Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Misteri "Santet" Banten (1)

20 Mei 2023   14:27 Diperbarui: 23 Mei 2023   16:09 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ilmu teluh (Foto Tribun Medan via Kompas.com). 

Bayu Gandana pada pagi Subuh itu masih bertafakur di Musholla kecil belakang Kedai Ki Damar. Suasana pagi yang tenang dan udara yang sejuk menambah rasa khusyu aktivitas dzikir Bayu Gandana.

Bayu masih melakukan aktivitas di Mushalla kecil itu sampai tiba waktu sholat Dhuha. Baru setelah selesai sholat Dhuha, Bayu meninggalkan Musholla. 

BACA JUGA Episode (1)  Ombak Putih Selat Sunda

Baru ingat pagi ini Bayu ada janji dengan Ki Damar untuk mengunjungi penduduk setempat yang memerlukan pengobatan.

Rupanya Ki Damar sengaja mengajak Bayu untuk membantu pasiennya yang sudah sebulan ini tidak mengalami kemajuan berobat kepada Ki Damar.   

Ki Damar mempersiapkan ramuan obat yang nanti dibawa. Ramuan ini sudah sebulan diberikan kepada pasiennya tapi masih belum terlihat tanda-tanda kemajuan.


Bayu dan Ki Damar hanya cukup berjalan kaki ke rumah pasien yang merupakan penduduk setempat.

Jarak dari Kedai itu hanya sekitar 15 menit perjalanan. Jarak yang relatif dekat untuk ukuran peduduk di desa itu.

Rumah-rumah di sekitar itu hanya ada beberapa saja dengan jarak antar rumah cukup renggang.

Selebihnya adalah pepohonan yang sebagiannya berbatasan langsung dengan Leuweung Hideung.

Ketika Bayu memasuki rumah pasien Ki Damar, ada aura janggal dan bau bangkai yang dirasakan pemuda itu.

Tentu hal itu tidak mungkin dirasakan oleh Ki Damar yang tidak memiliki kepekaan ilmu seperti yang Bayu miliki.

Memasuki kamar di mana pasien ditidurkan, aroma busuk itu semakin menyengat tercium oleh Bayu.

Di Kamar itu ada suami dari pasien wanita yang tergeletak tak berdaya. Menurut cerita suaminya, pada awalnya dia mengira istrinya hamil.

Namun anehnya sampai kehamulannya sudah usia 18 bulan ini masih juga belum melahirkan. Ini yang menjadi misteri bagi pasangan suami istri itu.

Bayu memperhatikan Ki Damar membacakan amalan-amalan sebelum memberikan ramuan racikannya untuk diminum.

Suami dari wanita yang menderita sakit itu terlihat sangat khawatir dengan istrinya. Pasangan suami istri ini baru saja menikah dua tahun yang lalu.

Mereka merasakan kebahagiaan saat tahu istrinya hamil. Namun ternyata sampai dengan 18 bulan ini masih belum melahirkan.

Ki Damar rupanya sudah berupaya melakukan pengobatan dengan ramuan tradisionalnya dengan beberapa amalan.

Namun sudah sebulan ini masih belum ada tanda-tanda kemajuan dari pengobatan yang dilakukan Ki Damar.

Bayu kembali merasakan bau menyengat, bau bangke yang membuat perut terasa mual. Namun Bayu tetap menahan dengan kuat serangan bau menyengat tersebut.

Anak muda ini tahu apa yang tengah terjadi. Terutama dengan kehadirannya di rumah Pasien Ki Damar ini.

Mata iblis selalu memperhatikan gerak gerik Bayu Gandana. Awalnya pemuda ini tidak menyadari tetapi setelah bau menyengat itu hadir, Bayu bisa melihat melalui mata batinnya, mata berwarna merah penuh api dendam.

Awalnya Bayu merasakan ada tatapan mata iblis ini, saat dirinya berada di Leuweung Hideung waktu memberi pertolongan kepada Bonang.

Ya benar itu mungkin Ibrlis bermata satu yang menjadi perinbcangan penduduk selama satu windu ini.

Hanya saja pemuda ini tidak menyangka jika saat ini, mata batinnya merasakan sorotan tajam mata iblis itu.

Bayupun bertanya-tanya apakah ini ada hubungannya dengan wanita, pasiennya Aki Damar yang saat ini tengah menderita sakit?

Usai melakukan pengobatan tersebut Ki Damar mengjak Bayu mengunjungi sebuah kuburan yang berada di ujung Desa dekat perbatasan arah Utara.

"Ini makam Mbah Elang. Beliau adalah sesepuh di Desa ini yang juga Guru bagi para Tabib di sekitar Desa ini." Kata Ki Damar memberikan penjelasan.

Bayu hanya mengangguk sambil memperhatikan makam Mbah Elang yang bersih terurus. Suasana di sana juga terasa sejuk di hati.

Ini pertanda bahwa Mbah Elang adalah bukan orang sembarangan karena di sekitar makamnya tidak ada satupun roh-roh jahat yang berani mengganggunya.

Selesai berziarah ke makam Mbah Elang, mereka kembali menuju ke Kedai Aki Damar.

Cerita tentang Mbah Elang berlanjut di teras Kedai Aki Damar.

"Mbah Elang nama aslinya adalah Kiai Maulana. Beliau dipanggil Mbah Elang karena penglihatannya yang tajam." Kata Aki Damar.

"Maksudnya penglihatan tajam itu bagaimana Ki?" Tanya Bayu.

"Maksudnya Mbah Elang bisa melihat hal-hal di luar penglihatan kita. Misalnya pasien Aki yang tadi mungkin oleh Mbah Elang sudah tahu cara mengobatinya karena beliau bisa melihat yang ada di dalam perut pasien itu."

"Oh begitu ya."

Sebenarnya Bayu bisa merasakan ada sesuatu yang aneh dari perut hamil wanita itu.

Memang Bayu tidak bisa melihat dengan kasat mata, tetapi mata hati hati Bayu bisa melihat Mata Iblis yang hadir di sana sebagai pertanda.

"Dulu Aki belum sempatberguru ilmu terakhir itu karena Mbah Elang sudah keburu wafat."

"Ilmu apa Ki Damar? Tanya Bayu.

"Ilmu Penyentuh Qolbu." Jawab Ki Damar.

Bayu terperanjat mendengar nama ilmu itu. Dulu Bayu juga pernah mendapatkan ilmu tersebut dari Kiai Furqon, tapi belum sampai tingkatan tinggi.

  "Ilmu Penyentuh Qolbu itu ada 14 tingkat dan dari setiap tingkatnya ada 7 tahap ibadah yang sangat berat." Aki Damar kembali menjelaskan ilmu penyentuh qolbu.

Bayu hanya termenung mendengar penjelasan Ki Damar.Karena dirinya sudah ada pada tingkat ke-7.

Memang masih jauh dari 14 tingkat yang harus dia capai. Usia Bayu masih sangat muda, belum saatnya bisa mencapai tingkatan lebih tinggi dari yang saat ini dia capai.

Dalam benak Bayu menyimpulkan bahwa Mbah Elang jangan-jangan satu perguruan dengan gurunya, Kiai Furqon.

"Maaf Ki Damar. Dulu Mbah Elang wafat pada usia berapa?"

"Usia 80 tahun. Sudah 10 tahun berlalu, Aki sendiri waktu itu masih usia 40 tahunan."

Bayu menebak gurunya adalah adik seperguruan dari Kiai Maulana atau Mbah Elang terutama kaitannya dengan ilmu penyentuh qolbu.

Jika Embah Elang saat ini masih hidup maka beliau berusia 90 tahun hanya beda 10 tahun dengan gurunya.

Bayu sebenarnya ingin memberi tahu Aki Damar untuk membantu pengobatan wanita itu.

Namun dia mengurungkan sementara niat itu karena takut menyinggung perasaan Ki Damar.

"Oh ya Nak Bayu bagaimana menurutmu keadaan kondisi pasien wanita tadi?" Tetiba Ki Damar bertanya tentang pasien wanita itu.

Pertanyaan Ki Damar ini membuat Bayu kembali berniat membantu pengobatan dengan cara ilmu yang dia miliki.

"Menurut pendapat hamba, ada sesuatu yang jahat masuk dalam tubuh wanita itu." Jawab Bayu singkat.

Aki Damar terperangah. Meskipun hanya sekejap tapi terlihat dia sangat terkejut. Ki Damar terkejut karena Bayu bisa meraba aura batin pasien wanita itu.

Bukan terkejut karena ada ruh jahat di dalam tubuh pasien itu. Kalau tentang itu pasti Ki Damar sudah tahu, hanya dia tidak mampu mencari solusinya.

"Maaf Nak Bayu. Apakah Nak Bayu memiliki ilmu penyentuh qolbu?" Tanya Ki Damar penasaran.

 "Apakah Nak Bayu pernah berguru kepada Mbah Elang?"  Tanya Ki Damar selanjutnya.

Bayu Gandana menatap Ki Damar sambil tersenyum penuh arti.

"Benar Ki. Hamba ini murid dari Kiai Furqon dari Padepokan Bayu Suci."

"Alhamdulillah. Kenapa kemarin kamu tidak bilang waktu kita ngobrol tentang Ki Ulon dan Kiai Furqon?"

"Maaf hamba tidak berani Ki."

Sungguh Ki Damar sangat kagum dengan kerendahan hati sosok pemuda ini. Kakek Tua pemiliki Kedai satu-satunya di desa ini, hanya bisa tersenyum sumringah.

Ki Damar merasa lega dengan kehadiran Bayu Gandana yang diharapkannya membantu penyembuhan pasiennya kali ini.

Menurut Ki Damar, ini adalah pasiennya yang ke-5 yang megalami penyakit aneh. Empat pasien sebellumnya tidak bisa tertolong, mereka meninggal dunia dengan cara mengerikan.

Mereka muntah darah yang penuh dengan jarum-jarum dan paku berkarat. Penduduk Banten saat itu mengenal ilmu hitam yaitu teluh dengan perantara banyu, bayu dan geni.

Ilmu itu adalah ilmu hitam dengan perantaraan iblis. Baik Aki Damar maupun Bayu Gandana mengerti benar dengan kejadian yang menimpa pasien wanita itu.

Merekapun bertekad untuk menyembuhkan wanita bernasib malang tersebut. Penuh dengan harapan pertolongan dari Allah.

Aki Damar sempat ragu dengan kemampuan Bayu apakah mampu mengalahkan kekuatan Iblis penghuni Leuweung Hideung.

Namun setelah tahu Bayu adalah murid Kiai Furqon, keraguan itu hilang seketika. Harapan Aki Damar hanya satu yaitu agar Desa ini kembali damai dan tenteram. 

BERSAMBUNG

#FiksiSejarah

Salam @hensa17

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun