Ketika melewati salah satu anak jalan di Kota Siantar, pandangan Enoz tidak sengaja mengarah ke sebuah tempat yang ramai oleh orang-orang dan didominasi oleh kaum pria. Sebuah tempat yang dipenuhi deretan dan susunan meja serta bangku putih yang terbuat dari stainless. Enoz mencoba mencari tahu dia sedang melintas dimana. Matanya pun bergerak cepat seperti lalilong (maling) untuk mengamati nama jalan yang sedang dia lewati. Dia melihat kekiri kekanan untuk memastikan kalau-kalau ada palng yang dipasang untuk memberitahukan nama jalan bagi setiap orang yang melintas dari jalan itu. "Oh, Jalan Cipto ternyata" Enoz bergumam dalam hati. Jadi tempat itu terletak tepat di sudut perempatan jalan Cipto dan jalan Wahidin kota Siantar. Tidak ada rasa penasaran dalam diri Enoz pada saat itu untuk mencari tahu tempat apa itu hingga banyak orang yang duduk santai sambil mengobrol bersama teman sejawat mereka.Â
Tidak ada terlintas dalam pikirannya sebuah pendapat akan suasana keakraban satu sama lain yang memadati setiap meja yang tersusun berdampingan. Setelah beberapa saat dia memperhatikan tempat itu, pandangannya pun berlalu. Hingga beberapa kali secara tidak sengaja Enoz melintas lagi dari jalan yang sama, Enoz tidak lupa untuk mengarahkan pandangannya ke tempat itu. Suasana ketika pertama kali ia lihat, bahkan sekarang hingga ke tiga kali dia melintas lewat jalan itu suasana yang tersaji bagi penglihatannya tetap sama , ramai dengan orang-orang yang didominasi kaum pria. Terlihat juga oleh Enoz beberapa wanita dalam jumlah tidak lebih dari 5 -10 orang tampak berkumpul bersama teman pria mereka.Â
Penasaran dalam diri Enoz pun timbul tidak seperti pertama kali dia melihat suasana dari tempat itu. " itu tempat apa ya" Enoz berkata kecil dalam hatinya. Kenapa selalu ramai setiap kali aku melintas dari jalan ini?" terbersit lagi tanya dalam hatinya sebagai ekpresi rasa penasaran dalam dirinya. Pandangannya pun berlalu dari tempat itu seketika sudah melintas jauh dan tidak terlihat lagi. Tetapi ada sesuatu yang terlewatkan oleh Enoz, " dia mengira-ngira dalam hati sambil meletakkan jari telunjuknya kekeningnya seperti sedang berpikir keras. "oh, iya..." kenapa tidak terpikirku untuk melihat nama tempat itu? Bodoh...bodoh..bodoh.." Enoz mencoba menyalahkan dirinya. Tapi ya sudah,tidak apa-apa juga" Enoz mencoba berdamai dengan dirinya dan mencoba memaklumi keadaan. Aku kan masih bisa lewat dari jalan itu. Dan hingga saat itu, tidak ada keinginan dalam diri Enoz untuk mengunjungi tempat itu. Karena dalam pikirannya, pasti sama juga dengan tempat-tempat tongkrongan yang lain yang ada dikota itu.
Beberapa hari pun berlalu, dia mencoba mencari tahu rasa penasaran nya itu. Enoz pun menemui temannya namanya Simon. Dengan tujuan mencari tahu kepada temannya kalau-kalau simon tau tentang tempat itu. "Mon, kamu tau gak, beberapa hari yang lalu aku melintas dari jalan Cipto, tiba-tiba aku melihat sebuah tempat yang ramai dengan orang-orang . Kamu tau gak itu tempat tongkrongan apa? Enoz tanpa basa basi langsung menyerang simon dengan pertanyaan tanpa ada sedikit pun memberikan jeda bagi simon untuk bernapas sesaat setelah Enoz menghubunginya."Tempatnya itu tepatnya disudut sebelah kiri perempatan Jalan Cipto dan Jalan Wahidin? Kamu tau tempat apa itu?" Enoz melancarkan serangan pertanyaan tanpa sempat memberi kesempatan kepada Simon untuk menjawab pertanyaannya yang pertama. " Kau tau tidak Mon?" Enoz mencoba memperjelas pertanyaannya.
"Kau lihat tidak nama tempat itu" Simon balik bertanya untuk memastikan pertanyaan dari Enoz dengan penjelasan yang detail.
"nah itu dia nak, aku tidak terpikir untuk melihat nama tempat itu" jawab Enoz dengan nada yang rendah.
"tapi tempat itu berada disebelah kiri Jalan Cipto dan Jalan Wahidin diperempatan kedua jalan itu" Enoz mencoba menjelaskan informasi yang lebih detail dan lengkap kepada simon.
"aku ingat-ingat dulu" Enoz tidak mendengar suara simon di sambungan teleponnya. Enoz pun diam sejenak menunggu Simon sadar dari ingat-ingatnya dan segera memberi jawaban.
"oh iya, Kok-Tong.. iya Kok-Tong." Jawab Simon dengan yakin.
"Kok-Tong?" tanya Enoz balik dengan ekspresi alis menaik.