Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT. Instagram: hendra.setiawan.17

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Makan Sedikit Juga Bisa Gemuk, Bagaimana Mendapatkan Berat Badan Ideal?

16 September 2021   17:00 Diperbarui: 17 September 2021   10:58 2042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Foto oleh: Andres Ayrton dari Pexels

"Dik, kamu kalau ke sini kok mesti badanmu kelihatan tambah gemuk."

"Masa, sih. Perasaan saya juga jarang makan. Makan saya lho, sedkit. Tahu sendirilah kalau pas main ke rumah."

 Obrolan ini mungkin terlihat aneh, tapi kenyataan seperti itu. Kalau ada orang doyan makan, terus gemuk, itu sudah biasa. Bukan keanehan dan bisa dinalar dengan logis. Banyak asupan yang masuk tubuh, otomatis tubuh akan membengkak karena timbunan lemak.

Tetapi menjadi tidak biasa, orang yang makan normal, bahkan cenderung di bawah rata-rata, namun bisa juga bertambah berat badannya. Kalau orang yang pengin gemuk, pasti ingin juga ya, seperti ini...

Beragam Faktor

Orang menjadi gemuk bisa karena banyak faktor. Tidak saja karena seberapa banyak makanan yang dikonsumsi kesehariannya. Apa sajakah itu?

1. Genetika Riwayat Keluarga

Riwayat silsilah keluarga ternyata memiliki faktor pendukung seseorang cenderung mengalami kegemukan. Mungkin tidak secara langsung dalam segaris keluarga, tapi bisa diperhatikan kalau ada kerabat lain yang memiliki kondisi serupa.

2. Pola Makan

Meskipun jumlah makan seseorang sedikit, tetapi jika dalam makanan tadi mengandung banyak kalori, gula, dan lemak, maka itu juga jadi faktor pencetusnya.

Hal yang sama ada pada minumannya. Adanya tambahan gula juga bisa menyebabkan kelebihan kalori dalam tubuh. Berat badan bisa jadi meningkat.

3. Metabolisme Tubuh, Aktivitas Fisik, dan Waktu Tidur

Metabolisme adalah proses alami dalam tubuh yang mengubah makanan dan minuman menjadi energi. Metabolisme pada seseorang bisa berbeda-beda.

Hal ini bisa dipengaruhi karena jenis kelamin, usia, serta ukuran dan komposisi tubuh seseorang.

Metabolisme tubuh yang kurang baik serta aktivitas fisik yang kurang memadai menyebabkan berat tubuh menjadi bertambah. Apalagi jika masa (lama waktu) tidur juga berkurang.

Adanya perubahan homon ghrelin dan leptin dalam tubuh memengaruhi rasa lapar. Akibatnya, konsumsi makanan kurang sehat sebagai "pengganjal rasa lapar" biasanya terjadi.

4. Obat

Tanpa disadari, oba-obatan farmasi punya efek samping yang bisa menyebabkan penambahan berat badan. Misalnya yang masuk golongan kortikosteroid, antidepresan, obat antipsikotik.

Obat-obatan seperti ini ditengarai mengubah fungsi tubuh dan otak secara temporer. Hal inilah yang mengurangi tingkat metabolisme atau malah meningkatkan nafsu makan.

5. Perubahan Hormonal

Poin ini secara khusus buat wanita. Pada rentang usia 45-55 tahun, mereka memasuki tahap menopause. Penurunan hormon estrogen dapat menyebabkannya mengalami kenaikan berat badan di sekitar daerah perut dan pinggul.

Sedangkan pada wanita hamil, kenaikan berat badan ini adalah faktor yang paling umum terjadi. Demi mendukung pertumbuhan bayi, asupan makanan jadi bertambah banyak.

Bahkan makanan yang semula tidak disukai, tetiba saja jadi bisa suka. Biarpun porsinya tak banyak, tapi kalau sering-sering, ya sama saja jika dijumlahkan hasil akhirnya. Bisa malah tambah banyak.

6. Usia

Bagaimanapun juga, faktor penambahan usia mengakibatkan kerja metabolisme pada tubuh kian melambat secara alami. Ditambah lagi, tubuh juga kehilangan jumlah otot-ototnya.

Fungsi otot ini penting, karena keberadaannya dalam jaringan tubuh sangat efisien untuk membantu pembakaran lemak. Praktis, kehilangan jumlah otot, membuat orang membakar lebih sedikit kalorinya dalam tubuh.

7. Stres atau Depresi

Meskipun respon tiap orang dalam mengatasi stres beragam rupa, namun kebanyakan orang pelampiasan emosionalnya lari pada makanan. Jadi hal ini juga bisa membuat berat badan bertambah tanpa disadari.

Berat Badan Ideal

Mendapatkan "berat badan ideal" tentu saja diharapkan oleh banyak orang pada unumnya. Dibandingkan dengan keadaan tubuh yang mengalami kekurangan berat badan, kelebihan berat badan menjadi perhatian yang lebih serius.

Orang yang mengalami kekurangan berat badan dianggap lebih mudah cara mengatasi penyakit penyertanya. Misalnya anemia, osteoporosis, dan gangguan pertumbuhan, dan lain-lain.

Berbeda dengan mereka yang terlalu gemuk atau obesitas. Lebih banyak penyakit yang dianggap lebih berbahaya yang bisa menyertainya.

Misalnya nafas jadi pendek alias kesulitan kalau bernafas, timbul nyeri otot dan sendi pada kaki, sakit punggung, menstruasi tak teratur, lebih berisiko terkena penyakit jantung dan hipertensi, dan sebagainya.

Berat badan ideal (BBI) sendiri diistilahkan sebagai kondisi berat badan yang dianggap paling menyehatkan bagi seseorang dengan mengacu pada rasio tinggi badannya. 

amun tentu saja ini bukan patokan utama. Faktor penentu sehat tidaknya juga memperhatikan pula jenis kelamin, usia, bentuk tubuh, dan massa otot.

Ada dua cara menentukan BBI ini.

A. Rumus Broca

Berat badan normal (kg) = tinggi badan (cm) -- 100

Perhitungan BBI ini ditemukan oleh dokter bedah asal Prancis, Pierre Paul Broca. Namun, rumus ini tidak mempertimbangkan perbedaan jenis kelamin.

Selain itu hanya dapat diterapkan kepada orang dengan tinggi badan kurang dari 165 cm.

Oleh karenanya untuk menghitung BBI, dibutuhkan juga faktor perhitungan lain yang lebih spesifik lagi. Hal ini karena BBI pria berbeda dengan wanita.

Pada pria, lebih banyak memiliki massa otot dibandingkan wanita. Sedangkan pada wanita, lebih banyak memiliki komposisi lemak dalam tubuh. Hal ini pula yang membuat wanita lebih cepat untuk gemuk.

Oleh karenanya, rumus Broca dalam menghitung BBI pada pria dan wanita menjadi seperti berikut. Supaya lebih jelas, akan diberikan perhitungan angka yang dimaksud.

1. Pria: 

Berat badan ideal (kg) = [tinggi badan (cm) -- 100] -- [(tinggi badan (cm) -- 100) x 10%]

BBI TB 170 cm = (170 -- 100) -- [(170 -- 100) x 10%]

= 70 -- 7

= 63 kg

2. Wanita: 

Berat badan ideal (kg) = [tinggi badan (cm) -- 100] -- [(tinggi badan (cm) -- 100) x 15%]

BBI TB 160 cm = (160 -- 100) -- [(160 -- 100) x 15%]

= 60 -- 9

= 51 kg

B. Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT adalah pengukuran lemak tubuh berdasarkan tinggi dan berat badan. Ini bisa diterapkan kepada pria dan wanita.

Rumus penghitungannya adalah membagi angka berat badan (BB dalam kg) dengan tinggi badan kwadrat (TB dalam cm). Hasil itulah yang menunjukkan BBI seseorang.

Rumusnya demikian, beserta perhitungan contohnya.

IMT = Berat Badan (kilogram) : [(Tinggi Badan (meter) x Tinggi Badan (meter)]

IMT TB 1,5 m = 50 : (1,5 x 1,5)

= 50 : 2,25

= 22,2

Dari angka yang didapatkan ini, seseorang dapat mengukur BBI-nya termasuk golongan mana. Ia masih termasuk kurus, normal, atau gemuk. Nilai standarnya demikian.

Kurus : IMT kurang dari 18,5

Normal : 18,5 -- 22,9

Overweight (kelebihan berat badan) : 23 -- 27,5

Obesitas : IMT lebih dari 27,5

Mendapatkan Berat Badan Ideal

Tentunya jika ingin mendapatkan BBI, upaya terpenting adalah menerapkan aturan disiplin dan komitmen tinggi dalam keseharian. Hal ini baik dalam hal konsumsi alias asupan gizi, juga terhadap aktivitas yang rutin dijalankan.

1. Disiplin dalam mengatur porsi makanan harian. Konsisten dalam menjalani pola makan yang sudah diterapkan.

Makanan tentu penting bagi kesehatan tubuh. Mengonsumsi makanan sehat, bergizi serta bernutrisi tinggi dan seimbang menjadi kunci penting.

2. Disiplin dalam menerapkan gaya hidup sehat. Konsisten juga dalam menjalaninya.

Olahraga teratur dan istirahat yang cukup serta menghindari diri dari stres adalah langkah bijak untuk mempertahankan kondisi tubuh supaya tidak gampang kena sakit.

Selamat mendapatkan tubuh yang ideal. Salam sehat...

16 September 2021

Hendra Setiawan

***

*) Bacaan: HaloDoc-1, Liputan6, HelloSehat-1, HaloDoc-2, HelloSehat-2 

**) Artikel Utama sebelumnya:

Cancel Culture, Apakah Perlu dan Berguna?

Childfree, Pilihan Bebas yang Tak Bebas Nilai

Haus Tak Hilang Walaupun Sudah Minum, Waspada Dehidrasi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun