Industrialisasi: membangun sektor manufaktur yang kuat dan menyerap tenaga kerja.
Kedaulatan data: menjawab tantangan ekonomi digital.
Rekayasa keuangan: menciptakan sistem pembiayaan nasional yang kreatif dan mandiri.
Targetnya cukup berani: menurunkan kemiskinan menjadi 6% pada 2026, dan 4,5--5% pada 2029, serta menghapus kemiskinan ekstrem di 2026. Untuk mewujudkannya, pemerintah mengembangkan sembilan sektor industri berbasis koperasi, dengan fokus awal pada sektor pangan dan perumahan. Dua program andalan pun diluncurkan: Makan Bergizi Gratis (MBG) dan pembangunan 3 juta rumah per tahun. Diharapkan, program ini tak hanya mengurangi kemiskinan, tapi juga menciptakan jutaan lapangan kerja.
Namun, jalan menuju keberhasilan tidak mudah. Indonesia masih menghadapi tantangan serius seperti deindustrialisasi sejak 2005, keterbatasan daya saing produk lokal, dan rendahnya keterampilan tenaga kerja. Selain itu, proyek ambisius ini membutuhkan investasi besar dan kerja sama erat antara pemerintah, swasta, dan koperasi.
Kesimpulannya, strategi Prabowo yang memadukan pemikiran Soekarno-Soemitro adalah langkah visioner. Tapi keberhasilannya tergantung pada kemampuan mengatasi hambatan lama: dari struktur ekonomi yang timpang, hingga keterbatasan SDM dan ekosistem industri yang belum matang. Bila strategi ini berhasil, Indonesia bukan hanya keluar dari jerat kemiskinan---tapi juga naik kelas sebagai kekuatan ekonomi baru di abad 21.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI