Bukan Soal Sepi Pembeli, Tapi Soal Prinsip
Refleksi Elegan dari Komitmen Ashanty terhadap Kualitas dan Tanggung Jawab Usaha
"Saya percaya, konsistensi kualitas adalah bentuk tanggung jawab."
Oleh Karnita
Pendahuluan
Gerimis turun pelan membasahi halaman toko Lu'miere di Radio Dalam. Pada Kamis, 31 Juli 2025, suasana haru menyelimuti konferensi pers Ashanty. Judul berita Kompas.com menuliskannya dengan tajam: "Ashanty Tutup Toko Kue Lu'miere Bukan karena Sepi Pembeli, tapi..."
Ashanty menyampaikan keputusan penting dengan mata berkaca. Ia menutup seluruh outlet Lu'miere setelah enam tahun beroperasi. Alasannya bukan karena penurunan omzet, tapi karena komitmen terhadap kualitas.
Penulis tertarik karena jarang ada pelaku usaha yang berani jujur dan elegan seperti itu. Di tengah narasi tentang untung dan ekspansi, Ashanty justru menekankan soal mutu dan prinsip. Ini penting dibahas karena menyentuh nilai integritas dalam dunia usaha masa kini.
1. Keteguhan pada Mutu, Bukan Sekadar Dagang
Ashanty menegaskan bahwa kualitas produk adalah alasan utama di balik penutupan Lu'miere. Ia menyebut bahwa tidak ada titik temu dalam menjaga konsistensi mutu antar cabang. Bagi Ashanty, kualitas bukan sekadar standar, melainkan fondasi utama.
Dalam industri makanan, konsistensi adalah kunci. Pelanggan tidak hanya membeli rasa, tetapi juga kepercayaan. Jika kepercayaan itu luntur, maka reputasi ikut rapuh.
Sikap idealis Ashanty patut diapresiasi, terlebih di tengah banyaknya pelaku usaha yang kompromi terhadap kualitas demi margin. Keputusan ini adalah bentuk tanggung jawab moral. Ia memilih menutup usaha daripada terus menjual sesuatu yang tidak sesuai standarnya.
Refleksinya jelas: berbisnis bukan hanya soal untung, tapi soal integritas. Konsumen Indonesia patut mendukung pelaku usaha seperti ini. Sikap seperti ini layak dijadikan teladan oleh UMKM dan pelaku industri kreatif lainnya.