Aku dan Setangkai Mawar
Kugenggam mawar pemberian darimu
kutau kelak di suatu masa kan layu
hilang serinya tak pancarkan pesona
tak menebar aroma harum mewangi
Seperti sediakala tatkala setangkai
mawar kuning kaupersembahkan tukku
sebagai penghias meja sudut di samping
ranjang tidurku memanja mataku
Seperti halnya aku kelak satu ketika
tak lagi nampak ranum dan segar
layaknya setangkai bunga tumbuh
dalam belaian hangat mentari pagi
Kelopaknya berguguran helai demi helai
dipetik angin nakal berhembus kencang
hingga tubuh nan ringkih limbung lalu
luruh tergolek lunglai di tanah
Semoga aku kan tetap menjadi
mawar terindah yang tumbuh
di dalam taman hatimu kendati
dalam dera usia dan lambat laun
Mengikis sebuah pesona yang
buatmu jatuh dalam damba
pada ranun terbungkus polos
yang sejatinya belum memahami
Arti torehan beragam warna
pada sehelai kanvas kehidupan
yang menyaji serangkaian dusta
jerat kepalsuan tarian kemunafikan
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 9 Juni 2021 | 09:56