"Apa benar mimpi besar bisa dimulai dari dapur kecil di rumah kontrakan?"
Aku pun menjawab: bisa, asal bukan hanya kompor yang menyala---tapi semangat juga tak pernah padam.
Ketika pandemi memaksa banyak orang bekerja dari rumah, banyak hal berubah. Rumah tak lagi sekadar tempat tinggal, tapi menjelma menjadi kantor, studio, bahkan warung daring. Dan dari semua ruang yang ada, dapur---ruang paling sederhana di rumah---justru sering jadi titik awal sebuah usaha rumahan.
Ya, banyak bisnis besar dimulai dari tempat yang kecil. Dari dapur 2x2 meter, seorang ibu bisa memasak ratusan kue kering untuk dijual. Dari sudut meja makan, seorang anak muda bisa membuka jasa desain stiker atau label produk. Di tengah keterbatasan, kreativitas justru menemukan jalannya.
Rumah: Kantor Pusat Penuh Makna
Tidak semua orang mampu menyewa ruko. Tapi hampir semua orang punya rumah, atau setidaknya ruang kecil yang bisa dimanfaatkan. Itulah mengapa tren bisnis rumahan semakin menjamur. Dengan modal internet, satu smartphone, dan niat yang serius, siapa pun kini bisa menjadi juragan dari rumah sendiri.
Pekerjaan rumah tangga dan aktivitas usaha kini sering tumpang tindih. Seorang ibu bisa menyuapi anak sambil menjawab chat pelanggan. Seorang suami bisa packing pesanan sambil menyetrika baju kerja. Inilah realitas wirausaha rumahan: multitasking, serba cepat, dan penuh adaptasi.
Modal Tak Selalu Uang, Kadang Hanya Butuh Kemauan
Kita sering terjebak pada anggapan bahwa memulai bisnis butuh modal besar. Padahal, yang lebih penting adalah keterampilan dan keberanian untuk memulai. Banyak usaha dimulai dari kemampuan memasak, menjahit, mendesain, atau bahkan sekadar kemampuan berbicara dengan menarik di depan kamera.
Contohnya, seorang ibu rumah tangga yang jago membuat sambal khas keluarganya, bisa mulai menjualnya dalam botol-botol kecil via Instagram. Seorang mahasiswa yang suka menggambar bisa membuka jasa ilustrasi produk UMKM. Semua bisa dimulai dari rumah sendiri, dari apa yang sudah dimiliki.