Mohon tunggu...
Literasi Kata
Literasi Kata Mohon Tunggu... Bukan Terikat

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Penggenggam Pasir

22 Februari 2025   02:03 Diperbarui: 22 Februari 2025   00:20 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Radar Utara; edisi Minggu, 19 Januari 2025

Karya Heri Haliling

Pada pesisir kau temukan perbatasan.

Menunduk dan lihatlah jejakmu di bawah.

Pasir? Itu butiran dari buanamu,

mampukah kau memilikinya?

Demi buih laut biru yang memunculkan awan menggiring dan mengayunkan kapal pada anjungan hingga buritan. Demi angin garam yang menyemai pipi semua hawa bermata sayu beku disepuh deru. Demi camar yang terbang dengan simbol kebebasan. Siang itu Zulaikha menunggu jemputan untuk tinggalkan kampung halamannya.

Sumpah! Cukup untuknya menahan. Di usia Zulaikha yang kini beranjak 20, rasa pahit macam apa yang belum ia cecap. Usia 6 tahun, bapaknya yang jadi nelayan hilang digulung gelombang. Apa yang berkesan darinya? Nihil! Hanya sekelebat wajah legam keras dengan tanda 3 jahitan di atas pelipis kanan sang ayah yang Zulaikha ingat. Untuk emak sendiri, depresi tentu menyeruak dan menyesak. Akibat ini sang emak harus berjuang bertahan untuk membesarkan putrinya dengan melacur hingga usia Zulaikha remaja 15 tahun. Sudah itu karena penyakit hina, sang emak pun akhirnya meninggal dengan risiko dosa yang harus ia pikul di dalam kubur.

 Pendidikan? Jangan tanya. Zulaikha, perempuan dengan hidung mancung dan dagu menjuntai itu merupakan insan yang tumbuh dari atap hukum rimba. Zulaikha bukan barisan anak berkemeja putih yang senang dengan santapan buku. Sejak kecil, terlebih masa di mana emaknya telah tiada, menu sarapan Zulaikha adalah paket komplit makian.

Duduk menyandar dinding pada sebuah ruang di kapal Tagbut dalam ombang ambing gelombang, Zulaikha tersenyum mengingat bakat turunan emak yang melekat dalam dirinya sekarang.

Mulanya tentu tak hendak untuk Zulaikha mewarisi profesi laknat ini. Kendati kena cerca dengan sebutan anak haram, Zulaikha berusaha bekerja pada lahan halal. Jualan sayur sampai jaga ruko pernah ia lakoni. Kisaran 3 tahun Zulaikha betah, sebelum pemilik ruko yang seorang Cina berhasil membekap dan mengangkanginya. Sialnya, dua hari usai peristiwa itu dengan wajah menyala merah, Tachi pirang sebagai istri sah pemilik ruko berontak bersama hentakkan sumpah serapahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun