"Siapa saudara kamu di Pelabuhan Talang Leak?"
   "Kak Damon anaknya Brahim."
   "Oh, aku tidak kenal Tin... sebab sejak lulus SMA aku langsung merantau. Apa kamu kenal dengan Pawi?"
   "Kenal Kak. Aku juga punya Wak namanya Ujang dan nama anaknya Sakut."
   "O, Sakut? Aku kenal... baiklah, nanti aku kirim nomor kamu ke orang tuaku biar beliau mencari tahu siapa saudara kamu di Pelabuhan Talang Leak." Ujar Iwan lalu ia mengakhiri pembicaraan dengan Tina kemudian kembali menelepon aku.
   "Hel, aku sudah bicara dengan Tina... ya kamu benar. Anak itu memang sedang butuh bantuan, mendengar nada bicaranya ia memang masih polos sekali... sepertinya tidak ada sedikitpun ada kebohongan diceritanya dan keluarganya yang di Talang Leak ada beberapa aku kenal dan aku sudah menelepon bapak di kampung dan ternyata bapak bilang si A itu pekerjaannya memang suka membawa anak-anak ke kota lalu menjualnya. Benar-benar biadab itu orang." Hela Iwan padaku dan aku memang membenarkan kata-kata Iwan sebab tidak ada yang setuju anak gadisnya dijual dan dipekerjakan tidak jelas. Untung saja Tina tidak dijadikan budak nafsu oleh orang-orang biadab itu.
   Setelah menerima telepon dari Iwan aku langsung menelepon Tina dan lagi-lagi anak itu menangis sementara aku hanya bisa mengatakan tidak usah menangis lagi karena cepat atau lambat kamu akan bertemu kembali dengan keluargamu. Tina hanya bisa mengatakan terima kasih yang tidak henti-hentinya padaku dan Iwan.
   Taklama kemudian di  telepon Tina masuk nomor baru dengan pesan
   'Tina, dio Sakut (Tina, ini Sakut)' provider telepon Sakut berbeda dengan provider yang Tina pakai sehingga ia buru-buru mengganti provider untuk segera bicara dengan Sakut.
   Bicara dengan Sakut membuat Tina menangis sejadi-jadinya.
   "Tina, benar ini kamu?"