Dalam dunia sepak bola, keberanian dan keyakinan sering menjadi pembeda antara tim yang sekadar ikut bertanding dan mereka yang mampu mencetak sejarah. Di tengah atmosfer panas Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Timnas Indonesia menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar peserta---mereka adalah penantang serius, bahkan untuk tim sekaliber Jepang. Salah satu suara paling vokal menyuarakan semangat tersebut datang dari Egy Maulana Vikri, pemain kreatif yang kini memperkuat Dewa United. Ia menegaskan bahwa skuad Garuda siap bertarung habis-habisan dalam laga penutup putaran ketiga melawan Jepang.
Pertandingan melawan Jepang bukan sekadar formalitas bagi Indonesia. Meskipun tiket ke babak keempat sudah diamankan usai kemenangan heroik atas China, laga ini tetap menjadi ujian prestise, mental, dan komitmen. Indonesia ingin menutup putaran ketiga dengan kepala tegak dan mungkin, untuk pertama kalinya dalam sejarah modern, menunjukkan bahwa mereka bisa mengimbangi atau bahkan mengalahkan raksasa Asia.
Konteks dan Signifikansi Pertandingan
Jepang datang ke laga ini sebagai juara Grup C dan telah memastikan tempat mereka di Piala Dunia 2026. Dengan nama besar "Samurai Biru" yang sudah mendunia, mereka memiliki sejarah panjang sebagai kekuatan dominan di benua Asia. Bagi sebagian besar tim lain, bertemu Jepang bisa menjadi momok, apalagi jika pertandingan berlangsung di kandang lawan.
Namun, ada sesuatu yang berbeda dari skuad Garuda kali ini. Di bawah asuhan pelatih asal Belanda, Patrick Kluivert, Timnas Indonesia mengalami transformasi. Skema permainan lebih disiplin, organisasi pertahanan membaik, dan kepercayaan diri para pemain lokal mulai tumbuh secara signifikan. Kemenangan atas China, salah satu rival tradisional di Asia Timur, menjadi bukti bahwa Indonesia bisa tampil efektif melawan tim dengan pengalaman internasional tinggi.
Dalam situasi seperti ini, duel melawan Jepang menjadi semacam batu uji terakhir. Bukan soal menang atau kalah semata, melainkan tentang bagaimana Indonesia menunjukkan bahwa mereka telah bertumbuh. Tidak ada lagi rasa minder. Tidak ada lagi anggapan bahwa kita hanya tim papan tengah. Kini, kita bicara soal kesetaraan---bahwa Indonesia juga pantas diperhitungkan.
Pernyataan Egy: Mewakili Semangat Timnas
Egy Maulana Vikri bukan pemain sembarangan. Ia telah merasakan kompetisi di Eropa bersama klub-klub Polandia dan Slovakia sebelum kembali ke Tanah Air. Pengalaman itulah yang membuat pernyataannya memiliki bobot. Ia tidak asal bicara ketika mengatakan bahwa Timnas Indonesia siap menghadapi Jepang dalam kondisi apa pun, bahkan jika lawan memainkan skuad utama, lapis kedua, atau campuran keduanya.
"Kan belum tahu, skuad kedua atau tidak," ujar Egy kepada media. Ia merujuk pada pertandingan Jepang sebelumnya melawan Australia, di mana pelatih mereka memainkan banyak pemain muda. Namun, baginya, label 'skuad utama' atau 'lapis kedua' tidak terlalu penting. "Yang penting semua pemain ingin menang," tegasnya.
Pernyataan itu mencerminkan filosofi baru dalam tubuh Timnas Indonesia: tidak ada yang ditakuti, tidak ada yang dianggap terlalu besar untuk ditantang. Apa pun yang terjadi di lapangan nanti, skuad Garuda akan tampil dengan tekad penuh untuk menang. Itulah mentalitas pemenang yang mulai tumbuh di generasi emas baru ini.