Belum habis duka menyelimuti hidup Timun Mas, tiba-tiba sekelompok preman pimpinan Buto Ijo yang berjumlah duabelas orang datang untuk menculiknya atas suruhan Permaisuri Yuli.
Beruntung, para warga desa membantu Timun Mas melawan gerombolan itu. Empat orang bisa dilumpuhkan. Tapi Buto Ijo dan delapan orang lainnya berhasil kabur.
Timun Mas yang tak ingin jiwa warga desa ikut terancam memilih pergi dari desa secara diam-diam. Tak lupa ia juga memakai tiga benda yang diberikan Dayang Wati sebelum meninggal.
Di tengah perjalanan menuju Kerajaan Ayem Tentrem, Timun Mas bertemu kembali Buto Ijo dan delapan anggotanya yang tersisa. Tapi Timun Mas berhasil kabur.
Timun Mas yang terus lari merasa kehausan lalu membeli dawet di sebuah kedai (ada tulisan Dawet Marto di atasnya). Katika hendak membayar, ia kaget lupa kantong uangnya jatuh saat kabur dari kejaran Buto Ijo dan gerombolannya.
Timun Mas mecoba membayar dengan kalung liontin. Marto, si pemilik kedai es krim awalnya menolak. Tapi setelah melihat di dalam kalung liontin itu ada gambar foto dirinya, Marto kaget.
Marto pun bercerita dulu seorang ibu dengan menggendong balita pernah memberinya nasihat agar jangan putus asa lalu berbaik hati membelikannya sedekah berupa makanan yang enak dan membuat perut kenyang. Padahal sebelumnya, ia hendak berniat bunuh diri terjun dari jembatan karena usaha dawetnya terancam gulung tikar tapi si ibu itu berhasil mencegahnya.Â
Sebagai gantinya, Marto memberikan kalung liontonnya untuk dipakaikan pada bayi yang digendong si ibu itu ketika besar nanti. Timun Mas juga kaget mendengar cerita Marto. Karena dulu ketika ia berumur duabelas tahun, Dayang Wati pernah cerita kalau ia pernah menolong orang yang hendak bunuh diri tapi tak tahu itu Marto.
Pada saat bersamaan, datanglah Buto Ijo dan delapan orang preman yang mengejar Timun Mas. Marto segera menyuruh Timun Mas untuk lari. Lalu ia memanggil para karyawannya. Dua preman berhasil dilumpuhkan. Tapi Buto Ijo dan enam lainnya berhasil kabur mengejar Timun Mas.
Timun Mas yang terus berlari akhirnya sampai di pasar Desa Migunani. Sementara, Buto Ijo dan enam preman, sudah semakin dekat. Timun Mas meminta Rahman, salah satu pedagang cinderamata di salah satu kios pasar (ada tulisan Kios Cinderamata Rahman di atasnya) untuk menghalangi orang-orang yang mengejarnya.
Tapi Rahman malah kaget ketika melihat cincin yang dipakai Timun Mas. Karena di situ tertera nama ayahnya Surahman yang sudah meninggal, sepuluh tahun lalu.