Mohon tunggu...
Heru Prasetio
Heru Prasetio Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Lahir dan besar di Palembang , hobi baca, nulis dan mulai suka jalan #JalanHeru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Alasan (Sebenarnya) Rian Tak Suka Durian

12 Januari 2022   06:23 Diperbarui: 26 Maret 2022   16:09 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rian yang Tak Suka Durian (Gambar: thepatriots.asia)

            Ketika Rian hendak menjauh dari kamar, mata Wak Hasan menangkap sosok anak kecil di depan pintu kamarnya yang ternyata keponakannya sendiri. Dia panik dan segera mencabut kemaluan dari belahan buah durian di depannya. Rian ketakutan, mau teriak menjerit tapi tidak bisa. Tubuhnya gemetar dan mulai membeku. Wak Hasan yang kepalang basah dan tanggung belum mencapai klimaksnya, jadi buta pikiran. Dicengkramnya pinggang kecil Rian dan dibopongnya ke kamar.

            Mulut kecil Rian dipaksa menelan daging buah durian yang sudah disetubuhi Wak Hasan tadi. Rian menangis tanpa suara. Tak sampai disitu, daging kemaluan Wak Hasan yang masih menegang keras dimasukkannya ke mulut Rian. Disodoknya mulut kecil itu berkali-kali, hingga beliau mencapai klimaks dan orgasme. Tubuh Rian makin lemah, lalu tak sadarkan diri saat Wak Hasan mencabut kemaluannya.

***

            Masih di kostan sempit itu, kepala Rian seperti mau pecah. Dibenturkannya kepala ke dinding berkali-kali tapi juga tidak hilang. Rian muntah-muntah seakan isi perutnya mau keluar semua. Bau busuk jahanam makin jadi dan berkali-kali lipat busuknya. Karena sudah hilang akal, Rian mengambil buah durian lalu memukulkan ke kepalanya berkali-kali hingga darah segar mengalir terus-menerus. Gerimis di luar reda. (*)

***

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

Heru Prasetio

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun