Namun banyak milenial kini merasa terjepit. Gaji naik pelan, harga rumah naik cepat. Biaya hidup tinggi, tabungan tipis. Ditambah gaya hidup "fear of missing out", uang lebih sering menguap ke kopi, gawai, dan liburan.
Di sinilah kita perlu membangun kesadaran finansial kolektif. Rumah bukan impian mustahil. Ia bisa dicapai dengan perencanaan matang, pengorbanan kecil, dan keputusan cerdas. Menunda keinginan demi kebutuhan jangka panjang adalah bentuk kedewasaan.
Penutup: Waktu Terbaik Adalah Sekarang
Pasar properti, seperti kehidupan, penuh siklus. Kadang naik, kadang turun. Tapi satu hal pasti: harga rumah jarang sekali turun drastis. Maka, semakin lama menunggu, semakin mahal biaya masuknya.
Tenor panjang bukanlah musuh. Ia adalah jembatan menuju rumah impian, asal dilalui dengan hati-hati dan strategi.
Jadi, jika kamu sudah punya penghasilan tetap, tabungan untuk DP, dan niat yang mantap---jangan tunda lagi. Karena dalam urusan rumah, menunda bisa berarti kehilangan. Sementara cicilan panjang, kalau disikapi bijak, justru bisa menjadi kawan yang membantu, bukan beban yang menakutkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI