Mohon tunggu...
Hassanah
Hassanah Mohon Tunggu... Freelancer - Just a sister

Si penyuka ketenangan, aroma hujan, dan suara katak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Pertama di Surga

3 Juni 2023   05:10 Diperbarui: 3 Juni 2023   05:16 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/469570698660899016/

"Iya, Bu. Tidak mengapa. Selagi masih ada tamu yang datang, insyaAllah kita layani sepenuh hati," jawab Nurul dengan lembut.

Tamu undangan yang datang ke pernikahan Faiza dan Taqy sengaja dipisah antara lelaki dan perempuan. Keduanya sepakat untuk menjalankan resepsi pernikahan secara syariat Islam. Tidak ada musik, tidak pula bercampur baur antara lelaki dan perempuan. Syukurnya, semua rangkaian acara berjalan lancar, seperti mendapat kemudahan dari Yang Maha Kuasa.

Sementara itu, Faiza yang masih malu-malu, baru dua kali bersua dengan sang suami hari ini. Sesaat setelah akad dan salat Zuhur. Mereka makan siang bersama untuk pertama kalinya. Tanpa takut dosa khalwat, tanpa resah akan bisikan setan walau keduanya masih terlihat canggung.

Masalah pun muncul saat menjelang waktu isya. Ibu Faiza meminta perias pengantin untuk memoles wajah sang putri. Dia mengatakan bahwa keluarga dari pihak suaminya sudah akan tiba sebentar lagi. Faiza hendak menurut, tetapi dia merasa tidak enak saat melihat angka yang ditunjukkan jam dinding.

"Bu, nanti aja make up lagi, ya? Sebentar lagi azan isya, Bu," pinta Faiza.

"Itu sepuluh menit lagi keluarga bapak tiri kamu datang. Masa kamu penampilannya biasa aja?! Gak bisa! Pokoknya harus tetap pakai make up!"

"Nanti setelah salat Isya, insyaAllah Faiza siap di-make up. Boleh, ya, Bu?"

"Ngawur kamu! Mana sempat! Udah, salatnya nanti saja kalau para tamu sudah pulang!"

"Bu ... Faiza mohon. Izinkan Faiza salat Isya. Faiza takut ini adalah kesempatan terakhir untuk dapat bersujud pada Allah." Kelopak mata Faiza sudah memanas. Ada genangan yang tertahan di sana.

"Kamu ngelawan ibu?!"

Faiza bingung. Di satu sisi dia ingin menuruti perkataan ibunya. Namun, di sisi lain, ada rasa takut yang mengganjal hati bila melewatkan kewajiban salat. Akhirnya, setelah meminta pendapat pada Taqy, Faiza merasa sedikit lega. Sang suami mengatakan akan membantu meluluhkan hati sang ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun