Mohon tunggu...
Harry Cahya
Harry Cahya Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan, Trainer dan Motivator SDM

Harry Cahya, Konasultan, trainer dan Motivator SDM, tinggal di Yogyakarta. Penulis Buku. Quantum Asset Pendiri dan Kepala Laboratorium Edukasi Dasar Pancasila ( sampai sekarang ) Pendiri dan pembina Yayasan Moroji Dwija Nareswara Pendiri Kampung Pancasila Gowongan Kota Yogyakarta (2011) Presenter (Host) Dialog Kebangsaan Pro. 1 RRI Yogyakarta ( 2013-2020) Anggota Dewan Pakar Vox Point Indonesia, DPD DIY Ketua Umum Perkumpulan Pekarya Layang-Layang Indonesia ( 2012-2020)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Merdeka Grit Grow Great Menemani Dialektika Mas Nadiem Makarim

9 Agustus 2020   13:59 Diperbarui: 9 Agustus 2020   14:28 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agar memiliki modal dasar bahagia maka kita  perlu mengafirmasi diri  mencintai Indonesia. Untuk mencintai sesuatu kalian perlu mengenal lebih dalam, letakkan ruang siap pengenalan itu sebagai memori baru dalam sebuah folder baru yang Anda buat secara sengaja dalam diri. 

Dalam diri adik-adik SD apalagi TK dan usia dini, lebih memungkinkan karena jumlah folder mereka masih sedikit.  Seperti apa cara kita melihat Indonesia itulah yang akan kita kenalkan kepada anak-anak kita di usia dini dan dasar, dengan bahasa dan cara khas mereka bermain.

Sesaat setelah saya menyampaikan pengantar, selanjutnya  Piranti Peta Indonesia Interaktif saya buka.  Sebuah lembaran Peta Indonesia berukuran 60 X 80 Cm, Ukuran ini dirancang  agar sekali pandang dalam jarak 2 meter  terbentanglah visual  Indonesia dalam  satu kesatuan utuh.  

Ada pulau-pulau yang tersusun khas, laut yang menandai sumber daya alam maritim. Wajah-wajah  para Pahlawan Nasional tersusun di atas posisi pulau. Garuda Pancasila di sisi kiri atas, Bendera Merah Puti, dan sederet kotak menu keindahan pelangi Kebhinnekaan Nusantara. Visualisasi dasar tentang Indonesia seketika terbayangkan dan perlahan bersemayam dalam memori diri.

Barangkali yang memiliki kecenderungan respon auditory merasa iri atas kemewahan yang diberikan kepada anak-anak visual. Maka mulailah saya mengambil PENA, pemindai PETA, Dengan pena tersebut mulailah suara (audio) keluar dengan intro lagu Indonesia Raya, saat tombol on-off kita pencet. 

Mata para mahasiswa di depanku semakin terbelalak memandang. Setiap Pena menyentuh papan peta keluarlah suara (audio) beiri narasi, nyanyian, logat daerah dan informasi apapun tentang Indonesia berdasar kriteria dan daerah masing-masing. Pena cerdas itu mengantar penjelajahan ke  seluruh isi kandungan kekayaan Indonesia.

Piranti pengajaran ini dirancang untuk bebas (tanpa) pulsa data,  dan bebas jaringan internet. Bahkan bebas aliran listrik, sejauh battery masih terisi, hingga 300 jam non stop. Tangan anak-anak kita akan bergairah memegang pena dan memindai rahasia di balik Peta Indonesia. Bagaimana mungkin anak-anak tidak bersyukur, dan kita bersekesempatan untuk mereset (menata ulang) memori kita tentang Indonesia.

Sampailah pada bagian akhir paparan, di  sesi pagi bersama para mahasiswa ISI Jogja. Selanjutnya saya memberikan Pena pemindai kepada mereka. Lalu saya tunjukkan mereka di bagian  sisi kanan bawah domain  GAME  ( permainan/ketangkasan) . Game ini pada awalnya dirancang untuk anak-anak di SD.  Ternyata para mahasiswapun harus serius mengeluarkan kemampuan dan ketika rasa penasaran muncul,  maka tujuan  Game itu tercapai.

Kita memerlukan Game, untuk mengativasi menu "champion passion". Game menantang kesetiaan kita untuk berkomitmen tidak mudah menyerah. Ada hasrat kompetisi dalam arti positif.  Maka setiap orang tua siapapun dan di manapun di dunia mengehendaki anak-anaknya menjadi juara.

Pada siang hari saya bersama sahabat Ir. Lestanta Budiman M.Hum , dosen dan Ketua Pusat Studi Pancasila UPN Veteran Yogyakarta, serta seorang mahasiswanya Afik dari fakultas Pertanian , memasuki dusun Sumbertetes Patuk Gunung Kidul. Di sana telah menunggu para Ibu Guru PAUD, yang tergabung dalam HIMPAUDI Kecamatan Pathuk. 

Tak kurang 50 orang telah dengan rapih duduk sesuai protokol kesehatan. Ibu Guru Riswanti selaku ketua HIMPAUDI kecamatan Pathuk, menyambut kami. Tak lama kemudian kami membuka pertemuan dengan didahului menyanyikan Indonesia Raya, diteruskan dengan Mars HIMPAUDI. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun