Menanti Bus Dari Jogja Membawa Perempuan Paruh Baya
Bus dari arah Jogja melenggang melaju
membawa perempuan paruh baya
yang tak lain tak bukan adalah Ibuku
dan aku acapkali menunggu kedatangannya
di ujung jalan itu dengan segenap rasa rindu
Aku dan ibu dipisah rentang jarak, ruang dan waktu
karena kondisinya harus seperti itu
kendati begitu sesekali Ibu menyambangiku
Rumah tampak sepi
tak ada celoteh ibu
yang ada hanya hela nafas rindu
yang menjadi udara
penuhi segala penjuru ruang
dan yang ada hanya sisa-sisa kehangatan
yang tak pernah hilang
lekat di meja, kursi, pintu
dan seluruh perabot yang terkena sentuh lembut jemari Ibu
Seperti kali ini aku menunggu ibu
duduk di atas jok motorku
sambil sesekali berdiri menatap sekitar
perlintasan yang ramai dengan beragam tujuan
orang-orang yang hendak dihantarkan
ada yang pergi pun ada yang kembali
Jalanan basah selepas hujan dilindas roda-roda ban
menyala lampu-lampu jalan
terangi sudut yang gelap
pendarnya melumat aspal
Tak lama perempuan paruh baya bertubuh mungil
keluar dari dalam badan bus yang lebar
seraya kembangkan senyum
aku raih senyum ibu dalam genggaman
aku gamit tubuh ibu dengan segenap kasih
serta mengambil alih membawa tentengan
Tak lama kupacu motorku menuju rumah
rumah dengan pelataran luas
serta dinaungi pohon rindang
rumah yang didalamya aku belajar
perihal bahasa kasih
menyayang tanpa pamrih
Ah tiba-tiba aku rindu masakan Ibu
kendati dengan menu makan sederhana
namun teramat istimewa
lantaran diolah dengan bumbu-bumbu kasih sayang
Dapur mengebul aku dan ibu berkumpul
kerena hanya tinggal aku dan ibu yang tersisa
selepas Bapak, Kakak, Adik telah tiada pergi mendahului
Klaten, 26 February 2025
Hera Veronica
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI