"Berinvestasi itu bukan soal siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling mengenal dirinya sendiri."
Begitulah kira-kira semangat yang dibawa Benjamin Graham dalam buku legendarisnya, The Intelligent Investor.Â
Dalam buku tersebut, Graham membagi investor ke dalam dua tipe besar: investor defensif dan investor agresif.
Kedua tipe ini punya pendekatan yang berbeda terhadap risiko dan keuntungan.Â
Nah, sebelum buru-buru menaruh uang di saham, kripto, atau tanah di Mars (jangan dulu!), ada baiknya kamu mengenali dulu tipe investor yang cocok dengan kepribadian dan kemampuanmu.
Investor Defensif: Main Aman, Nyaman, dan Anteng
Kalau kamu tipe orang yang lebih suka stabilitas daripada sensasi, maka kamu mungkin termasuk investor defensif.
Tipe ini tidak terlalu suka risiko, tidak punya banyak waktu (atau minat) untuk mengulik laporan keuangan perusahaan, dan lebih senang investasi yang low maintenance.
Biasanya, mereka memilih:
Obligasi pemerintah atau korporat yang stabil
Saham blue-chip, yaitu saham perusahaan besar, mapan, dan tahan banting
Reksa dana indeks, yang menyebar investasi secara otomatis untuk mengurangi risiko
Target keuntungannya memang tidak terlalu tinggi, tapi ya itu tadi: tidak bikin jantung deg-degan tiap pagi lihat harga saham.Â
Cocok untuk kamu yang ingin investasi jangka panjang dengan tidur nyenyak tiap malam.
Investor Agresif: Siap Untung Besar, Siap Juga Dihantam Badai
Sebaliknya, kalau kamu senang tantangan, punya waktu untuk riset, dan nggak gampang panik saat harga turun, mungkin kamu lebih cocok jadi investor agresif.
Mereka ini biasanya:
Aktif mencari peluang di saham-saham yang sedang naik daun
Berani masuk ke sektor-sektor yang belum jelas masa depannya tapi menjanjikan (contoh: startup teknologi)
Kadang juga mencoba instrumen berisiko seperti opsi, futures, atau bahkan kripto
Tentu saja, strategi ini bisa memberikan return yang jauh lebih tinggi. Tapi seperti kata pepatah investasi: "High risk, high return."Â
Kalau salah langkah, potensi rugi pun besar. Itu sebabnya investor agresif harus benar-benar paham apa yang mereka lakukan.
Risiko dan Return: Pilih Sesuai Kapasitas, Bukan Ego
Satu hal penting yang ditekankan Graham dalam bukunya: jangan serakah, tapi juga jangan asal takut.
Banyak orang ingin return besar, tapi tidak siap mental saat pasar jatuh. Akibatnya? Panik jual rugi. Dan itu bukan investasi, itu berjudi sambil ketakutan.
Intinya begini:
Kalau kamu tidak sanggup kehilangan uang dalam jangka pendek, maka carilah instrumen yang risikonya rendah
Tapi kalau kamu sudah paham analisis, siap secara mental, dan tahu kapan harus keluar, barulah masuk ke investasi dengan potensi return lebih tinggi
Jangan sampai keinginan untuk "ikut-ikutan cuan" bikin kamu masuk ke zona yang sebenarnya tidak kamu pahami dan tidak kamu kuasai.
Tidak Ada Strategi Investasi yang Cocok untuk Semua Orang
Ini poin yang sering dilupakan.
Seringkali kita melihat influencer atau teman di media sosial yang berhasil untung besar dari saham tertentu, lalu kita buru-buru ikut. Padahal, profil risiko kita belum tentu sama.
Graham mengingatkan bahwa strategi investasi yang baik adalah yang:
Sesuai dengan kemampuan analisis dan emosional kita
Bisa dijalankan secara konsisten, tanpa mengganggu kehidupan sehari-hari
Tidak membuat kita gelisah atau stres terus-menerus
Dalam dunia investasi, mengenal diri sendiri adalah langkah awal yang jauh lebih penting daripada mengenal saham mana yang "lagi hot."
Kesimpulan: Jadilah Investor yang Sadar Diri
Apakah kamu seorang investor defensif yang lebih suka stabilitas, atau investor agresif yang haus tantangan? Dua-duanya sah dan punya kelebihan masing-masing.
Yang salah adalah memakai strategi yang tidak sesuai dengan dirimu sendiri, hanya karena FOMO (Fear of Missing Out) atau ikut-ikutan tren.
Ingat: uang yang kamu investasikan bukan sekadar angka, tapi hasil kerja keras dan masa depanmu. Maka, berhati-hatilah dan pilih strategi yang bukan paling keren, tapi paling cocok.
Karena dalam dunia investasi, kesuksesan bukan tentang siapa yang paling nekat, tapi siapa yang paling disiplin dan sadar diri.
Sumber: Buku The Intelligent Investor Karya Benjamin GrahamÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI