Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Langit Tak Pernah Menagih Balas

16 Mei 2025   14:46 Diperbarui: 16 Mei 2025   16:55 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit Tak Pernah Menagih Balas

"Belajar Keikhlasan dari Atap Dunia yang Tak Pernah Meninggalkan Kita"

Puisi Pembuka

Langit itu sabar

Ia menampung semua tatapan,

dari bocah yang bertanya

hingga orang tua yang hanya ingin diam.

Ia tak menagih pujian

saat senjanya memesona,

atau meminta maaf

saat hujannya menghanyutkan doa.

Manusia suka melupakan

bahwa langit pun punya perasaan,

tapi ia memilih menjadi atap,

bukan alasan untuk pergi.

Di Bawah Langit yang Tidak Pernah Bertanya

Setiap pagi kita menengadah ke atas tanpa benar-benar memperhatikan. Langit, sejak dahulu, tak pernah meminta apa pun selain dilihat---dan bahkan itu pun bukan permintaan. Ia tetap hadir meski tak pernah dipuji, tetap membentang luas meski tak pernah dipeluk. Sementara manusia terus menagih validasi, langit malah mengajarkan diam yang menenangkan.

Langit tidak butuh kita untuk merasa cukup. Tapi mungkin kitalah yang sebenarnya butuh langit, lebih dari yang kita sadari.

Panggung Sunyi Tanpa Penonton

Pernahkah kamu tertegun melihat semburat senja, lalu menyadari betapa indahnya sesuatu yang tidak menunggu disorot? Langit adalah panggung yang tak pernah kehabisan pertunjukan, tapi sering kali kehilangan penonton yang benar-benar hadir. Kita terlalu sibuk menjepret, mengunggah, dan menuliskan caption bijak---tanpa menyerap makna dari warnanya.

Langit tidak protes. Ia tahu, keindahan tak harus dikenal untuk terus memberi. Dan justru karena itu, ia semakin tulus.

Tempat Paling Jujur Menangis

Saat manusia bingung mencari tempat pulang, langit diam-diam menjadi ruang paling luas untuk menampung tangis yang tak bisa diceritakan. Di bawah langit yang kelabu, kita belajar arti menerima. Kadang, langit tidak memberi pelangi, tapi justru mengajarkan: hujan pun perlu turun agar beban ikut luruh.

Langit mungkin tak memberi jawaban, tapi ia menemani prosesmu hingga kamu tenang.

Menjadi Atap, Bukan Alasan Pergi

Langit adalah atap yang tidak pernah kabur. Ia bertahan, meski dilubangi pesawat, dicemari asap, dan dicueki manusia modern. Ia tidak menagih balas budi. Langit tetap biru untuk yang patah, tetap kelam bagi yang ingin menyendiri, tetap cerah bagi mereka yang ingin mulai lagi.

Dan di sanalah letak keindahannya: menjadi pelindung tanpa pamrih. Ia bukan Tuhan, bukan malaikat, tapi barangkali ia adalah cermin---tentang bagaimana kita bisa hidup lebih lapang, lebih ringan, dan lebih ikhlas.

Akhir Kata: Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Kalau langit saja bisa memberi tanpa pamrih, kenapa manusia sering menuntut balasan untuk setiap kebaikan?

Mari kita diskusi:

Pernahkah kamu merasa dihadiahi sesuatu oleh semesta, tanpa tahu siapa yang mengirimnya? Apakah itu juga bagian dari 'langit' yang bekerja?

Tulis pendapatmu di kolom komentar. Siapa tahu, dari sana kita sama-sama belajar menjadi manusia yang lebih tenang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun