Pengantar abstraksi sampai di situ, saya kemudian mulai masuk ke inti paparan yaitu Peta Indonesia Interaktif. Prosesnya sama dengan sesi pagi bersama mahasiswa. Namun reaksi para ibu-ibu guru PAUD, lebih seru, lebih gegap gempita. Akhirnya ketua HIMPAUDI kecamatan Pathuk, ibu Rswanti mengungkapkan, inilah alat /piranti yang kami angankan.Â
Inilah piranti yang mampu menjawab 6 azas kebutuhan pendidikan PAUD. Mata ibu Ketua Riswanti dan beberapa aktifis guru Paud mulai berkaca-kaca, nada emosi dalam mulai mengiramakan kesaksian.Â
Kami bertiga terular suasana dalam. Tidak cukup dengan kata heran bagi kami untuk memberi testimony dedikasi para ibu guru Paud. Rerata mereka sudah mengabdi selama sedikitnya 5 tahun. Sedangkan ketua sudah 15 tahun. Mereka tidak berhenti tekun, kekuatan tekun ada ketika mereka melupakan gaji, melupakan honorarium.Â
Mereka telah keluar dari kesesakan mansiawi. Cinta mereka kepada anak-anak PAUD, telah melampaui kepedihan,  ketragisan akan nominal  honorarium yang mereka terima, sebagai Guru honorer. Â
Matematika honorarium yang hanya 250-500 ribu per bulan, nir tunjangan apapun telah dikalahkan oleh energi cinta tulus. Saya sama sekali tak melihat wajah wajah sesal. Postur badan mereka sehat semua. Tegar berdiri dengan senyum dan uniform HIMPAUDI yang membanggakan, dengan ber make up wajar di wajahnya.
Seiring kami tertegun melihat testimony para ibu guru, saya mengijinkan beberapa ibu mencoba Pena Interaktif untuk bermain Game. Tidak butuh waktu lama untuk sampai pada level emosi penasaran atas game. Tak satu pun sejak pagi baik mahasiswa maupun Guru Paud yang berhasil memenangkan game by Clean Sheets. Sekali lagi tujuan inovator pencipta game peta interaktif sukses memicu membangunkan passion juara maupun Struggle of Life.
Jelang senja usai,  kamipun meluncur pulang ke kota Jogja. Sepanjang perjalanan ke Jogka kami bertiga masih bercerita testimony jujur para guru Paud bagai pahlawan pandemi. Mereka  hidup jauh dari hingar bingar hiperrealita. Mereka telah melampaui keprihatinan diri  dan  dengan situasi itu  mereka justru meneguhkan jatidiri dan peran mereka untuk Indonesia. Mereka telah melakukan PENDIDIKAN MERDEKA, kepada diri mereka dan kepada anak-anak PAUD asuhannya.
Tiba di rumah usai mandi saya bergegas menyiapkan diri mengikuti kuliah lewat ISKA youtube channel. Sahabatku Dr. Fidel Diponegoro mengundang untuk mengikuti PJJ para orang tua, dengan topik Habitus Baru di Arena Pandemi. Saya bersyukur dapat mengikuti  paparan  Prof. Yudho Giri Sucahyo, Ph.D. Pakar IT, Dosen UI, Ketua PANDI  , dan Pastor Dr. Haryatmoko, SJ, untuk melengkapi pembelajaran sehari. Inspirasi Prof Yudho menambah energy terbaru dalam diri.
Adalah GRIT, salah satu penekanan paparan Romo Moko yang akhirnya nyambung dengan pengalaman saya dari pagi hingga petang. Saya lupa apa yang dideskripsikan menurut pastor Hariyatmoko. Namun satu hal yang saya catat. GRIT memiliki 3 unsur yaitu : 1. Ulet dan Pekerja Keras, 2. Tahu apa yang dikendaki dan 3. Memahami benar arah yang dituju. Â Kita perlu membangunkan GRIT dalam diri. Mereka yang sukses bahkan para negarawan sukses, karena level GRIT nya tinggi. Mereka membangun level GRIT dengan Game (permainan). Seorang gamer berkesempatan untuk memiliki GRIT, yang tinggi.
Untuk pertama kali istilah GRIT dimunculkan oleh  William James, seorang Psikolog Amerika pada 1907.  Selanjutnya penulis terkenal Margaret M. Perlis mengatakan : "GRIT is powerful motivation to ACHIEVE Respective Objective. Many kids now, doesn't have GRIT. Doesn't have Perseverance and Passion for long term goal."
Game dalam berbagai permainan memicu orang untuk struggle, memiliki ketekunan untuk meraih apa yang diingnkan. Dan hari ini di saat kita menghadapi situasi sulit pandemi, maka kita berkesempatan menumbuhkan keuletan kita. Kita berkesempatan menumbuhkan  gairah untuk melintasi, situasi tersulit sebagai bagian cara menumbuhkan GRIT  menjadi besar. GRIT Grow Great. Jangan pernah menyerah untuk apa yang kita yakini dan inginkan.