Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bukan Jokowi dan Mega Patron Kandidasi Capres 2024, Jadi Siapa?

9 Agustus 2022   18:41 Diperbarui: 9 Agustus 2022   18:47 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Kompas

"Dalam perang Anda hanya bisa terbunuh sekali, tapi dalam politik Anda bisa mati berkali-kali." - Winston Churchill

Mengulik siapa pengendali atau patron utama dalam kandidasi calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024 dan sedikit memberi gambaran analisa buat pemilih tradisional (baca: pribumi non urban).

Sepertinya publik ikut gerah menyaksikan para politikus yang lalu lalang "merasa" mampu mengatur dan masuk kandidasi Pilpres 2024.

Terbaca dalam analisa, bahwa ada gerakan terbuka dan senyap. Ternyata pemeran utama atau yang dijadikan tolak ukur pencapresan dalam Pilpres 2024 bukan Presiden Jokowi dan bukan pula Megawati Soekarnoputri.

Kedua tokoh bangsa ini diprediksi akan lemah di mata masyarakat, akibat tidak satu sikap dalam menentukan pilihan, berbeda jagoan menuju Pilpres 2024 yang tentu ahirnya goyah kebersamaan yang dirajut sekitar 13 tahun, sejak Jokowi masuk ke Jakarta. Semoga tidak berimbas pada jalannya roda pemerintahan.

Baca juga: Genderang "Perang" Jokowi Vs Megawati Ditabuh Melalui Musra Relawan Projo

Lalu bagaimana selanjutnya dan siapa yang akan menang dan siapa pula yang akan menjadi korban politik pragmatis?

Kalkulasi dari segala sudut pandang politik dan persiapan menjadi presiden pada Pilpres 2024 diantara kandidat lainnya, kelihatan adalah Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, juga sebagai Menteri Pertahanan. Akan lebih unggul, yang bisa diterima oleh segala macam cuaca.

Ada dua kandidat Capres yang elektabilitasnya buntuti Prabowo Subianto, Ganjar Paranowo dan Anies Baswedan. Tapi hanya Prabowo Subianto yang memiliki dan menguasai Partai Politik (Parpol), Partai Gerindra. [baca: 1]

Baca juga: Ayo Tebak, Kenapa Prabowo Tunda Umumkan Pasangannya?

Dasar Prabowo Subianto sebagai pengendali dan kesiapan menjadi presiden?

Publik tahu bahwa Prabowo Subianto sudah tiga kali kalah dalam Pilpres, dan tidak pernah kendor sampai sekarang dengan segala cara. 

Strategi terahir adalah bergabung dan mendukung rivalnya, Jokowi. Ini strategi luar biasa dan cerdas (Dekati musuhmu bila Anda hendak menang, Sun Tzu). Politikus sejati yang konsisten dan tidak suka loncat loncat, kelihatan matang dalam berpolitik dan penuh integritas [Baca: 2]

Lalu kenapa, penulis sebut Prabowo Subianto akan menjadi pusat kendali atau patron Pilpres 2024?

Jadi begini, sebenarnya Presiden Jokowi dan Megawati, secara tersirat sudah paham kenapa Prabowo Subianto tidak menjadi oposisi?!

Baca juga: Kenapa Megawati Ragu Jagokan Puan Maharani sebagai Bacapres 2024?

Jelas kalkulasi politiknya, bahwa ke depan pada Pilpres 2024 baik Presiden Jokowi dan terlebih Megawati "diharapkan" menyetujui konstruksi Capres-Cawapres, Prabowo-Puan.

Ini menjadi substansi utama sebab akibat adanya Keunikan Pilpres 2024, sehingga semua Parpol kalang kabut bergerilya mencari koalisi, kecuali Partai Gerindra santai menunggu satu Parpol.

Tapi sangat jelas pula bahwa Megawati maupun Presiden Jokowi berubah sikap, mungkin ada pemikiran bahwa Prabowo Subianto cukup diberi jatah menteri, itu sudah selesai. Bila demikian terlalu rendah analisanya. 

Nah, dengan perubahan sikap Megawati dan Presiden Jokowi yang dibalut dengan kesabaran dan ketaatan Prabowo Subianto terus dipertahankan.

Malah balik lebih menghormati Megawati dan menjunjung keberhasilan Jokowi sebagai presiden, semua pada terlena menghadapi Prabowo Subianto yang tegas dan kalem berstrategi cerdas dan agamis.

Baca juga: Prabowo-Puan Pasangan Paling Berpeluang di Pilpres 2024

Hal kesabaran dan strategi silaturahmi yang dilakonkan Prabowo Subianto, sehingga menjadikan dirinya sebagai - ditakdirkan - menjadi pengendali atau orang yang sangat dibutuhkan dalam membangun konstruksi pencapresan 2024.

Sampai bikin stres Megawati, juga belum bisa tentukan sikap dengan mengusung Puan Maharani dan pasangannya. Karena Presiden Jokowi juga inginkan yang berbeda dari Megawati. Disini bisa jadi dikatakan bahwa Presiden Jokowi tidak tahu diri. [Baca: 3]

Kenapa Presiden Jokowi dan Megawati bisa stres dan kalang kabut hadapi Pilpres 2024 dengan strategi taktis bersahaya Prabowo Subianto, baca terus sampai tuntas dibawah:

Baca juga: Inilah Dilematis Jokowi Vs Megawati Menuju Pilpres

Sudah sangat jelas penulis uraikan di dalam artikel sebelumnya, baca di "Kenapa Megawati Ragu Jagokan Puan Maharani sebagai Bacapres 2024?"

Megawati sudah sangat jelas ingin jagokan putrinya, Puan Maharani. Tapi terganjal pada dirinya sendiri. Tidak tahu disini apa yang terjadi internal pada dua wanita tangguh, siapa yang ngotot memilih antara kosong satu dan dua?

Megawati jelas punya analisa sendiri bahwa tidak ada elit yang mau menerima Ketua DPR RI itu sebagai calon presiden (Capres), kecuali calon wakil presiden (Cawapres). 

Kalau Puan Maharani sebagai Cawapres, ya tentu Prabowo Subianto yang dipilih Megawati sebagai Capresnya, Prabowo-Puan, selesai persoalan. Lalu Ganjar Pranowo kemana? Ini yang buat menarik pencapresan kali ini menuju 2024.

"Satu pesan strategi Sun Tzu yang penulis ingin sampaikan kepada seluruh stakeholder dalam kandidasi pencapresan adalah "KENALI DIRIMU dan KENALI MUSUHMU, SERIBU PEPERANGAN dan SERIBU KEMENANGAN" agar semuanya berpikir sehat dalam menata strateginya, demi ketenangan pada rakyat. Rakyat butuh ketenangan." Asrul Hoesein.

Baca juga: Puan Maharani Capres, PDIP Potensi Kalah Pilpres 2024

Megawati dan Jokowi saling mengharap "dimengerti" dan ini susah sekali terjadi, bila lupa sejarah

Megawati sesungguhnya harapkan didukung oleh Presiden Jokowi untuk mendorong Puan Maharani sebagai Capres, ini bagi Megawati kesempatan terahir kekuasaannya di PDI-P. 

Karena jelas terbaca target politik Megawati, akan menyerahkan dengan mudah tampuk kepemimpinan sebagai Ketua Umum PDI-P kepada putri mahkota, bila Puan Maharani memegang pucuk pimpinan di Negeri +62, Indonesia. Entah Presiden atau Wakil Presiden.

Tapi sangat berat, ada Ganjar Pranowo sudah memberi signal dan bersosialisasi "Ganjar Menuju Presiden 2024", sejak dua tahun lalu sudah bergerak relawannya di berbagai kota di Indonesia. Ingat, pernah ada kalimat "silakan keluar partai" dari pidato Megawati, pemaknaan sindirannya kesitu yang tertuju pada Ganjar Pranowo dan Presiden Jokowi.

Begitupun sebaliknya Presiden Jokowi mengharap Megawati untuk urungkan niatnya menjagokan Puan Maharani, untuk balik mendukung Ganjar Pranowo. Disini tarik menarik antara Megawati dan Presiden Jokowi. Nah, dari pintu ini, masuk lawan politik Megawati dan Jokowi yang mungkin tidak disadari.

Karena Megawati dan Presiden Jokowi tidak sepakat, tentunya masing-masing pilih jalan. Prabowo Subianto yang merasa ikut berjasa tentunya, kepada dua elit bangsa ini, pilih jalan melingkar. [Baca: 4]

Baca juga: Relawan Jokowi Bukan Urus Capres, tapi Evaluasi Program Nawacita

Karena Presiden Jokowi tidak punya partai politik (parpol), maka harus bermanuver melalui kekuatan sendiri, menggerakkan relawannya, kekuatan Presiden Jokowi tentu masih ada pada relawan.

Disamping memang tetap dipelihara, juga karena pengaruh berkuasa sebagai presiden. Tentu dengan mudah relawan relawan yang masih ada bisa digerakkan, walau umumnya relawan juga tidak sesolid dulu. Karena sama saja, elit elit relawan saja yang menikmati kejayaan. [Baca: 5]

Presiden Jokowi melalui relawan, rencana melakukan temu akbar yang dikemas dalam acara Musyawarah Rakyat (Musra) secara simultan di seluruh Indonesia, dimulai dari Solo, 27 Agustus 2022 sampai bulan Maret 2023. [baca: 6]

Jelas, atas adanya rencana gabungan relawan Jokowi adakan Musra itu dengan "alasan" agenda utamanya, Presiden Jokowi ingin mendengar dan menerima masukan dari relawannya siapa saja Capres-Cawapres versi relawan. 

Sebenarnya Musra Indonesia ini sangat tidak relevan, membocorkan targetnya sendiri. Koq bisa-bisanya Presiden Jokowi meloloskan substansi acara "Mendengar Usulan Capres-Cawapres dari Relawan".

Karena publik sudah menangkap strategi ini, apalagi kompetitornya. Strategi konyol dan terburuk dari sejarah politik - kerja relawan - di Indonesia. perlu Presiden Jokowi kembali pikirkan untuk mengganti temanya menjadi Evaluasi Program Janji Nawacita Satu dan Dua (8 tahun). 

Tapi lebih baik batalkan acara Musra Indonesia itu, menghabiskan biaya saja. Lebih baik duitnya bantu masyarakat urus sampah dan pupuk. Itu masih terbengkalai semua, pada sisa jabatan Presiden Jokowi.

Karena masih banyak program yang stag, baik di masyarakat maupun yang ada di Kementerian dan Lembaga. Itu akan menjadi bumerang atau preseden buruk bagi Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.

Menurut penulis, bahwa Musra Indonesia ini merupakan manuver yang akan - lebih - bunuh diri bagi Ganjar Pranowo dan terlebih akan semakin retak hubungan Megawati dengan Presiden Jokowi. [Baca: 7]

Baca juga: Injury Time: Prabowo Subianto Berjuang Sendiri

Dipastikan dengan Musra Indonesia itu, Megawati pasti marah besar pada Presiden Jokowi. Walau panpel Musra Indonesia telah menegaskan bahwa usulan relawan kepada Presiden Jokowi tidak akan di publis, akal-akalan saja. Jadi relawan Jokowi itu wakili siapa?. Hehe, yang benar saja Bro/Sis. [baca: 8]

Justru karena tidak di publis, maka arahnya sudah pasti bahwa strategi Musra Indonesia, bermakna atau tujuannya ada dua arah: sebagai pesan singkat ke Megawati dan persiapan Presiden Jokowi angkat kali dari PDI-P, itu akibatnya sampai usulan relawan atas Capres-Cawapres tidak di publis [Baca: 9]

Presiden Jokowi selanjutnya untuk fokus kawal Ganjar Pranowo pada parpol lain. Paling Ganjar Pranowo diendorse ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), tapi begitu rendahnya para ketua umum di KIB (Partai Golkar, PPP dan PAN) kalau mau menjadi Cawapres atau jatah Ketua DPR RI? 

Kalaupun Presiden Jokowi ke Prabowo Subianto, ya tentu Ganjar Pranowo pada posisi Cawapres, Prabowo-Ganjar. Catatan ini perlu menjadi perhatian serius, karena Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga sementara asyik ngupi dengan Prabowo Subianto. 

Kalau formasi tersebut menjadikan Megawati dan Presiden Jokowi retak, hanya satu harapan masyarakat, selesaikan Janji Jokowi dalam Nawacita, jangan sampai sisa jabatan Presiden Jokowi hanya sibuk urus Pilpres 2024, pasti juga rakyat tidak simpati pada kandidat jagoan Presiden Jokowi, bila lalai memenuhi Janji Jokowi-Ma'ruf. [Baca: 10]

Baca juga: Menakar 3 Bacapres Partai NasDem, Siapa Korban?

Alternatif, Presiden Jokowi ke Partai NasDem, susah juga karena ada Anies Baswedan disana, yang dikawal oleh Jusuf Kalla (JK), dimana JK juga ikut mendesain konstruksi kandidasi Capres-Cawapres 2024.

Sudah kelihatan saat ditempatkannya Ganjar Pranowo melalui hasil Rakernas Partai NasDem (17/6) di posisi tiga kandidat Capres yang disetujui (baca: strategi menatap musuh dari seberang sungai, Sun Tzu) oleh Surya Paloh, Founder dan Ketum Partai NasDem.

Ternyata berat juga langkah Presiden Jokowi bila ingin memaksa Ganjar Pranowo menjadi Capres 2024, kecuali Cawapres mungkin bisa saja ke Prabowo Subianto atau KIB. [Baca: 11]

Jadi formasi dan konstruksi Pilpres 2024, dengan dasar fenomena tersebut diatas. Maka Prabowo Subianto akan menjadi patron atau pengendali utama dalam kandidasi Pilpres 2024.

Mungkin Tuhan Ymk sudah menakdirkan Prabowo Subianto menjadi Presiden RI ke-8 di usia tua, sebagaimana ramalan KH. Abdurahman Wahid atau Gus Dur, Presiden Indonesia ke-4, bahwa Prabowo Subianto akan menjadi presiden di masa tuanya.

Bagaiman pendapat Anda?

Jakarta, 9 Agustus 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun