Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cicilan Rumah 25 Tahun: Solusi atau Ilusi?

11 Juli 2025   07:05 Diperbarui: 11 Juli 2025   07:00 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cicilan 25 tahun tak selalu berarti kepastian---kadang justru memunculkan keraguan baru./Ilustrasi: Gambar ini dihasilkan dengan bantuan AI (11/7/2025)

Rumah subsidi makin gencar dipromosikan. Tapi, jika cicilannya seumur kerja dan dompet tetap tipis, benarkah ini jalan keluar?

Bayangkan kamu baru lulus kuliah, dapat kerja dengan gaji UMR. Lalu kamu ditawari rumah subsidi: uang muka ringan, tenor sampai 25 tahun, bunga rendah. Brosurnya menjanjikan: "Kini Semua Bisa Punya Rumah!"

Kamu tergoda. Tapi ketika dihitung: gaji terpotong cicilan, belum biaya makan, transportasi, pulsa, dan ngopi sesekali agar waras. Akhirnya kamu tanya dalam hati:

Ini rumah atau kutukan finansial jangka panjang?

KPR Panjang, Antara Peluang dan Perangkap

Program rumah subsidi memang tampak inklusif. Berdasarkan data Kementerian PUPR, target pembangunan 1,8 juta unit rumah pada 2025 menitikberatkan pada MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah). Tenor 20--25 tahun dan DP rendah dianggap solusi.

Tapi banyak calon pembeli muda akhirnya ragu, takut, atau batal. Kenapa?

Beberapa fakta lapangan:

  • Gaji tidak naik secepat inflasi biaya hidup
  • Biaya rumah tetap tinggi, bahkan untuk tipe subsidi
  • Akses perbankan masih rumit bagi pekerja informal
  • Biaya tersembunyi: BPHTB, cicilan awal, notaris, dll

KPR 25 tahun bisa jadi jalan keluar, tapi bisa juga jalan masuk ke jebakan keuangan jangka panjang.

Rumah sebagai Status atau Kebutuhan?

Di tengah budaya "harus punya rumah sendiri", banyak orang merasa gagal jika belum punya properti. Tapi mari kita tanya ulang:

Apakah setiap orang harus punya rumah milik pribadi? Ataukah bisa juga punya hunian layak meski sewa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun