. Hawa dingin nan lembab ini sebagai bukti, betapa hancurnya hidupku sejak kematianmu.

Biarlah sihir, mantra-mantra, menjadi dirimu yang baru. Yang akan melindungiku. Yang akan menemaniku. Seperti yang Kamu lakukan dulu.

Biarlah puluhan beringin menjadi tembok penghalang, sebagai bukti betapa murkanya diriku atas tragedi yang sangat memilukan. Tragedi tentang Kamu. Tentang darahmu yang mengucur deras. Tentang jeritanmu yang tak mereka hiraukan. Dan tentang kepalamu yang dipenggal.

Selamat Hari Puisi Nasional. "Duka Kelam Sang Legenda", by Hara Nirankara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun