Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebelas Januari Datang Lagi

11 Januari 2023   05:12 Diperbarui: 11 Januari 2023   05:25 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari itu 11 Januari pada tahun 1968 seorang anak laki-laki lahir. Tempat kelahirannya di suatu kampung dengan jejeran rumah tidak mencapai angka dua puluh. Rumah-rumah ini berada di bantaran sungai sebagai kemudahan akses untuk mendapatkan air bersih. Bayi laki-laki itu diterima dengan tawa oleh beberapa perempuan paruh baya setelah dimandikan dan dibungkus dengan kain seadanya. sementara ibunya dimandikan dengan air panas. 

Ya, seorang bayi laki-laki. Beberapa orang laki-laki duduk di halaman rumah sambil menikmati mamahan sirih-pinang. Mereka mendengar suara tangis bayi, senyum dan canda tawa pada mereka. "Apa jenis kelaminnya?" tanya seorang bapak.

"Ayo, siapkan parang. Ladang-ladang kita akan makin luas." jawaban dari dalam rumah.

Kalimat jawaban ini sudah dalam pengetahuan, bahwa yang lahir itu seorang anak laki-laki.

Setiap 11 Januari tiba, anak laki-laki ini menerima ucapan selamat dari orang tuanya, kakak-kakak dan adik-adiknya. Mereka, kakak-beradik sebanyak 10 orang. Anak laki-laki ini merupakan anak laki-laki kedua dalam keluarga itu.

Sang anak laki-laki itu disekolahkan hingga menamatkan sekolah lanjutan atas. Lalu tujuh tahun sesudah menjalani masa pengangguran, barulah ia dapat kembali ke bangku sekolah pada jenjang perguruan tinggi, Diploma Dua.

Pada saat itu itu sudah mencapai umur di atas dua dekade. Maka, ia memilih untuk berkeluarga. Ia bukan lagi anak laki-laki, ia sudah menjadi seorang pemuda, bahkan statusnya telah menjadi suami dari seorang isteri dan ayah dari seorang anak laki-laki. Jumlah anggota keluarganya bertambah, dari hanya seorang anak laki-laki, menjadi 4 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Satu keluarga yang hidup dengan cinta kasih. 

Anak-anak ini pun telah merambah dunia pendidikan, mengunyah sebahagian kecil di antaranya untuk mencapai cita yang dicanangkan untuk masa depan. Satu di antaranya telah menjadi dokter hewan. Dua orang masih di bangku kuliah. Laki-laki bungsu masih di bangku SMP kelas akhir, dan sang perempuan seorang ini baru sedang berada di bangku SMP kelas awal.

Ya, laki-laki yang lahir di dusun kecil itu, kini sudah mencapai umur 55 tahun. Ayah-ibunya sudah tiada. Dua orang kakaknya sudah tiada. Mereka, kakak-beradik tersisa 8 orang, masing-masing dengan rumah tangganya. Mereka terus berada dalam persekutuan keluarga yang disebut Umi Nii Baki. Laki-laki itulah yang menulis catatan harian ini. 

Terima kasih Tuhan untuk kesehatan padaku.
Terima kasih Tuhan untuk perhitungan umur yang bertambah padaku
Terima kasih Tuhan untuk seorang isteri dan anak-anak yang ada padaku
Terima kasih Tuhan untuk profesi dan tanggung jawabnya padaku
Terima kasih Tuhan untuk kemurahan-Mu dengan menghadirkan komunitas keluarga Umi Nii Baki
Kini...
Bawalah anak-Mu ini melewati hari-hari depan
izinkanlah kami tiba di sana dengan melintasi tantangan dan peluang meraih hari depan itu

Umi Nii Baki-Koro'oto, 11 Januari 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun