Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Maaf

17 Oktober 2019   20:32 Diperbarui: 17 Oktober 2019   20:29 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Hara Nirankara

Maaf, aku terlalu egois untuk tidak berkata "aku mencintaimu". Aku yang selama ini terlalu takut untuk jatuh cinta, membuat logikaku mengingkari hatiku sendiri.

Maaf, aku terlalu pengecut untuk berjuang. Berulang kali perjuanganku kandas di tengah jalan, yang akhirnya membuatku benar-benar merasa ketakutan.

Aku melihatmu menerka. Aku merasakan kekuatanmu mengetuk pintu hatiku. Di setiap sorot matamu, aku merasakan hal yang berbeda, seolah ada sebuah tempat yang selama ini aku cari.

Maaf, mungkin tak terkira kecewamu kepadaku, hingga kau benar-benar marah dan memutuskan untuk mengusirku. Aku sendiri bertanya, kenapa aku bisa sekejam ini padamu.

Maaf, aku selalu melakukan pembenaran atas luapan protesmu. Ingin sekali aku berkata "tapi", namun aku sudah lupa, sudah berapa banyak aku berkata "tapi" untuk setiap pembenaran yang aku lakukan.

Dengarlah, sayangku. Di dalam hati kecil ini aku selalu menginginkanmu, mewujudkan mimpi yang pernah kita bicarakan, hidup bahagia bersama bayi-bayi mungil, anjing-anjing lucu, dan kucing-kucing yang menggemaskan.

Aku ingat, kau selalu berprasangka padaku. Mengira aku adalah lelaki brengsek, menerka bahwa aku tak layak mendapatkan ketulusanmu.

Benar, manisku. Aku terlalu brengsek karena rasa takutku. Aku terlalu brengsek karena keegoisanku. Aku terlalu brengsek untuk setiap rasa kecewamu.

Sampai detik ini aku masih ingat padamu, ingat tentang cerita tentang kita yang absurd nan lucu, masih ingat tentang bagaimana kamu memperlakukan aku layaknya seorang raja.

Hapuslah air matamu, kasihku. Ketahuilah, aku selalu mohon maaf di balik sikap introvertku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun