Mohon tunggu...
Literasi Kata
Literasi Kata Mohon Tunggu... Bukan Terikat

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Penggenggam Pasir

22 Februari 2025   02:03 Diperbarui: 22 Februari 2025   00:20 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mansyur!!!! Mansyurr!!!!" panggil satu ABK. Ayah Zulaikha tanggap.

"Ada apa!!!"

"Ledakan ini berasal dari turbin kapal. Mungkin baling-balik tersangkut jaring nelayan yang bercampur rumbai rumput dan pecahan karang. Ledakan merembet sampai ruang mesin. Kita harus hentikan air agar tidak naik ke dek 3.

"Tinggalkan kapal, Burhan! Persetan dengan ini semua!"

Pria bawahan Pak Mansyur itu tersenyum pucat. Pak Mansyur mengerti bahwa uraian itu adalah pertalian. Dengan siluet gelap di antara sela rambutnya yang kuyu, Pak Mansyur menebak.

" Benarkah sekoci tak akan sempat menjarak dan akan segera terperangkap pusaran karam kapal?"

Zulaikha merasakan keheningan di antara keriuhan. Dua pria itu yang berbicara itu kini bisu ditampari angin dan air hujan.

"Tidak malam ini! Bapak tak perlu ke sana. Orang lain saja. Zulaikha mohon satu kali ini saja Bapak nurut!"

" Di sini bapak adalah seorang mekanik. Sudah kewajiban bapak lakukan hal itu" terang sang ayah sambil mencium kening Zulaikha. 

"Turunkan sekoci!" perintah Pak Masyur. 

Rekan ABK segera menuruti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun