Mohon tunggu...
Harmoko
Harmoko Mohon Tunggu... Penulis Penuh Tanya

"Menulis untuk menggugah, bukan menggurui. Bertanya agar kita tak berhenti berpikir."

Selanjutnya

Tutup

Financial

Paylater dan Risiko Utang Generasi Muda: Antara Kemudahan dan Ancaman Finansial

9 Mei 2025   14:30 Diperbarui: 9 Mei 2025   14:30 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus lain terjadi pada seorang pekerja muda yang menggunakan paylater untuk membeli tiket konser, ponsel baru, dan makan di restoran mahal. Ketika kehilangan pekerjaan akibat PHK, ia kesulitan membayar cicilan. Akibatnya, ia masuk daftar hitam SLIK dan sulit mendapatkan pinjaman resmi untuk membuka usaha kecil.

Upaya Mengatasi dan Mencegah Krisis Utang di Kalangan Muda

Untuk menghindari risiko yang ditimbulkan oleh penggunaan layanan paylater, perlu dilakukan berbagai pendekatan, baik secara individu maupun kebijakan publik.

1. Meningkatkan Literasi Keuangan Sejak Dini

Pendidikan finansial perlu diterapkan sejak usia sekolah. Anak muda harus dibekali dengan pengetahuan mengenai manajemen keuangan pribadi, termasuk konsep utang, tabungan, investasi, dan perencanaan keuangan jangka panjang.

2. Mendorong Regulasi yang Lebih Ketat

OJK dan Bank Indonesia perlu memperketat pengawasan terhadap layanan paylater, termasuk menetapkan batas bunga, denda, dan mekanisme perlindungan konsumen. Penyedia layanan juga wajib menjelaskan secara transparan kepada pengguna mengenai risiko dan kewajiban yang melekat pada fasilitas kredit.

3. Membangun Kesadaran tentang Utang Sehat

Utang bukanlah sesuatu yang mutlak buruk, tetapi harus digunakan untuk tujuan yang produktif. Generasi muda perlu memahami bahwa utang konsumtif tanpa perencanaan hanya akan menjadi beban, bukan solusi.

4. Mendorong Gaya Hidup Minimalis dan Bijak Konsumsi

Melalui media sosial, influencer dan tokoh publik bisa menjadi agen perubahan dengan mengampanyekan gaya hidup hemat, minimalis, dan berorientasi pada nilai, bukan gaya. Budaya pamer harus dikikis dan digantikan dengan semangat kesederhanaan yang rasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun