Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senyuman dari Masa Silam

26 Agustus 2020   23:14 Diperbarui: 26 Agustus 2020   23:17 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hai Santi"

Laki-laki yang tingginya sedang-sedang saja itu menyapaku sambil tersenyum malu-malu. Ia sejak kemarin berdiri di depan pintu gerbang sekolah.

Aku baru tiba di halaman sekolah menuju pintu gerbang memasuki ruangan kelas yang berjajar.

Aku tidak kenal lelaki itu. Kelana namanya, begitu teman-temannya menyapa. Nama itu juga yang aku dengar disebut oleh teman-teman akrabku yang usil.

Ternyata Kelana dan teman-temannya adalah murid dari sekolah lain yang menumpang mengikuti ujian akhir di sekolah kami. Aku tak tau dari sekolah mana.

Mana mungkin aku tanya, dia menyapaku saja sudah riuh rendah sorak-sorai kawannya dan kawanku.

Kata kawan-kawanku, Kelana naksir aku. Mereka yakin sekali dan bilang bahwa Kelana jatuh cinta padaku saat pandangan pertama. Aduh.

Tapi dia tak berani menyatakannya. Sepertinya dia cukup bahagia menyapaku dan memberikan senyumnya setiap pagi di depan gerbang sekolah.

Aku balas sapaan cowok pemalu berwajah biasa-biasa itu. Kelana akan berjalan memasuki gerbang sekolah, mengikutiku, jika aku sudah melewati tempatnya berdiri. Hanya sebatas itu. 

Kebiasaan ini berlangsung hingga selesai ujian akhir kami di Sekolah Menengah Pertama tempatku belajar tiga tahun belakangan ini.

Setelah itu kami tidak pernah bertemu lagi. Dia berasal dari sekolah mana, aku tak pernah tau.

**"*

"Saya, Kelana Wijaya, orang tua dari Patricia Wijaya."

Suara seorang lelaki mengenal diri dari barisan kedua meja di samping pintu masuk ruang kelas, tepat di seberang mejaku.

Aku tersentak dan memandang sosok tampan yang sedang tersenyum dan menganggukkan kepalanya padaku.

Malam ini adalah pertemuan pertama orang tua murid dan guru kelas 7, di mana putraku bersekolah. 

Noah, putraku, baru kemarin mengatakan ia mendapat undangan ulang tahun dari Patricia. Perayaan sederhana yang akan dilangsungkan dua minggu lagi di halaman belakang rumahnya.

Kelana menyalami dan menanyakan kabarku ketika pertemuan selesai. Dia mengantarku hingga ke parkiran, membukakan pintu mobil.

"Sampai ketemu dua minggu lagi ya, Santi. Hati-hati di jalan."

Ucapnya dengan senyuman yang tak lekang dari bibir. Tangannya perlahan menutupkan pintu mobilku.

Perjalanan menuju rumah yang membuatku berbunga-bunga.

Ah, Kelana, cowok pemalu yang kukenal saat berseragam putih biru dulu telah menjelma menjadi pria tampan yang atraktif.

Tak sabar rasanya menunggu dua minggu lagi.

-------

Hennie Triana Oberst - DE.26082020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun