Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kenapa Banyak Anak Muda Memilih Menunda Menikah? Ini Bukan Soal Takut, Tapi Soal Realitas

27 Juli 2025   08:00 Diperbarui: 27 Juli 2025   07:48 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok. Unsplash/Pablo Heimplatz via KOMPAS.com)

Kemandirian finansial memang jadi kata kunci bagi banyak anak muda sekarang. Mereka ingin menikah dalam kondisi siap: bisa bayar sewa rumah sendiri, bisa liburan walau setahun sekali, dan tentu saja---bisa beli susu anak tanpa pakai promo Paylater.

Apalagi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, biaya hidup bisa bikin dompet menangis. Harga sewa kos makin naik, kebutuhan pokok makin mahal, dan harga nasi goreng langganan pun sudah naik seribu. Dengan kondisi seperti ini, masuk akal jika banyak yang merasa belum siap memulai hidup berdua.

Karier, Pendidikan, dan Ambisi yang Menunggu Giliran

Bagi Desy (23), pekerja paruh waktu, menikah sekarang rasanya seperti membeli rumah dengan gaji magang---mungkin bisa, tapi risikonya besar. "Aku masih bangun karier. Gajiku belum cukup untuk dua orang, apalagi punya anak," katanya jujur.

Generasi muda kini tidak lagi menjadikan pernikahan sebagai satu-satunya puncak pencapaian. Banyak yang ingin lebih dulu mencapai stabilitas dalam karier, menyelesaikan pendidikan lanjutan, atau bahkan traveling keliling Asia Tenggara sebelum mengurus KUA.

Dan itu sah-sah saja.

Pilihan ini bukan bentuk ketakutan, apalagi penolakan terhadap pernikahan. Ini adalah bentuk tanggung jawab---terhadap diri sendiri dan pasangan. Karena menikah dalam keadaan belum siap, hanya demi memenuhi tuntutan sosial, bisa lebih menyakitkan daripada menunda dengan alasan yang jelas.

Tekanan Sosial Masih Kuat, Tapi Kesadaran Diri Lebih Kuat

Meski tren menunda menikah makin umum, tekanan sosial belum sepenuhnya hilang. Keluarga, tetangga, bahkan teman-teman kadang masih melempar komentar "kapan nyusul?" atau "jangan pilih-pilih, nanti keburu tua."

Namun generasi sekarang punya bekal: kesadaran diri yang lebih tinggi. Mereka mulai berani bilang "belum siap" tanpa merasa malu. Mereka tahu bahwa menikah bukan perlombaan. Ini tentang kesiapan lahir batin, bukan sekadar usia atau status sosial.

Dan menariknya, banyak dari mereka justru merasa lega. Tidak menikah bukan berarti gagal. Justru dengan memberi ruang untuk mempersiapkan diri, mereka bisa membangun rumah tangga yang lebih sehat dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun