Mohon tunggu...
Hendrikus Dasrimin
Hendrikus Dasrimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pemerhati di bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Strategi Manajemen Konflik dalam Satuan Pendidikan

5 November 2022   19:33 Diperbarui: 9 November 2022   01:00 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kepala Sekolah sedang melakukan negosiasi dalam menyelesaikan konflik. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

 

Mengubah konflik menjadi suatu keadaan yang konstruktif, ibarat mendaur ulang sampah menjadi barang yang bermanfaat. 

Konflik merupakan salah satu kenyataan yang tidak dapat dipisahkan dari penyelenggaraan satuan pendidikan. Dengan kata lain, konflik pada hakekatnya merupakan suatu gejala yang wajar dan lumrah terjadi dalam suatu satuan pendidikan. 

Konflik tidak bisa dihindari, sebaliknya perlu dikelola dengan baik sehingga dapat berguna untuk kemajuan satuan pendidikan.

Dalam hal ini, kepala sekolah mempunyai peran penting untuk menyikapi suatu konflik melalui suatu manajemen sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan satuan pendidikan yang berada di bawah tugas kepemimpinannya.

Konflik dalam satuan pendidikan dapat dipahami sebagai suatu kondisi seseorang atau sekelompok orang dalam suatu satuan pendidikan, yang memiliki perbedaan dalam pandangan maupun perbedaan dalam perilaku yang tidak sejalan antara satu pihak dengan pihak lainnya.

Contoh konflik dalam sekolah misalnya, ada seorang atau sekelompok guru yang tidak setuju dengan suatu program kegiatan maka mereka tidak mau mengikuti kegiatan tersebut. 

Atau, konflik intern yang terjadi pada guru-guru yang mengangani bidang kesiswaan sehingga menyebabkan program kesiswaan tidak berjalan dengan baik.

Dari contoh kasus ini, dapat ditemukan beberapa unsur konfik yang ada di dalamnya yakni: ada ketidaksesuaian pendapat; bisa terjadi pada seorang individu atau beberapa individu (kelompok) terhadap pihak lain; dan ada objek sasaran yang menjadi alasan terjadinya konflik.

Perbedaan Pendapat Tentang Konflik

Ada beberapa pandangan yang berbeda tentang adanya konflik dalam sebuah oraganisi atau satuan pendidikan. Ada yang berpendapat bahwa konflik itu jelek, menimbulkan kerugian sehingga harus dihindari. 

Sebaliknya ada yang berpandangan bahwa konflik terjadi secara alamiah sehingga tidak perlu dihindari karena dapat menguntungkan jika dikelola dengan baik. 

Bahkan ada yang berpendapat bahwa seharusnya konflik itu diciptakan supaya ada inovasi baru setelah berhadapan dengan suatu konflik.

Di sini dapat disimpulkan ada beberapa pandangan negatif maupun positif tentang konflik. Beberapa pandangan negatif terhadap adalanya konflik dalam satuan pendidikan, antara lain:  

1). Konflik harus dihilangkan dari organisasi, karena dapat mengganggu dan merusak prestasi; 

2) Dalam organisasi yang baik tidak ada konflik; 

3). Konflik harus dihindari; 

4).Konflik itu buruk karena dapat menjurus ke tingkat stres yang lebih tinggi, memunculkan kejahatan dan sabotase berbagai program.

Sementara itu, ada pula beberapa pandangan positif tentang konflik, antara lain: 

1). Konflik sesungguhnya meningkatkan prestasi organisasi, yang penting dapat dikelola dengan baik; 2). Dalam organisasi yang baik, konflik dapat mendorong anggota memacu prestasi; 

3). Konflik merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan organisasi sehingga tidak perlu dihindari; 4). Konflik itu baik karena dapat merangsang orang untuk memecahkan masalah penyebab timbulnya konflik.

Dari kedua perspektif yang berbeda ini, juga melahirkan dua konsep yang berbeda pula yakni tentang manfaat dan kerugian dari konflik. Pada satu pihak ada yang berpendapat bahwa konflik memberikan keuntungan, namun dipihak lain ada yang menilai bahwa konflik justru mendatangkan kerugian bagi organisasi (satuan pendidikan).

Pihak yang minilai bahwa konflik memberikan keuntungan berpendapat bahwa:  1) konflik memungkinan ketidakpuasan yang tersebunyi muncul di permukaan sehingga organisasi dapat mengadakan penyesuaian dan mengatasinya; 

2) konflik memungkinkan timbulnya norma-norma baru yang sangat berguna untuk mengatasi kekurangan norma-norma lama; 3) konflik berguna untuk mengukur kemampuan struktur kekuasaan yang ada pada organisasi; 

4) konflik dapat memperkuat ciri kelompok yang ada, sehingga kelompok itu memiliki identitas yang pasti; 5) konflik dapat menyatukan beberapa komponen yang terpisah; dan (6) konflik dapat merangsang usaha untuk mengurangi stagnasi.

Sementara itu, pihak yang menilai bahwa konflik memiliki kerugian berpendapat bahwa: 1) konflik dapat menyebabkan timbulnya perasaan "tidak enak" sehingga menghambat komunikasi; 2) konflik dapat membawa organisasi ke arah disintegrasi; 

3) konflik dapat menyebabkan ketegangan antar individu maupun antar kelompok; 4) konflik dapat menghalangi kerjasama di antara individu dan mengganggu saluran informasi; dan 5) konflik dapat memindahkan perhatian anggota organisasi dari tujuan organisasi.

Strategi Manajemen Konflik dalam Satuan Pendidikan

Manajemen konflik adalah suatu cara atau strategi resolusi yang digunakan untuk mencegah konflik menjadi destruktif. Dengan strategi yang ada, konflik dapat dijadikan sebagai suatu keadaan yang konstruktif untuk mencapai tujuan organisasi.

Ada banyak strategi manajemen konflik yang berkembang, antara lain sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soetomo dan Supriyanto (2003) berikut:

1. Negosiasi

Ketika masing-masing memiliki kekuasaan yang sama dan memiliki solusi yang dapat diterima, maka manfaatkan pihak ketiga untuk melakukan bargaining, dan menemukan solusi yang sama-sama menguntungkan.

2.  Pemecahan masalah secara integratif

Ketika hanya ada keperccayaan minimum dari pihak yang berkonflik, tidak ada waktu untuk mendapatkan solusi secara cepat, maka lakukanlah konfrontasi. 

Kepala sekolah dapat menyatukan pihak-pihak yang berkonflik untuk menemukan solusi secara integratif bagi kepentingan lembaga pendidikan.

3. Perencanaan ulang organisasi 

Ketika sumber konflik datang dari kondisi kerja, pekerjaan dapat dimudahkan melalui tanggung jawab. 

Kepala sekolah melakukan penstrukturan organisasi ulang dengan melibatkan pihak-pihak yang berkonflik secara fair, dengan memanfaatkan mediator.

4. Perbaikan praktek organisasi

Ketika konflik berkaitan dengan praktek-praktek organisasi, rumuskan sub tujuan bersama. Hilangkan praktek organisasi yang bermakna ganda, perbaiki kebijakan, prosedur dan peranan yang dikonflikkan, modifikasikan komunikasi multi arah, putarlah personil, buatlah sistem penghargaan yang sehat dan program pelatihan berkelanjutan.

Hal yang perlu diperhatikan pula dalam menggunakan strategi manajemen konflik adalah sumber penyebabnya. Oleh karena itu, pimpinan dituntut untuk mampu mendiagnosis penyebab dan hal-hal lain yang mempengaruhinya terjadinya konflik.

Pada prinsipnya, kepala sekolah harus memiliki kekuatan dan otoritas sebagai pemimpin dalam satuan pendidikan. Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus dapat mendayagunakan kekuatan yang dimilikinya dan mampu memanfaatkan otoritas yang ada dalam dirinya untuk dapat mengarahkan sikap dan perilaku bawahan.

Kemampuan pimpinan dalam menempatkan kekuatan dan otoritas pada proporsi yang wajar pada akhirnya sangat membantu pemecahan konflik sebagaimana yang diharapkan. 

Melalui pijakan ini timbul suasana yang memungkinkan diarahkannya suatu konflik menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi satuan pendidikan.

Daftar Rujukan:
Soetopo, Hendyat dan Supriyanto, Achmad. 2003. Manajemen Konflik. Malang: Universitas Negeri Malang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun