Ketika rumah jadi sekadar tempat tidur dan bukan ruang hidup yang layak, kita sedang bermain-main dengan definisi "sejahtera."
Perkotaan: Solusi Akses atau Perangkap Baru?
Pembangunan rumah subsidi di perkotaan tampaknya menjawab masalah klasik: akses pekerjaan dan transportasi. Ini patut diapresiasi.Â
Daripada memaksa masyarakat tinggal di pinggiran yang jauh dari sumber ekonomi, mending diberi opsi tinggal di kota.
Namun di balik solusi ini, terselip potensi jebakan. Rumah supermini bisa menambah kepadatan, memperparah kemacetan, dan menambah beban infrastruktur kota.Â
Tanpa perencanaan matang, kita justru menciptakan kantong-kantong kemiskinan baru yang terselubung rapi di balik label "subsidi."
Layak Huni: Sekadar Tempat Berteduh atau Ruang Berkembang?
Perumahan bukan sekadar atap dan tembok. Ia adalah ruang tumbuh, tempat anak belajar, keluarga berkumpul, dan manusia bermimpi.Â
Kalau rumah terlalu kecil untuk meletakkan buku, bagaimana anak bisa tumbuh dengan literasi?Â
Kalau tidak ada ruang duduk, bagaimana bisa ada ruang berdialog antarkeluarga?
Kita tidak sedang bicara soal mewah---kita bicara soal martabat. Dan martabat manusia tidak seharusnya dikompromikan hanya demi kejar target angka pembangunan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!