Belum lama ini beredar video dan ulasan berita di media daring yang isinya tentang Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia mempertanyakan nasionalisme kaum muda yang mau bekerja di luar negeri. Ujaran Bahlil Lahadalia itu terjadi ketika ada hastag kaburajadulu yang meramaikan jagad informasi di aplikasi/medsos. Ragam tanggapan dari kaum muda, mengantar diskursus baik tertulis maupun diskusi ala para podcaster. Suatu perkembangan dalam dialektika berbangsa dan bernegara, di mana zaman digital ini memposisikan kaum muda dan kaum medsoholic untuk terus menyuarakan kepentingan mereka. Di antara upaya menyuarakan kepentingan mereka itu, yakni "merespon" pernyataan-pernyataan pejabat pemerintah yang dinilai kurang tepat, atau mungkin sama sekali tidak tepat.
Nah, kira-kira begitulah cara para muda dan kaum medsoholic bermain di area publik.
Ini contoh respon yang sangat viral. Video yang diunggah oleh pengguna aplikasi X bernama ?@Malika6027. Â Rupanya Malika sedang berada di Jepang. Ia merespon pernyataan Bahlil Lahadalia dengan video berdurasi 1:39 detik. Â Kira-kira ditranskrip kata-katanya akan seperti ini.
tren kabur aja dulu. kami yang pindah ke luar negeri malah diragukan nasionalisme ... . Di balik keputusan kami untuk bekerja di luar negeri, pak, itu ada keluarga yang harus dinaikkan derajatnya, ada istri yang sedang hamil yang harus dinafkahi setiap harinya, ada juga anak yang harus dipastikan biaya pendidikannya dan juga kesehatannya terjamin. Semua itu kita lakukan supaya keluarga kita di Indonesia itu sejahtra, karna apa? Ya, karna bapak tidak bisa menjamin kesejahtraan keluarga kami di Indonesia. Bisa-bisanya diragukan nasionalismenya. He... pak, coba bapak pergi ke tempat teman bapak yang kerja di APBN. Silakan buat dispil penyumbang devisa negara terbesar kedua itu dari siapa, pak? Nomor satu dari Migas, saya tau, pak. Nomor dua itu dari siapa, dari saya? bukan. Dari teman-teman kami yang kerja di luar negeri? Bukan. Tapi dari siapa, pak? Coba dilihat, pak. Dan, kami itu sudah menyumbang devisa negara berapa ratus triliyun untuk negara setiap tahunnya. Kayak gitu masih dibilang nggak nasionalisme? Kalau maksud bapak itu nasionalisme harus berada di Indonesia, bekerja di Indonesia, oke, saya terima tantangan bapak. Ini kalau misalnya videonya saya upload saya baru aja sowan ke atasan, baru aja konsultasi ke atasan Jepang, saya mau minta pulang ke Indonesia supaya nasionalisme saya dihargain. Saya bakalan beli tiket, saya bakalan ... pulang dan saya akan berkontribusi untuk bangsa, tapi saya mau lihat juga pejabat-pejabat seperti bapak ini, apakah bisa menunjukkan nasionalismenya kepada kami para pejuang devisa negara?Â
Video itu telah ditonton 462.800-an kali sejak diunggah pada 13 Februari 2025 pukul 11:06. '
Video kedua yang viral ditonton mencapai 52.500-an kali dan dikomentari 2.273 kali, diunggah oleh Bima Yuda. Bila pernyataan Bima Yuda ditranskrip akan dapat dibaca seperti ini.
Sebagai anak muda Indonesia memilih untuk pergi, gue mau bilang jangan  tanya nasionalisme gue. Tanya  kenapa gue harus pergi?Gue cinta Indonesia, tapi cinta doang tu nggak cukup buat  bayar tagihan atau bahkan wujutin mimpi gua. Gua pergi bukan karna nggak nasionalis tapi gua udah muak tinggal di Indonesia dengan birokrasinya dan segala hal goblok yang pemerintah udah lakukan demi kepentingan golongan dan gua udah nggak kuat aja gitu tinggal di sana. Buat jalan-jalan dan kulineran ... tinggal sampai mampus menyaksikan ketidakadilan nggak dulu deh. Cuma orang-0rang kek Dedi Kolbuser aja yang betah tinggal di Indonesia. Daripada nyalahin kami yang berani ambil resiko buat masa depan mungkin lebih baik tanya pada diri sendiri apa yang udah kalian lakukan buat kami. Kami bukan pengkhianat. Kami korban dari sistem yang nggak adil. Kalau Indonesia benaran menjanjikan siapa sih yang mau pergi? Jangan salahin kami yang berani mimpi! Kalau di Indonesia, mimpi, mimpi mampus. Salahin sistem yang maksa kami milih antara nasionalisme dan masa depan.
Nah, bagaimana menilai orang muda yang memilih keluar negeri, bekerja di sana? Dua video yang diunggah di dua aplikasi medsos yang berbeda (kira-kira) telah mewakili para muda yang memilih bekerja di luar negeri atas berbagai alasan. Â
Mari kita lihat apa kata Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Menurut pemberitaan media daring, misalnya pada https://investor.id/Â
Baik pula pejabat negara mengkritisi para muda agar mereka "tersentak" daya dan gerak hidup. Baik sekali pejabat negara mengingatkan prioritas rasa cinta tanah air. Baik sekali bila negara memberi perhatian sungguh-sungguh pada kaum muda sebagaimana kata Soekarno, ... berikan aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia!
Jika itu semua dilakukan oleh negara melalui Pemerintah di semua jenjang, lantas diikuti dengan ketersediaan lapangan kerja maka tidak perlulah untuk mempertanyakan nasionalisme kaum muda. Dunia pendidikan menanamkan nasionalisme, patriotisme hingga heroisme. Kaum muda bangga pada negaranya, ketika meninggalkan kampus.