Setelah ribuan suara menggema, menghujani ruang publik dengan kritik tajam. Kaum intelektual, mahasiswa, dan aktivis, bersuara lantang menyoroti kekurangan sistem, menyuarakan aspirasi rakyat yang terpinggirkan. Pertanyaan kemudian muncul: apakah demokrasi akan baik-baik lagi?Â
Penguasa mesti dididik dengan kritik. Demokrasi bukanlah sekadar ajang berorasi dengan intrik, tetapi panggung di mana rakyat dan pemerintah tikam kaki untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bersama. Kritik mesti diikuti dengan perubahan struktur fundamental berbangsa dan bernegara.Â
Setelah kritik, apakah demokrasi akan baik-baik lagi? Pertanyaan ini menggema di benak kita semua. Namun, jawabannya terletak pada tekad dan tindakan bersama untuk mengubah paradigma politik yang sudah lapuk. Kita perlu membangun fondasi yang kokoh, yang mengedepankan tranparansi, tanpa politisasi.
Setelah kritik, kita harus bertindak. Bersama-sama, kita perlu mengubah sistem yang meminggirkan, menciptakan ruang bagi semua suara, dan mewujudkan keadilan sosial yang sejati. Demokrasi akan baik-baik lagi ketika kita semua, sebagai warga negara yang peduli, bertanggung jawab atas nasib bangsa ini.
Setelah kritik, mari kita lanjutkan perjuangan. Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih cerah, di mana demokrasi bukan hanya slogan kosong, tetapi realitas yang dirasakan oleh setiap rakyat bangsa. Karena setelah kritik, mesti diikuti dengan perbaikan, menjemput kemungkinan untuk bangkit menuju kemajuan demokrasi yang sejati.