Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kok Tong: Magnet Aroma Secangkir Kopi

17 September 2023   10:19 Diperbarui: 17 September 2023   10:26 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: ottencoffe.co.id

"oh iya Enoz, kita sudah 10 menit ngobrol" Manda tampaknya mau menyudahi obrolan mereka sambil melihat jam tangannya.

"aku harus kembali bekerja lagi" mungkin ada pesanan kopi yang mau aku antar"

'oke, thanks ya Manda buat cerita nya" ucap Enoz kagum.

"aku dapat pelajaran berharga dari kamu"

"kamu lanjut kerja lagi deh"

"oke Enoz, makasih juga ya" Manda berbalik menuju dapur dan kembali lagi bekerja.

Secangkir kopi yang didepannya perlahan Enoz angkat sejajar dengan hidungnya. Walaupun sudah ada 10 menit Enoz membiarkan kopi nya, tetapi panas kopi tidak terlalu banyak berkurang. Buih yang muncul dipermukaan kopi membuat kenikmatan kopi semakin bertambah. Dia mendekatkan hidungnya kearah kopi itu, dan perlahan menghirup aroma kopi. Cukup lama menghirup aroma kopi, Enoz pun meminum sedikit demi sedikit kopinya. 

"sluurrrrppp....Slurrrppp...Slurrrppp". Enoz diam sejenak mencoba meresapi rasa kopi yang baru saja dia minum. Sambil menutup mata sebentar Enoz mereka-reka taste yang dimiliki oleh kopi. Walaupun dia tidak ahli dalam hal itu. secara dia bukan lah seorang penikmat kopi seperti orang-orang yang ada disekelilingnya. "woww... gila" kata-kata itu terucap seketika Enoz lama meresapi rasa kopi itu. 

tampaknya Enoz tertangkap oleh kenikmatan rasa kopi yang diminumnya itu. "ternyata pemikiran salah selama tentang kopi" ucap Enoz sambil meminum lagi kopinya. Ada rasa yang berbeda yang dialami Enoz ketika dia menikmati kopi itu. Enoz merasa didalam pikirannya ada ide-ide kreatif yang muncul dalam benaknya seketika dia merasakan nikmat kopi itu. sepertinya kenikmatan  rasa kopi itu seketika itu juga menggerakkan saraf-sarat otak kreativitasnya. Dan pada saat itu juga, dia mulai tertarik lagi untuk meminum kopi di kedai itu. keakraban suasana yang disajikan tempat itu menambah kenikmatan rasa yang didapatkannya dari kopi itu. dia meminum lagi kopinya karena Enoz sepertinya mulai kecanduan rasa kopi itu. sambil mengamati keadaan orang-orang didekatnya. 

Pandangannya mulai bergerak ke semua sudut ruangan yang penuh dengan penikmat kopi. Sesekali Enoz mengalihkan pandangannya kepada Manda, seakan-akan Enoz tidak ingin melewatkan setiap gerak dan langkah Manda menyusuri setiap sudut ruangan itu sangkin sibuknya Manda melayani dan mengantarkan pesanan pengunjung. Di samping Enoz, tepatnya meja deretan sebelah kirinya, dia melihat 4 orang laki-laki separuh baya sedang asyik mengobrol dan secara sengaja menguping pembicaraan mereka. Enoz mendengar mereka sedang berbicara tentang politik. Mulai dari kepala daerah, partai politik, demokrasi sampai kepada presiden. "wooowww" Enoz berpikir dan berusaha menebak bahwa mereka itu adalah anggota partai politik, atau bisa saja seorang anggota perwakilan rakyat yang terhormat. 

Atau juga tim sukses dari kepala daerah yang mereka bicarakan. Tapi apapun itu, yang pasti mereka ini adalah orang-orang yang cukup matang pengetahuannya dalam politik dan pemerintahan. Enoz memberikan pendapat yang jujur setelah mendengar diam-diam mereka mengobrol. Sepertinya mereka asyik sekali mengupas negara ini dalam arti yang luas. Sampai-sampai mereka tidak menyadari kalau kopi dalam gelas mereka sudah habis. Ya, mungkin terbawa suasana asyik mengobrol ditemani kopi. Gumam Enoz dalam hatinya, pandangannya mengarah kepada gelas kopi dari ke empat orang yang disamping nya itu terlihat olehnya tinggal beberapa tetes saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun